Pemerintah Thailand Kerahkan Tim Penyelamat dari Pasukan Elit Militer

Selasa, 10 Juli 2018 | 07:03 WIB
0
774

Selama masih ada napas dan harapan, setiap keping hidup harus diperjuangkan. Dua peristiwa ini — dulu dan yang sedang berlangsung — membuat kita senantiasa mensyukuri setiap tarikan napas.

Pada 5 Agustus 2010, sebanyak 33 pekerja tambang di Chili terjebak di kedalaman 700 meter di bawah tanah saat pintu-pintu terowongan tambang runtuh di atasnya.

Keluarga, perusahaan, bahkan pemerintah Chili nyaris menganggap mereka sudah tak mungkin diselamatkan. Tapi upaya pencarian para petambang ini tetap dilakukan.

Peralatan bor dengan teknologi pengeboran tercanggih dikerahkan untuk menggapai ruang bawah tanah yang diperkirakan menjadi lokasi para pekerja ini terjebak. Barulah 17 hari kemudian, mata bor yang ditarik dari sana diganduli secarik kertas berisi pesan dari perut bumi: “Estamos bien en el refugio los 33”. Kami selamat di ruang perlindungan, 33 (orang).

Secarik kertas terbungkus plastik itu segera dirayakan dan ditangisi, tapi mereka belum selamat. Pemerintah Chili tak menemukan cara penyelamatan yang mudah.

Untunglah, dunia bergandeng tangan mencari jalan keluar. Tanah dibor lebih lebar, berganti-ganti posisi setiap kali terbentur di kedalaman. Sebulan lamanya, barulah lubang bor yang lebih lebar terbentuk. Lembaga antariksa Amerika, NASA merancang sekaligus mengirim kapsul seukuran lebar bahu manusia untuk diturunkan melalui lubang itu.

Pada 13 Oktober — 68 hari setelah runtuhnya tambang itu — satu per satu petambang itu bisa ditarik ke permukaan bumi dalam kapsul baja. Presiden Chili menyambut di mulut lubang. 1500 jurnalis dari seluruh dunia turut menyaksikan langsung di pelataran atas bersama keluarga petambang. CNN, BBC, Bloomberg, Fox, dan lain-lain menyiarkannya langsung ke seluruh dunia.

Hari ini, peristiwa yang mirip sedang berlangsung di Thailand. Sebanyak 12 remaja pemain sepak bola berusia 11 – 16 tahun, bersama seorang pelatih berusia 25 tahun terjebak di Gua Tham Luang di Provinsi Chiang Rai.

Gua itu terendam air saat mereka tengah menyusuri terowongan gua sampai lebih satu kilometer ke perut bumi. Beruntung, saat air menutupi jalur terowongan, mereka menemukan satu gundukan tanah lalu duduk di atasnya, bertahan hidup menunggu keajaiban.

Di luar gua, keluarga panik. Masyarakat heboh. Pemerintah Thailand mengerahkan tim penyelamat dari pasukan elit militer. Penyelam-penyelam dari berbagai negara juga berdatangan untuk membantu. Mereka semua berburu waktu. Satu penyelam profesional dari Thailand tewas kehabisan oksigen saat mencoba menelusuri gua ini.

[irp posts="18416" name="Proses Penyelamatan yang Heroik, Tim Sama untuk Gua yang Sama"]

Sembilan hari kemudian, pada Senin 2 Juli lalu, anak-anak ini baru ditemukan oleh dua penyelam asal Inggris, Rick Stanton dan John Volanthen. Semuanya selamat tapi tak mudah untuk dibawa keluar dari gua. Air masih menggenangi jalur masuk, sebagian hanya selebar tak sampai setengah meter, hanya pas untuk bahu manusia.

Dan semalam, upaya untuk memperjuangkan setiap keping hidup itu mulai menampakkan hasil. Empat orang di antaranya telah dikeluarkan dari gua dengan menyelam yang dipandu para penyelamat.

Saat ini, upaya penyelamatan sedang digekar untuk membawa satu demi satu remaja yang sudah 18 hari lamanya masih terperangkap di kegelapan gua.

Dunia menunggu mereka di permukaan.

***