Deklarasi Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional Amien Rais untuk maju sebagai Calon Presiden dari PAN dalam Pemilihan Presiden 2019 tentu saja menyukakan hati hampir seluruh masyarakat seantero Nusantara.
Tidak hanya dari kubu PAN dan para simpatisan Amien Rais saja, tetapi dari kubu Jokowi dan orang-orang yang "tidak menyukai" Amin Rais sekali pun, sangat senang mendengar kabar kehadiran Amien Rais di bursa Pilpres 2019. Mereka berharap hal ini bukan hanya sekedar wacana deklarasi saja tetapi benar-benar menjadi kenyataan.
Tidak terkecuali Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Sandiaga Salahudin Uno, yang menyatakan angkat topi dan mengucapkan rasa gembiranya atas perhatian Amien Rais kepada bangsa dan negara."Saya angkat topi, saya senang dengan semangat Pak Amien Rais, meski sudah senior masih ingin memberikan sumbangan pikiran tenaga untuk bangsa dan negara," katanya sebagaimana diberitakan Wartakota, Senin 11 Juni 2018.
Senada dengan Sandiaga, saya pun sangat menyambut gembira rencana come back Amien Rais di Pilpres 2019. Semoga PAN berhasil membangun koalisi dengan partai politik lain agar Amien Rais dapat melenggang ke bursa Pilpres 2019 tanpa terhalang oleh Presidential Treshold.
Bedanya, jika Sandiaga Salahuddin Uno melihat alasan Amien Rais, "meski sudah senior masih ingin memberikan sumbangan pikiran dan tenaga untuk bangsa dan negara", maka saya melihat dari sisi yang serupa tapi tak sama. Yaitu meski Amien Rais sudah termasuk ujur tetapi tetap "bernafsu" untuk membuktikan pengaruhnya pada masyarakat Indonesia dan tetap berkeinginan kuat untuk berkuasa, khususnya menjadi Presiden.
Jadi saya pikir kehadiran Amien Rais sebagai Capres di Pilpres 2019 benar-benar sangat menyukakan hati sebagian besar masyarakat Indonesia, baik yang mengidolakan maupun yang "anti" dengan dia.
Tujuannya adalah sebagai ajang pembuktian. Apakah Amien Rais menang atau kalah. Apakah Amien Rais mempunyai pengaruh yang kuat atau hanya populer di tingkat media saja karena komentar-komentarnya yang kontroversial terhadap pemerintahan Jokowi.
[caption id="attachment_18489" align="alignleft" width="514"] Mahathir Mohamad[/caption]
Sebenarnya Amien Rais sudah pernah maju sebagai Capres pada Pilpres 2004 yang berpasangan dengan Siswono Yudhohusodo. Tetapi sayang, raihan suara mereka hanya 17.392.931 atau 14,66% dari jumlah pemilih, dengan menempatkan pasangan Amien Rais-Siswono Yudhohusodo berada pada urutan 4 dari lima pasangan.
Tetapi mungkin Amien Rais masih penasaran dengan kekalahan tersebut dan melihat hasil tersebut sebagai kekeliruan atau kecurangan.
Entah betul atau tidak bahwa kemenangan Mahathir Mohammad untuk kedua-kalinya menjadi Perdana Menteri Malaysia pada usianya yang 92 tahun, telah menginspirasi Amien Rais yang merasa dirinya kembali menjadi remaja di usianya yang sudah 74 tahun. Dia mengaku cukup layak untuk diusung sebagai calon presiden oleh partainya dan tentunya untuk dipilih oleh masyarakat Indonesia.
"Mbah Amien Rais ini walaupun tua juga enggak apa-apa. Begitu Mahathir jadi, saya jadi remaja lagi. Saya pun juga sedikit agak layak (maju capres 2019). (meski) sudah agak kuno" ujar Amien Rais pada acara buka puasa di Rumah Dinas Ketua Umum MPR, Zulkifli Hasan di Widya Chandra, Jakarta Selatan, Sabtu 9 Juni 2018 di media yang sama.
Tetapi, apapun yang menjadi alasan dan siapa pun yang menginspirasi Amien Rais untuk maju sebagai Capres di Pilpres 2019, apakah karena keinginannya untuk menjawab aspirasi dan tuntutan masyarakat di 2019 untuk pembangunan ekonomi, lapangan kerja, pemberdayaan UMKM, harga kebutuhan pokok yang terjangkau, pemenuhan pangan dan komitmen pembangunan pemerintahan yang bersih, dsb.
Tetapi saya pikir masyarakat Indonesia sebagai salah satu negara demokrasi terbesar di dunia perlu mempersilahkan Amien Rais untuk membuktikan dirinya. Apakah dia benar-benar mempunyai pengaruh yang kuat di Indonesia seperti layaknya Mahathir Mohammad di Malaysia, ataukah itu hanya perasaan Amien Rais sendiri?
Saya sendiri yang sebenarnya"tidak menyukai" Amien Rais tetapi saya sangat berkeinginan dan mendukung sepenuhnya Amien Rais untuk berlaga di Pilpres 2019.
Tujuannya tidak lain tidak bukan hanya agar Amien Rais dapat membuktikan dirinya, tentang pengaruhnya di masyarakat Indonesia dan keinginannya yang sangat kuat untuk berkuasa khususnya menjadi Presiden. Dan kelak pun kita dapat melihat, sebenarnya berapa persen sih masyarakat Indonesia yang suka dengan "gaya", Amien Rais?
***
Rintar Sipahutar
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews