Aktivis 98 ada 3 bagian.
1. Yang berproses sebelum 98, melalui aksi advokasi dan pencerahan informasi dan melakukan perlawanan bawah tanah.
Ini bisa ditanya ke pelakunya seperti Eggy Sudjana, aktivis Tanjung Priok, Petisi 50, AM Fatwa (Alm), Ratna Sarumpaet, Emha Ainun Nadjib, Didik J Rachbini, Eep Saepulah, Budiman Sudjatmiko, Andi Arief, Sri Bintang Pamungkas, Moedrick Sangidoe, George Aditjondro, Amien Rais dan lain-lain.
Mereka semua ambil resiko digulung rezim Orde Baru. Kesadaran saat itu adalah kesadaran perubahan sistem, bukan sekedar penjatuhan kekuasaan Suharto.
Saat itu Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) berpusat disatu titik, yaitu ring Cendana. Mahasiswa tahun 90-an biasa mengenal KKN sebagai Kuliah Kerja Nyata, namun kami geser menjadi Kolusi Korupsi dan Nepotisme sebagai bentuk kritik terhadap kondisi negara.
Sebelum 90-an Orde Baru di empowering oleh CSIS, di dalamnya terdiri dari Sofyan Wanandi cs dan beberapa jendral haluan kiri (ABRI Merah).
Pada tahun 90-an, muncullah ICMI sebagai antitesa CSIS yang diinisiasi BJ Habibie. Suharto saat itu melirik ICMI, karena konsep yang ditawarkan CSIS terbukti gagal membawa Indonesia lebih baik dari sisi ekonomi dan sosial politik.
Kedekatan Suharto ke ICMI bikin gerah kelompok CSIS. ICMI didukung oleh ABRI Hijau. Polemik elite politik inilah yang mengerucut pada gerakan suksesi Suharto. Dan ini diaklamasikan oleh Amien Rais yang saat itu menjadi musuh besar Suharto.
Jadi jika gerasi sekarang jengkel dengan vokal kerasnya Amien Rais, wajar saja. Karena generasi sekarang bagaimana belum tahu dan merasakan kekuasaan otoriter, saat itu Amien Rais berani bersikap dengan tegas dan lugas. Amien Rais mengkritisi tambang Busang dan Freeport, maka tidak heran Amien Rais disebut bapak reformasi.
Mengenai ke belakang Amien Rais bersikap beda, itu mesti dikritisi juga.
2. Aktivis 98 mendekati meletusnya kejatuhan Suharto. Kelompok ini muncul dan membentuk satuan satuan mahasiswa, seperti Forkot, KAMMI, Famred dan lain-lain.
Di sini muncul tokoh-tokohnya seperti Rama Pratama, Adian Napitulu, Safick, Wahab, dan lain lain. Mereka bisa disebut tokoh saat itu karena sebagai juru bicara kelompoknya masing-masing. Kelompok inilah yang melakukan aksi lapangan, seperti demo-demo di depan kampus, demo di Trisakti dan demo menduduki DPR MPR.
Bisa saya sebut, kelompok ini teragitasi oleh kelompok pertama. Semua kesadaran diberikan pada seminar-seminar yang di isi oleh akademisi sosial, politik dan ekonomi. Saat itu saya masih ingat kerasnya Rizal Ramli mengkritisi kebijakan rezim Orde Baru. Dan beberapa ekonom lainnya.
3. Pasca 98, aktivis pasca kejatuhan Suharto mengkristal dalam satu gerakan, beberapa tragedi seperti Semanggi 1 dan 2 buah dari kelompok ini. Kebanyakan mahasiswa semester awal dan pertengahan. Gerkan mereka walaupun tetap mengacu 10 tuntutan rakyat, namun kurang strategis. Militansi mereka fokus pada tumbangnya Habibie, walapun gagal mereka lakukan.
[irp posts="18617" name="Saudara Aktivis 98 Sangap Surbakti, “Jokowi Presiden Gagal!”"]
Habibie tetap bertahan menjadi Presiden hingga akhir masa jabatannya, walaupun laporang pertanggung jawabannya di tolak oleh MPR saat itu. Padahal saat itu Habibie berhasil membalikkan keterpurukan eknomi dan sosial menjadi sangat baik. Dollar dari 17.000 rupiah menjadi 5000 rupiah. Diluar baik dan buruk, tentu ada kelebihan dan kekurangannya, salah satunya lepasnya Timor Leste.
Mengenai rembug nasional kemaren, sebagian besar adalah aktivis kelompok 3, sehingga mereka tidak memahami subtansi perjuangan angkatan 98, yang berproses cukup panjang dan beresiko tinggi. Perjuangan kawan kawan 98, adalah radikalisme penolakan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), perjuangan kawan-kawan 98 memang intoleran terhadap kroni-kroni yang menghisap darah rakyat.
Jadi sangat aneh jika angkatan 98 mengusung tema Radikalisme dan Intoleran. Justru dengan semangat redikalisme dan intoleran spirit perjuangan bisa terjadi. Dan yang lebih aneh lagi, sepeti penjelasan di atas, gerakan perjuangan 98 tidak pernah diposisi penguasa apalagi dukung mendukung. Posisi sesungguhnya di luar kekuasaan, siapapun yang berkuasa.
Kalo sudah dukung mendukung penguasa, jelas itu bukan aktivis, mereka adalah relawan.
Relawan kesiangan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews