Masalahnya Bukan pada Bambu atau Inisiatif Warganya, tapi....

Kamis, 19 Juli 2018 | 06:45 WIB
0
885
Masalahnya Bukan pada Bambu atau Inisiatif Warganya, tapi....

Salah satu hal yang saya ingat dari Program Kepemimpinan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (PK LPDP) adalah kami diajari untuk mengerjakan sesuatu dengan sungguh–sungguh, menghasilkan sesuatu dengan kualitas yang baik, bukan asal–asalan. Padahal yang waktu itu dikerjakan bukanlah sesuatu yang amat serius, misalnya menghasilkan suatu produk untuk mewakili bangsa.

Namun saya ingat, semua yang dihasilkan dalam PK harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh pihak quality control.

Ketika belajar di luar negeri, saya menyadari bahwa mengerjakan sesuatu dengan sungguh–sungguh, menghasilkan sesuatu yang TIDAK asal–asalan adalah hal yang sangat penting. Itu kalau mau bersaing dengan bangsa–bangsa lain loh ya. Bagaimana produk Indonesia, atau hasil karya anak bangsa bisa menembus pasar dunia, kalau standar aja tidak pernah masuk?

Dan, hal ini tentunya harus diajarkan kepada seluruh rakyat Indonesia.

Oleh sebab itu, saya merasa ada yang tidak tepat ketika membaca pembelaan masalah bendera”inisiatif”warga untuk menyambut Asian Games yang dibuat dari bambu dibelah itu.

Masalahnya BUKAN di bambunya atau inisiatif warga nya. Bambu adalah material yang baik, inisiatif warga (itu kalau beneran warga yaaa… ) wajib diapresiasi dan difasilitasi. Masa iya, sebelum dipasang tidak ada pihak yang bisa mengawasi, mengontrol, apakah “hasil karya”warga itu sudah layak tampil, layak ditaruh di jalan utama, apalagi untuk menyambut tamu negara dalam even olah raga se Asia.

Bangsa Indonesia yang saya tahu adalah bangsa yang kreatif, punya rasa seni tinggi, pun punya adab yang baik untuk menyuguhkan yang terbaik bagi tamu.

[irp posts="19050" name="Pokrol Bambu Gaya Gubernur Anies Baswedan"]

Menampilkan sesuatu yang indah dari bahan bambu pastilah bukan hal yang sukar. Warga masyarakat yang konon berinisiatif tadi, bukanlah anak TK yang cukup hanya dibebaskan berkreasi. Mereka pasti sudah bisa dibimbing, didampingi untuk menghasilkan sesuatu yang layak tampil untuk dilihat tamu–tamu dari luar negeri. Sesuatu yang tidak asal–asalan, yang hanya tampak seperti kerjaan kejar tayang.

Mereka tidak butuh narasi dengan kata–kata indah mengenai betapa mulianya material bambu. Mereka perlu diajak untuk bisa memaksimalkan penggunaan material bambu tadi untuk menghasilkan barang yang bernilai estetika tinggi, sehingga pantas dilihat bangsa lain.

Ya itu kalau tidak malas memberikan pendampingan pada warga sih, ya…. Itu kalau mau sungguh–sungguh membangun MANUSIA Indonesia. Tentunya hal ini tidak cukup dilakukan hanya dengan mengeluarkan kata kata yang manies saja.

***