Banyak volunteer politik mengadu nasib. Mereka sibuk aklamasi si anu dan si ono. Ada 2 kemungkinan yang melatar belakangi aklamasi tersebut. Dibayar atau berjudi dengan harapan siapa tau beneran.
Yang dibayar biasanya dari calon yang ingin selalu eksis dibeberapa media nasional, bahkan sampai pasang billboard milyaran di jalan protokol Jakarta. Tim aklamator pulang dengan bahagia, amplop tentu jadi buah tangan.
Yang berjudi biasanya dari lingkaran penjilat, mengadu nasib dengan menggayutkan harapan hidupnya kedepan, agar bisa diperhatikan oleh usungannya. Mereka melempar dadu, semoga publik mau sama-sama ikutan maen judi dengan mereka.
Kalo yang dibayar, setidaknya mereka cari makan. Yang berbahaya justru yang "berjudi". Mereka golongan mapan, kalo bikin rapat di hotel sambil makan-makanan style vegetarian ratusan ribu. Langkahnya sering skak mat, salah tafsir, maklum saja sedang berjudi.
Ada tulisan yang mendesak Anies Baswedan di cawapreskan, sebelumnya bermanuver dengan Rizal Ramli, tahun kemaren dengan TGB yang sekarang beralih ke Jokowi. Langkah-langkah penjudi politik, oportunis dan munafik.
Anies Baswedan saat ini lebih efektiif ngurus Jakarta. Jika Anies dicawapreskan, sama saja menempatkan elang disangkar emas. Tidak bisa berbuat banyak, hanya jadi pajangan. Walaupun elektabilitas Anies dapat mendongkrak capres, karena memang disana peran pajangan.
Namun jika ini menjadi pilihan capres oposisi dengan alasan lebih besar, posisi #2019GantiPresiden mau gak mau harus menyesuaikan.
Biarkan saja calon calon presiden menelaah dan memikirkan pendamping secara matang. Volunteer gak usah berjudi. Tunggu tanggal resmi, jangan kegatelan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews