Sejatinya Terbuka, Siapakah Donatur Abraham Samad?

Minggu, 27 Mei 2018 | 05:18 WIB
0
767
Sejatinya Terbuka, Siapakah Donatur Abraham Samad?

Abraham Samad menyatakan kesiapannya berpupuh di arena politik 2019. Calon wakil presiden dianggap tanggung. Dia melantas sebagai kandidat presiden.

Abraham turun gelanggang dengan satu-satunya modal masa lalu. Dia mantan ketua Komisi Pemberantasan Korupsi. Di zamannya, banyak penyamun kakap negeri ini meringkuk di balik ruji-ruji.

Kehadiran Abraham meramaikan pura pemilihan presiden dan wakil presiden menjadi kejutan di lain sisi. Lama mengapkir dari hiruk-pikuk publik karena kasus pidana, Abraham lalu tepercul dengan kemasan beda.

Sosoknya lebih terbuka. Luwes. Enteng senyum dan lebih komunikatif. Lakonnya berubah drastis. Dengar-dengar, perilaku ini mulai dikerja dan dipoles sejak tahun lalu. Jabatan sebagai mantan ketua KPK menjadi investasi. Sisa menggenjot simpati pemilih.

Tapi, pertarungan politik tertinggi bangsa ini tidak cukup dengan bekal popularitas dan elektabilitas. Lebih utama adalah sangu. Sebelum bicara jauh untuk maju, pastikan dulu ketersediaan doku. Mengingat perjalanan akan berliku. Ransum harus penuh. Lebih kalau perlu.

Dan tampaknya untuk hal ini, Abraham tak ada masalah. Juadah telah melimpah sebelum memulai mengelana.

Tapi siapa yang jadi penaja?

Soal ini sering dilontarkan beberapa teman saya. Kepo? Sudah pasti! Namanya juga obrolan warung kopi. Apa saja bisa jadi bahan untuk meresik dan dipelototi.

Abraham memang butuh sokong dana. Publik tidak mengenalnya sebagai orang berpunya. Selain sebagai praktisi hukum, Abraham wara wiri sebagai pembicara. Sesekali diundang sebagai dosen tamu, berbicara di hadapan sivitas akademika. Honornya mungkin tidak seberapa.

Tidak mudah bagi Abraham untuk meramaikan hajatan politik. Berkeliling Indonesia beserta rombongan saja tidak dilakoni dengan cuma-cuma. Butuh kantong yang dalam untuk menanggung akomodasi, konsumsi dan transportasi.

Ini baru upaya sosialisasi dan deklarasi di sana sini. Belum anggaran publikasi. Misalnya untuk pemasangan spanduk atau papan reklame.

Seorang teman saya yang baru membuka warung kopi di Jakarta pernah iseng menghitung biaya publikasi Abraham.

Misalnya 1.000 baliho satu provinsi. Jadi akan ada 35 ribu yang akan disiapkan. Tiap baliho, katakanlah, dihargai 500 ribu rupiah. Silakan Jumlahkan sendiri totalnya. Bahkan gaji Abraham bila ditabung saat memimpin KPK tak akan mencukupi.

Itu baru publikasi. Belum, berapa uang yang harus dihambur untuk pembentukan tim sukses, mesin politik, armada dunia maya dan uang panai' calon partai pengusung (bila ada). Membayangkan itu semua, bagi saya, berat bila Abraham merogoh kocek pribadi.

[irp posts="15319" name="Bisakah Gatot dan Abraham Menjadi Capres tanpa Masuk Parpol?"]

Tidak meremehkan kemampuan finansial Abraham. Tapi, selama ini Abraham tidak dikenal tajir. Dia pernah buka usaha wartel tapi kerap dilempari saat jadi aktivis antikorupsi. Aktivitasnya sebagai pengacara, dulu, juga jarang ketahuan menangani kasus yang berpotensi mengubah kantongnya melimpah rupiah.

Beda misalnya dengan Gatot Nurmantyo. Dia secara terbuka mengaku berteman dekat dengan Tomy Winata. Taipan yang kerap menggarap bisnis di lingkungan militer itu bukan tidak mungkin akan jadi salah satu penyokong dana bila jadi maju.

Kalau Abraham, dari sembilan naga masih adakah yang tersisa untuk melilit tubuhnya? Atau Abraham tegas menolak didanai kalangan konglo?

Nah, maukah Abraham blak-blakan mengumbar siapa sumber utama pendanaannya? Dengar-dengar ada pengusaha biro perjalanan haji dan umrah menjadi salah satu sponsor. Salah satu agenda pertemuan tim Abraham akhir tahun lalu digelar di tempat perusahaan yang izinnya pernah dicabut pada masa lampau itu.

Sebagai mantan ketua KPK, sejatinya Abraham terbuka ke publik. Jangan sampai semangat antikorupsi yang terus disebar ternyata dibiayai oleh barisan calon-calon garong di republik ini.

Ingat, "Berani Jujur Itu Hebat" adalah jargon yang begitu kuat saat Abraham berkantor di Rasuna Said. Ini penting supaya tak ada anasir yang malah membuat pencalonannya dicibir.

Predikat besar yang disandangnya sekaligus jadi ujian pertama sebelum menghadapi kerasnya kontestasi. Antikorupsi sudah telanjur memacak di pundaknya. Gelar manggala disematkan. Yah, PANGLIMA antirasuah.

"Semoga berkuasa!"

***