Mencari pengamat yang netral sekarang ini seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami, tapi bukan berarti tidak ada. Salah satunya adalah Refly Harun. Dua pembicara penutup pada acara ILC TV One berjudul “BPIP Apa Pentingnya buat Kita? “ adalah dua nama yang tepat, Refly Harun dan Salim Said.
Sebagai pengamat yang netral tentu saja Refly Harun tidak menuduh ada parpol yang korup, atau mengungkapkan perasaan yang tersayat-sayat. Rely Harun tidak setuju Pancasila institusinya dilambagakan oleh negara. Pengalaman sejarah mengatakan, begitu Pancasila dilembagakan oleh negara, maka kemudian Pancasila menjadi alat penggebuk. Kalau benar-benar kita ingin berpancasila, menurut Refly harus dijauhkan dari anasir-anasir jangka pendek.
Refly Harun menunjuk foto wajah-wajah yang duduk di BPIP. Dia mengatakan, “Kalau saya melihat gambar-gambar itu ( foto tokoh-tokoh BPIP ) saya melihat gambaran-gambaran 2019 semua, mayoritas. Kalau misalnya kita menyerahkan yang seperti ini, dikaitkan dengan agenda-agenda politik tertentu, maka saya kira sulit bagi kita… Oke, nanti Pak Mahfud akan bilang, mungkin Pak Mahfud akan memperkuat BPIP dengan konsep-konsepnya, tapi mungkin kalau tidak in favour dengan pemerintah, bisa jadi kemudian diganti dengan mudah.”
“Dan kemudian pemerintah yang baru yang datang nanti, tergantung mana, apakah sisi sana yang kemudian dikabulkan doanya, iya kan... Apakah sisi sini yang dikabulkan doanya, maka kemudian akan terjadi perubahan-perubahan yang fundamental juga, karena ini 'kan dasarnya cuma Perpres saja. Bisa ganti orangnya, kalau sekarang ketuanya adalah ketua umum partai politik tertentu, nanti ketuanya partai politik yang lain. Atau sama sekali dibubarkan. Seperi UKP4 dibubarkan oleh presiden Jokowi Karena Presiden Jokowi menganggap nggak perlu memelihara warisan SBY. Nah, ini yang menurut saya menjadi persoalan yang luar biasa bagi saya dan bagi kita semua mudah-mudahan.”
[irp posts="16647" name="Maaf, Mereka-mereka Itulah yang Memang Butuh BPIP"]
Kekhawatiran Refly Harun kekhawatiran saya juga. Bagaimana bisa kita yakin kalau BPIP yang mayorItas dihuni oleh orang-orang yang menginginkan petahana 2 priode tidak dijadikan alat politik (saya perhalus, kalau Refly Harun bilang alat penggebuk lawan politik).
Bukan cuma soal Pancasila yang dilembagakan. Sekarang ini narasi Pancasila, anti radikalisme, bla bla bla bukan narasi ideologi negara atau soal moral tapi narasi politik. Kalau mau jujur.
Menjawab pertanyaan, apa pentingnya BPIP buat kita? Salim Said mengatakan, “ Ya…negeri ini kan carut marut. Salah satu ciri carut marut itu, orang sudah lupa Pancasila. Jadi kalau ada yang bisa dilakukan BPIP untuk memperbaiki sedikit pelaksanaan Pancasila, pasti tidak banyak, itu sudah cukup bagus. “
Namun Pada bagian lain pendapatnya, Salim Said menyoroti kemungkinan pembentukan BPIP akan bernasib sama dengan pembentukan lembaga serupa yang membuat pemerintah yang membentuk lembaga itu jatuh. Ya, semacam kode keras, gitu.
Salim Said mengatakan,” Nah, saya punya kecemasan BPIP ini. Ini 'kan dibikin oleh Pak Jokowi. Begini. Pengalaman sejarah menunjukkan, setiap pemerintah mulai me... apa namanya… mengarahkan ideologi, begitu. Dia (pemerintah ) tidak berusia lama.”
[caption id="attachment_16658" align="alignleft" width="463"] Salim Said (Foto: rmolsumut.com)[/caption]
"Coba perhatikan, Bung Karno itu tahun enam puluh empat, atau enam puluh li... mulai enam puluh empat saya kira, sibuk dengan kursus kader Nasakom. Oke? Nggak lama kemudian, beliau jatuh. Pak Harto dengan P4. Akhirnya jatuh. Pak Harto bertahan agak lama. Karena ada faktor lain, kan. Faktor krismon. Kalau Bung Karno nggak ada faktor itu. Tapi ideologi yang dipompakan itu menimbulkan keributan dalam masyarakat. Saya wartawan muda waktu itu masih ingat bagaimana orang-orang antikomunis merekam pidato DN Aidit yang mengatakan, kalau kita sudah bersatu Pancasila nggak perlu. Ribut. Begitu. Oke? Nah, jadi saya cuma mau mengatakan, teman-teman BPIP bekerjalah dengan baik. Jangan sejarah mencatat, lembaga Anda itu berperan dalam jatuhnya kekuasaan. Itu yang saya mau katakan, itu pengalaman sejarah yang kongkrit."
Nasihat, atau lebih tepatnya peringatan Salim Said ini biarlah nanti sejarah yang akan mencatat. Apakah lembaga yang kerjanya mengindoktrinasi warganya ini akan membuat keadaan lebih baik, atau akan membuat pemerintah jatuh karena sarat muatan politik.
Orang-orang BPIP berkali-kali membantah, lembaga ini dibentuk bukan untuk indoktrinasi. Sama halnya mereka mengatakan, jumlah uang yang nanti akan mereka terima bukan gaji tapi hak keuangan. Ya, podo wae lah, sarua keneh.
***
06062018
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews