Dalam budaya Jawa terkadang permintaan sesuatu atau kritikan dikemas dalam perlambang atau "sasmita". Dan ini perlu ketajaman rasa untuk bisa memahami "sasmita" ini. Terkadang ini dilakukan untuk tidak menyinggung atau melukai perasaan seseorang.
Seperti dalam kunjungan Presiden Jokowi ke Sragen menghadiri pengajian khataman Alqur'an dan haul pondok pesantren An-Najah di Gondang Sragen.
Pimpinan pondok pesantren An-Najah Kyai Minanul Aziz Syatori dalam sambutannya menceritakan kondisi pondok pesantrennya yang saat ini mempunyai 650 santri tetapi bangunan yang tercukupi atau ideal untuk para santrinya baru 20%. Kondisi pondok pesantrennya ini ibarat "burung dan sangkar". Ada burungnya tetapi tidak ada sangkarnya.
Dan, menurut pimpinan pondok pesantren, kondisi ini masih lebih baik dibanding ada sangkar tetapi tidak ada burungnya.
"Ibarat sudah ada burung, tapi belum ada sangkarnya. Itu lebih baik daripada tidak ada burungnya tapi ada sangkarnya. Nanti yang menempati tikus," katanya dalam sambutan, Sabtu 14 Juli 2018.
Kata sambutan yang ucapkan Kyai Minamul Aziz Syatori di hadapan Presiden ini bukan tanpa maksud dan mempunyai keinginan atau harapan, siapa tahu sang Presiden paham akan kata-kata "burung dan sangkar".
Inilah gaya khas pesantren dalam meminta perhatian kepada Presiden, tidak memakai proposal seperti kebanyakan institusi dalam meminta bantuan atau perhatian.
Rupanya Presiden Jokowi paham dan mengerti "sasmita" yang yang disampaikan sang Kyai dengan perlambang "burung dan sangkar".
Setelah Presiden Jokowi naik mimbar untuk memberi kata sambutan, Presiden langsung merespon atau menanggapi apa maksud pesan "burung dan sangkar" tadi. Menurut Presiden Jokowi ada pesan yang sengaja ditujukan kepada dirinya soal "burung dan sangkar" yang diucapkan oleh Pak Kyai.
"Tadi Pak Kyai di sini mengingatkan. Di sini Banyak burungnya tapi tidak ada sangkarnya. Pak Kyai, bagian sangkar bagian saya, sudah," ujarnya.
Akhirnya Presiden Jokowi menyanggupi untuk memberikan bantuan pembangunan pondok pesantren yang layak dan untuk bisa ditempati oleh 650 santri.
Karena pesan yang disampaiakan oleh pak Kyai memang berharap Presiden memberikan bantuan pembangunan pondok pesantrennya dengan sasmita "burung dan sangkar".
Dan presiden berjanji minggu depan akan ada tim yang akan datang ke ponpes untuk mengecek lahannya dan mendapat tepuk tangan dari para hadirin atau para santri.
Menurut Presiden Jokowi cara yang dipakai pak Kyai dengan perumpamaan "burung dan sangkar" adalah cara yang halus dan Presiden juga merasa dan paham akan maksud perumpamaan tadi.
Inilah gaya seorang Kyai ketika meminta perhatian dari sang presiden,dengan cara perumpamaan atau sasmita.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews