Hati-hati Efek Negatif Politisasi Agama, Bisa Berdarah-darah!

Selasa, 19 Juni 2018 | 17:45 WIB
0
537
Hati-hati Efek Negatif Politisasi Agama, Bisa Berdarah-darah!

Saya tertarik dengan wawasan dari Gus Mus (KH Achmad Mustofa Bisri) tentang politik dan agama, yang relevan untuk membaca perkembangan politik di Indonesia saat ini.

Gus Mus yang dikenal sebagai seorang Kyai, juga budayawan dan cendekiawan Muslim menanggapi dengan tajam keprihatinannya dari sisi Islam. Dahulu saat mendampingi Menhan,  Bpk Matori Abdul Djalil (Alm), saya pernah ikut nyantri sekali dua kali kepada beliau... ini tokoh hebat dan realistis.

Sebagai fakta tausiyah dari Pak Amien Rais menyentuh dua pemahaman, yaitu soal 'Partai Allah' dan 'Partai Setan'.

Amien mengatakan, sekarang ini kita harus menggerakkan seluruh kekuatan bangsa ini untuk bergabung kekuatan dengan sebuah partai. Bukan hanya PAN, PKS, Gerindra, tapi kelompok yang membela agama Allah, yaitu Hizbullah. Untuk melawan siapa? Untuk melawan Hizbusy Syaithan," ujar Amien dalam tausiyah di Masjid Baiturrahim, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Jumat 13 APril 2018, setelah subuhan.

"Orang-orang yang anti Tuhan, itu otomatis bergabung dalam partai besar, itu partai setan. Ketahuilah partai setan itu mesti dihuni oleh orang-orang yang rugi, rugi dunia rugi akhiratnya... Tapi di tempat lain, orang yang beriman bergabung di sebuah partai besar namanya Hizbullah, Partai Allah.

[irp posts="15484" name="Politisasi Masjid versus Polisisasi Masjid"]

Kemudian lagi dari kelompok yang sama, Habib Rizieq melempar pendapat bahwa Pilres 2019 akan diiikuti poros Mekah dan poros Beijing. Aneh kan? Ucapannya menjadi polemik.

Sebetulnya, kalau ditinjau dari pemahanan intelijen, ungkapan-ungkapan itu adalah upaya conditioning biasa dan mudah dibaca, mendikotomi dalam rangka pembentukan Solidaritas Islam menuju pilpres 2019. Intinya ini upaya serangan psikologis terhadap Pak Jokowi dan parpol pengusungnya.

Jelas sasarannya untuk memengaruhi pemilih pemula serta mereka yang setuju dengan ide khilafah.

Nah, Gus Mus menyentuhnya dan menyentil dari sudut pandang sebagai Kyai serta cedekiawan Muslim, sbb ;

"Adalah terlalu berani membawa ayat-ayat dan sunah Rasul SAW untuk kepentingan politik praktis. Itu merupakan pelecehan dan sekaligus membuat umat bingung. Lihatlah, tokoh partai ini menggunakan ayat dan hadis untuk mendukung partainya.

Apa ini tidak membingungkan masyarakat? Bila kemudian, dengan menggunakan sabda Allah dan Rasul-Nya, masyarakat awam meyakininya sebagai kebenaran mutlak, apa tidak terjadi sikap mutlak-mutlakan antar pendukung partai?

Apakah tokoh-tokoh yang suka membawa-bawa ayat dan hadis itu tidak memikirkan akibatnya di dunia maupun di akhirat kelak?

Bagaimana kalau masing-masing pendukung yang awam itu meyakini bahwa mendukung partainya sama dengan mendukung agama dan memperjuangkan partainya sama dengan jihad fi sabilillah?"

Coba kita pikirkan, ada bahaya tersembunyi yang mengancam keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa tercinta.

Ya itulah politik, agama pun dipolitisasi... Hati-hati efek negatifnya bisa berdarah-darah.

***

Marsda Pur Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen.