Untuk saat ini, Partai Demokrat mungkin partai paling pusing tujuh keliling. Lho kok bisa? Sebab partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono ini ingin membuat poros baru sebagai alternatif di antara kubu Jokowi dan kubu Prabowo. Demokrat ingin AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono menjadi capres atau cawapres dalam pilpres 2019.
Setelah uji materi mengaandaskan peluang Jusuf Kalla atau JK untuk bisa maju lagi sebagai cawapres, Demokrat seakan mendapat peluang atau secercah harapan untuk bisa merayu atau mengajak JK menjadi capres berpasangan dengan AHY.
Dan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono langsung mengadakan pertemuan dengan Jusuf Kalla yang dikemas silaturohmi untuk melobi yang bersangkutan supaya mau maju sebagai capres. Di kalangan internal partai Demokrat wacana JK-AHY sudah santer jadi pembicaraan, bahkan sudah dipollingkan segala.
Ajakan ini rupanya bertepuk sebelah tangan atau ditolak secara halus dengan alasan JK ingin pensiun dan di harituanya ingin jadi "MC" saja alias "momong cucu".
Penolakan JK juga sudah dijelaskan oleh tim ahli Sofjan Wanandi: "Ndak, dia sudah tolak, dia enggak mau, sudah kasih tahu ke Demokrat dia tidak bisa lagi." Sofjan Wanandi menambahkan, manuver Demokrat dengan mewacanakan JK berpasangan dengan AHY adalah hak setiap partai.
Setelah adanya penolakan dari JK, tidak menyurutkan niat partai Demokrat untuk tetap mengusung Pangeran Cikeas AHY untuk berpasangan dengan calon lainnya. Seperti adanya wacana atau memasangkan AHY dengan tokoh politik lainnya, di iantaranya Anies-AHY, Gatot-AHY.
Sebenarnya tujuan memunculkan nama AHY dengan berpasangan dengan tokoh politik adalah untuk menjaga tingkat elektabilitas dan nama AHY jangan sampai tenggelam dalam pilpres 2019. Nama AHY akan selalu dimunculkan dan diwacanakan untuk menjadi capres atau cawapres sampai tahun 2024 nanti.
Daripada AHY berpasangan dengan tokoh-tokoh lain seperti JK, Anies, Gatot N, Prabowo dan Jokowi, lebih baik AHY berpasangan dengan SBY yang tak lain ayahnya dan juga sebagai ketum partai Demokrat.
Toh dalam politik sah-sah saja, sekalipun pernah menjadi presiden, SBY boleh menjadi cawapres, seperti JK tidak boleh menjadi cawapres tetapi boleh menjadi capres.
Pasangan AHY-SBY adalah pasangan yang sangat lengkap dan sempurna, SBY bisa menjadi tutor AHY yang tak lain anaknya sendiri. Apalagi SBY pernah mengatakan banyak warga masyarakat yang menginginkan ia menjadi capres lagi. Dan tingkat elektabilitas SBY juga masih tinggi.
SBY sarat dengan pengalaman dan AHY masih hijau dalam politik, tentu kalau AHY-SBY berpasangan dalam pilpres 2019 akan menjadi duet-maut abad ini.
Dua-duanya berwajah yang sangat disukai oleh masyarakat khususnya kaum wanita, dan kita tahu, pemilih yang paling banyak dan loyal adalah kalangan wanita. Dan ini bisa menjadi modal pasangan AHY-SBY.
Mudah-mudahan pasangan AHY-SBY bisa meramaikan bursa pilpres 2019. Dalam politik tidak ada yang tidak mungkin dan segala cara akan ditempuh demi meraih kursi Istana Merdeka.
Hidup AHY-SBY!!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews