Kunjungan Pak Prabowo Subianto ke kantor pusat Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) membuat dua pihak gerah. Pendukung Pak Prabowo khususnya emak-emak militan sedikit kecewa karena khawatir beliau akan dikhianati kembali. Sepertinya mereka masih trauma dan gagal move on dari kisah potongan nekat di tikungan berbahaya dengan sedikit aroma khianat ala Marc Marquez eh... Marc Mahfud kepada Pak Prabowo.
Di lain pihak saudara-saudara NU pada dasarnya mayoritas pendukung Pak Prabowo kecuali gerbong Abu Janda, Denny, Djelantik dan para NU abal-abal lainnya. Jadi pertemuan Pak Prabowo dengan Pak Aqil Siradj sebenarnya bukan hal yang istimewa, toh Pak Prabowo juga NU.
Wajar saja beliau berkunjung atau nantinya dikunjungi Ketua NU. Bahkan dari dulu Pak Prabowo berulangkali sowan dan menghadap para Kyai NU. Karena itu bagi yang tahu sejarah Pak Prabowo pernah digelari Jenderal Hijau.
Justru yang kebakaran Jenggot adalah kelompok tidak berjenggot yang memang anti jenggot. Siapa mereka?
Siapa lagi kalau bukan para penyembah Jenglot ....
Kita semua sedang berjuang untuk kebaikan negeri ini.
Sepanjang bukan PKI, Pro Asing, Anti Pancasila dan Ade Armando, saya mendukungnya untuk bersama-sama kita semua menyatukan langkah kembali meng-Indonesiakan Indonesia bersama Prabowo Subianto.
[irp posts="18957" name="Anis Matta dan Prabowo Subianto: Gladiator Politik Umat"]
Saya berharap emak-emak militan dan para sahabatku semua mengingat, pertarungan Pilpres adalah adu banyak suara. Kalau kita menarik diri dan tidak mau menyatukan suara hanya gara-gara sedikit perbedaan, kita sebenarnya sudah kalah sebelum berjuang.
Ingat kawan-kawan, pertaruhannya adalah negeri ini dan masa depan anak cucu kita. Demi menyelamatkan negara ini, kita butuh sejuta teman bukan seribu lawan.
Salam Perjuangan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews