Polisi Indonesia canggih? Jika tak berkait dengan politik. Perkara pembunuhan yang ditemukan tanpa setitik bukti pun, dalam waktu singkat bisa dibongkar. Semua perkara kriminal, apalagi terorisme, tak ada yang tak kebongkar.
Tapi dalam dugaan kasus chatting sex antara Rizieq Shihab dengan Firza Husein? Polisi mbulet meski sudah men-DPO-kan imam besar FPI (Front Pembela Islam) itu.
Aneh, setahun sudah, bahkan beberapa foto pertemuan Amien Rais, Prabowo, petinggi PKS, juga Anies Baswedan dan Fadli Zon misalnya, menunjukkan jelas keberadaan buronan itu. Reaksi Polisi? Belagak pilon dengan alat-alat canggihnya. Bokis.
Untuk memberikan penjelasan telah mengeluarkan SP3 atau belum, para petinggi Kepolisian saling lempar batu sembunyi tangan. Ketika akhirnya kepolisian memberi penjelasan resmi, ada dikeluarkan SP3 itu, dengan cepat sasaran tembak diarahkan pada Jokowi, karena kepolisian di bawah presiden langsung.
Yang kemudian terjadi? Beberapa pendukung Jokowi kecewa. Mengancam-ancam. Mau golput, dan sebagainya.
Tapi, keributan soal SP3 itu, sangat jelas menerangkan, bahwa Rizieq Shihab melarikan diri. Masuk dalam DPO Kepolisian.
Berada di satu tempat yang Kepolisian kita tahu di mana posisi buornan. Dan itu setahun lebih. Ketua DPR-RI, Fadli Zon tahu di mana tempatnya. Tapi karena DPR bukan bagian dari negara, ia harus melawan pemerintah.
Dengan pasti semua itu menjelaskan, fakta yang tak terbantah bahwa Rizieq Shihab bermasalah, sepanjang dia belum de-clear mengenai persoalan hukumnya. Kepolisian sendiri, berdasar UU-ITE, mengisyaratkan kasus (chatting sex) itu ada. Hanya karena sesuai aturan UU ITE, dibutuhkan ‘menangkap’ siapa pengupload percakapan sex via whatsaap itu. Setelahnya, Rizieq dan Firza, akan duduk di hadapan hakim, entah sebagai saksi atau pelaku.
Kaburnya Rizieq umroh ‘selama’ setahun, menjelaskan gamblang imam besar FPI itu bermasalah hukum. Lebih gawat lagi, dinilai tak berani di depan hukum menjelaskan. Kenapa tak berani (makanya perlu kabur ke luar negeri)? Itu pertanyaannya. Jawabannya sangat tergantung persepsi dan perspektif penanggapnya.
Berbagai pernyataan di media, tanpa penguatan hukum, hanyalah pengakuan sumir dan claiming. Tak ada pula nilainya secara hukum. Justeru secara afirmatif menguatkan dugaan publik, kasus (chatting sex) itu benar adanya, lepas dari pemosting pertamanya ketangkep atau tidak.
Drama politik Rizieq Shihab tinggal satu langkah lagi, jika pemostingnya ketangkep. Dari sana akan segera digelar sidang, melibatkan Rizieq dan Firza, mengenai percakapan sex antara keduanya.
Lepas dari benar dan tidak, imam besar FPI itu harus menjelaskannya di pengadilan. Nyawa Rizieq bisa "digantung" di situ. Tinggal menunggu kerelaan pemosting “menyerahkan diri”, yang itu semua persoalan waktu, untuk mengangkat kembali kasus ini.
Kita tentu tak sabar menunggu. Mau diledakkan kapan?
Tergantung kepiawaian Jokowi dan Tito Karnavian. Di situ, kasus ini bisa jadi jebakan ‘betmen’ bagi Rizieq dan pemujanya. Bukankah semua orang punya maqam-nya sendiri-sendiri? Apalagi jika bodoh dan mudah ditipu atas nama tuhan, bukan?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews