Rupanya manuver Partai Demokrat yang mau menyandingkan Jusuf Kalla dengan agus Harimurti Yudhoyono gagal total. Jangankan mengusung pasangan JK-AHY, membunuh nyamuk saja kayaknya dia gak bisa. Wong bertepuknya hanya dengan sebelah tangan.
Meski pangkat terakhirnya adalah mayor, AHY ternyata kalah dengan adik-adik Siaga dan Penggalang. Mereka bisa bertepuk pramuka dengan riangnya. Sementara AHY cuma tepuk-tepuk sebelah tangan. Pegel.
Kenapa AHY bertepuk sebelah tangan? Karena JK menolak pinangan itu. Statemen wakil Presiden cukup tegas, karena alasan usia JK memilih mundur dari hingar-bingar politik. Menariknya ucapan JK melalui juru bicara Sofyan Wanandi, bahwa JK akan tetap membantu Jokowi nanti. "Posisinya di mana, terserah saja..."
Penolakan JK tampaknya wajar. Secara kalkulasi politik dia gak yakin dengan kesaktian Demokrat. Dulu di jaman SBY memang PD kayaknya sakti banget. Suaranya bisa tembus mendekati 20% pada Pemilu 2009. Tapi sekarang, PD sering kecele. Bahkan di dua Pilkada besar seperti dikadalin sama PKS.
Pada Pilkada Jakarta, misalnya. SBY begitu antusias menyambut debut pertama anaknya di kancah politik. Seperti ayah yang senang di hari pertama anaknya masuk play group. Seluruh elemen PD main habis-habisan untuk memenangkan AHY. Rizieq dan kelompok garis keras didekati. Hasilnya, di ujung permainan, suara AHY anljok. Njlok. Diperkirakan gerbong yang dijanjijan dibetot Anies Baswedan.
Yang kedua terjadi pada Pilkada Jabar yang baru lalu. Dedi Mizwar yang dicalonkan dari Partai Demokrat, nyatanya hanya berada di posisi ketiga di bawah pasangan dari PKS. Padahal pada survei awal posisinya bersaing dengan Ridwan Kamil. Ini menandakan SBY memang sudah gak sakti lagi seperti dulu. Sekalipun dia sering nge-twit melo-melo, tetap saja rakyat punya pilihan sendiri.
Jadi wajar jika JK menolak ajakan itu ketimbang di masa akhir karir politiknya dihiasi dengan kekalahan.
Sebagai politisi senior JK tentu punya kalkulasi sendiri. Dia tahu SBY juga gak terlalu yakin dengan pasangan JK-AHY. Maksudnya secara kalkulatif pasangan ini tidak berpeluang besar jika harus berhadapan dengan Jokowi.
Tapi tampaknya memang bukan kemenangan yang mau dicari SBY pada 2019 ini. Kita tahu Piplres akan dilaksanakan berbarengan dengan Pileg. Kita akan mencoblos Presiden-Wapres berbarengan dengan pencoblosan anggota legislatif.
Kalau AHY sebagai ikon dari Partai Demokrat tampil dalam persaingan Pilpres, itu akan sangat membantu elektabilitas PD dalam Pileg. Artinya ada bahan jualan yang banyak untuk dikampanyekan dan ini akan meningkatkan citra partai di mata rakyat. Ujung-ujungnya suara PD akan meningkat.
Kondisi itu juga yang dipikirkan PKS, PAN dan kengototan Gerindra tetap mendorong Prabowo. Yang penting ada calon dari partainya tampil di Pilpres. Gak menang gak apa-apa yang penting tersohor.
[irp posts="18084" name="Setelah JK-AHY Kandas, AHY-SBY Berpeluang, Mengapa Tidak?"]
Yang kedua, bagi AHY tentu ini adalah training sekali lagi setelah Pilkada Jakarta kemarin. Sebagai orang tua yang sayang anaknya, SBY perlu terus menyertakan AHY dalam even-even politik besar. Targetnya, pada 2024 nanti nama AHY sudah terkerek. Dampak lainnya AHY pada akhirnya akan siap menggantikan dirinya memimpin PD.
Nah, komposisi JK-AHY yang didorong Demokrat itu, mungkin jadi seperti SBY ingin menitipkan anaknya untuk diasuh JK. Memang posisi JK adalah Capres.
Tapi toh, JK sudah pernah jadi Capres dan kalah. Saat itu dia maju karena posisinya sebagai ketua Umum Golkar. Jadi ada gengsi untuk menyelamatkan marwah partai meskipun secara hitung-hitungan waktu itu agak berat mengalahkan SBY-Budiono.
Lha, sekarang. Posisi JK bukan ketua umum partai. Usianya juga sudah senior. Jika dia ikut pertarungan dengan hitung-hitungan politik pesimis, untuk apa dia habiskan energi? Apalagi posisinya sebagai Capres pasti bukan gratisan. Dia harus keluarkan biaya juga untuk kampanye.
Jadi, apa untungnya bagi JK kalau maju menggandeng AHY?
JK tentu saja bukan politisi kemarin sore. Dia sudah kenyang makan beras kencur politik. Kalkulasinya matang.
Jadi Capres memang kedengarannya mentereng. Tapi JK paham, kali ini dia bukan jadi cuma Capres. Tapi sekaligus jadi "baby sitter".
"Mendingan Pak JK mengasuh cucunya sendiri di rumah, ya mas," celetuk Abu Kumkum.
Abu Kumkum memang kadang-kadang sok tauu...
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews