Prabowo Subianto sadar betul kalau sedang menjadi pusat perhatian para pendukungnya. Kemampuannya secara retoris dalam berorasipun selalu direspon penuh kegamuman oleh pengagumnya. Lihat saja saat dia bertemu dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), setiap kata yang diucapkannya menjadi penyejuk dahaga bagi pendukungnya, meskipun sesekali dia menyeka keringat di mukanya.
Ingat ya, itu bagi pendukungnya.
Wajar kalau Prabowo memiliki kemampuan berorasi yang mumpuni. Sebagai pengagum orator ulung "Bung Karno," Prabowo menduplikasi habis-habisan Bung Karno, mulai dari style potongan baju, sampai pelantang (mike) pidato yang digunakan, serta gaya berpidatonyapun ala Bung Karno bingits. Sehingga, pengagum Prabowo pun sampai pangling, kalau yang sedang berpidatonya pun di hadapan mereka itu adalah Prabowo, bukan Bung Karno.
Sekali lagi ya, itu kekaguman pendukungnya.
Tulisan ini tidak ingin membahas secara detil soal orasi Prabowo di depan SBY, juga tidak ingin mengupas apa yang menyebabkan Prabowo harus menyeka keringat dalam orasi tersebut, karena itu bukanlah hal Penting. Itu bagian dari gesture seseorang dalam kepanikan, dan setiap orang bisa saja mengalami hal itu.
Prabowo adalah termasuk orang yang pandai menyanjung, sehingga yang disanjung pun bisa melambung, bisa klepek-klepek. SBY sendiri nampak terlena dengan sanjungan Prabowo, sehingga dia begitu yakin kalau Prabowo sudah dalam pengaruh dan genggamannya. Dalam pandangan banyak pengamat, seakan SBY dengan Demokrat sudah mendominasi koalisi. Namun pada kenyataannya belum tentu demikian, karena politik itu dinamis.
Pada kenyataannya, apa yang dilakukan Prabowo di hadapan SBY, Juga sama dengan yang dilakukan Prabowo saat hadir di acara Ijtima Ulama GNPF, semua terpesona oleh retorika Prabowo yang melankolis.
Di pertemuan ini mana Prabowo mengatakan, dia siap mendukung siapa saja yang dianggap mampu menjadi Capres, kalau memang dia tidak dikehendaki. Heroik betul!
Pernyataan ini disambut dengan suka cita yang tiada tara oleh PKS, bahkan langsung direspon sebagai sikap negarawan yang berjiwa besar, yang tidak mementingkan diri sendiri. Dengan serta merta PKS pun seperti menemukan momentum untuk memajukan capres dan cawapres yang diidamkan, maklum partai ini punya 9 jagoan. Padahal semua itu bagian dari kontemplasi Prabowo, dalam merenungi karakter kawan-kawan Koalisinya.
Itulah kehebatan Prabowo dalam berorasi secara retoris, bahkan sanjungannya terhadap Habib Riziek Shihab yang dia ucapkan secara sadar dalam pertemuan itu, meskipun HRS "ghaib" alias tidak ada di hadapannya saat itu, bahkan sampai membaiat HRS sebagai Imam Besar umat Islam. Cuma ini yang Prabowo lupa, bahwa baiat tersebut mungkin hanya untuk umat Islam yang ada dalam pertemuan tersebut, tidaklah untuk umat Islam se-Indonesia!
Dari dua pertemuan tersebut di atas, belumlah dapat digambarkan siapa yang akan menjadi capres dan cawapres Koalisi Prabowo. Kalau awalnya sempat muncul info dari ring 1, koalisi Prabowo akan mengusung Anies Baswedan-AHY.
Namun begitu Prabowo hadir di Ijtima Ulama GNPF, formasi itu berantakan, berubah lagi dan muncul wacana baru, bahkan HRS pun akan ikut Nyapres. Hadeuh...
Dominasi HRS ini tentunya akan mengeleminir keberadaan Demokrat dan itu sudah nampak sekilas pada Ijtima Ulama itu. Itu sebabnya mengapa boss Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidak hadir dalam pertemuan itu. Orang membaca, SBY ogah menjadi sekadar subordinat Rizieq Shihab yang pernah dipenjara semasa dirinya berkuasa.
Ya udah kita lihat saja seperti apa akhirnya, berdasarkan kabarnya, Hari ini 29 Juli 2018 akan diumumkan siapa capres dan cawapres Koalisi Prabowo (yang kemungkinan besar berganti name Koalisi Keumatan), yang direkomendasikan dari hasil Ijtima Ulama GNPF.
Satu realitas politikyang tidak bisa dibantah, jika ini benar terjadi, ternyata partai politik yang punya para ketua umum calon pemimpin yang hebat-hebat itu posisinya masih dibawah Kekuasaan Ormas.
Anda ga usah misuh-misuh kalau saya bilang begitu. Tinggal bilang saja "setuju" apa "setuju bingits".
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews