Banyak Anomali, Jangan Percaya Dulu Lembaga Survei Sementara Waktu

Minggu, 22 Juli 2018 | 21:00 WIB
0
667
Banyak Anomali, Jangan Percaya Dulu Lembaga Survei Sementara Waktu

Kadang musim kemarau atau musim hujan lebih lama. Atau lebih panjang, tidak seperti prediksi biasanya, tidak seperti normalnya. Kondisi seperti ini disebut "anomali".

Nah, pada pilkada serentak di 171 wilayah yang baru lalu, banyak lembaga-lembaga survei merilis hasil survei tingkat  elektabilitas setiap pasangan yang ikut dalam pilkada tingkat provinsi. Bahkan lembaga survei tersebut melakukan survei dan merilis hasilnya bukan hanya sekali saja ,namun lebih dari satu kali, ada yang bahkan sampai tiga kali atau lebih.

Dan ternyata setelah pencoblosan selesai dan menurut versi hitung cepat atau berdasarkan situs resmi KPU, hasil survei dari banyak lembaga-lembaga survei yang dirilis sebelum hari pencoblosan banyak yang meleset dan angka melesetnya cukup jauh dari angka yang bisa ditoleransi, yaitu 1 sampai 3 persen.

Kalau sudah begitu, lembaga-lembaga survei akan melakukan pembelaan seperti seorang politikus, yaitu karena seminggu sebelum pencoblosan terjadi migrasi pemilih secara besar-besaran, dan dengan waktu yang mepet tidak mungkin melakukan survei lagi. Begitu kilahnya.

Sebenarnya selama dalam melakukan survei  dengan menggunakan metodologi yang benar dan tidak ada kepentingan atau pesan-pesan sponsor, kesalahan dalam hasil survei tidak masalah dan masih bisa dipahami. Mungkin sampelnya tidak merata, terlalu fokus di wiliayah perkotaan, sedangkan wilayah pedesaan yang suaranya banyak malah sampel suaranya sedikit. Hal seperti ini akan berpengaruh terhadap tingkat keakuratan hasil survei.

Dan lembaga-lembaga survei juga harus melakukan perbaikan-perbaikan dalam melakukan surveinya supaya hasilnya bisa akurat atau masih dalam batas yang normal.

Nah,sekarang soal hasil survei untuk partai-partai yang lolos atau tidak lolos dalam ambang batas.

Banyak juga lembaga survei yang sudah merilis hasil surveinya untuk partai-partai yang diprediksi lolos dalam ambang batas 4%,dan partai-partai yang tidak lolos dalam ambang batas.

Hasil-hasil rilis oleh lembaga survei ini juga menjadi ujian tersendiri bagi lembaga-lembaga survei. Jangan sampai terjadi kesalahan atau hasilnya meleset seperti dalam pilkada kemarin.

Kalau terjadi kesalahan atau meleset sekali mungkin masyarakat masih bisa menerima, tapi kalau terjadi kesalahan atau melesat berkali-kali, ini akan menurunkan kredibilitas lembaga survei yang notabene orang-orang akademisi yang tidak diragukan kredibilitas dan kompetensinya atau keahliannya.

Banyak lembaga survei yang memprediksi partai-partai yang lolos dalam ambang batas tidak lebih dari enam partai. Bahkan partai-partai yang sekarang lolos dalam ambang batas, pada pileg 2019 diprediksi tidak akan lolos lagi dan akan tersingkir dari DPR.

Seperti rilis hasil survei LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). Dalam rilis hasil surveinya LIPI hanya enam partai yang lolos dalam ambang batas 4%, yaitu PDIP, Golkar, Gerindra, Demokrat, PKB dan PPP. Sedangkan Nasdem, PAN, PKS, Hanura atau partai-partai baru tidak akan lolos dalam ambang batas.

Tentu survei dari LIPI ini tidak perlu disikapi dengan panik atau marah kepada lembaga survei ini.

Kalau ternyata nanti pada pileg 2019 hasil survei yang dirilis oleh banyak lembaga survei itu meleset dari yang diperkirakan atau prediksi, maka akan menjadi pukulan telak untuk lembaga survei. Kalau sampai meleset lagi, maka lembaga survei juga perlu berbenah dan memperbaiki metodologinya.

Pada tahun 2014 yang lalu, banyak juga lembaga survei yang hasilnya meleset, partai-partai yang diperkirakan tidak lolos dalam ambang batas, malah lolos.

Apakah anomali juga terjadi pada perilaku pemilih,sehingga banyak hasil lembaga survei banyak yang tidak akurat atau meleset hasilnya?

***