Di antara pilkada di pulau Jawa: Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat, yang saling bersaing ketat dan saling salip menurut lembaga survey, hanya Jawa Timur dan Jawa Barat.
Di Jawa Timur, pasangan Saifullah-Puti dan Khofifah-Emil menurut hampir 6 lembaga survey bersaing ketat dan saling salip. Tidak ada dari 6 lembaga survey tersebut memenangkan salah satu pasangan saja. Malah lembaga survey saling bergantian mengunggulkan tingkat elektabilitasnya dari kedua pasangan tersebut.
Minggu ini pasangan Saifullah-Puti bisa unggul elektabilitasnya, minggu depan lembaga survei lain merilis hasil surveinya dan yang unggul elektabilitasnya adalah Khofifah-Emil. Kadang kalau dihitung dengan skore 3:3, maksudnya tiga lembaga survei mengunggulkan pasangan Saifullah-Puti dan tiga lembaga survei mengunggulkan pasangan Khofifah-Emil.
Jadi masih susah untuk diprediksi siapa pemenangnya dalam pilkada Jawa Timur karena hasil dari beberapa lembaga survei selalu berubah dan tidak stabil tingkat elektabilitasnya.
Di Jawa Barat, pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul dan pasangan Deddy M-Dedy Mulyadi tingkat elektabilitasnya juga saling kejar hampir sama dengan pilkada di Jawa Timur. Dua pasangan lainnya tidak dianggap atau masuk nominasi, hanya sebagai pelengkap pilkada saja.
Malah di Jawa Barat lembaga survey yang sudah merilis hasil surveinya lebih dari 6 lembaga survey. Kalau dihitung dengan skore 4:3. Maksudnya 4 lembaga survey mengunggulkan pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul dengan tingkat elektabilitas lebih tinggi dari pasangan Deddy M-Dedi Mulyadi, tiga lembaga survei mengunggulkan pasangan Deddy M-Dedi Mulyadi.
Bahkan dalam acara debat dua pasangan ini sangat panas, hampir saja pasangan Deddy M-Dedi Mulyadi mau meninggalakan acara debat karena dicecar pertanyaan oleh pasangan Ridwan Kamil-Uu.
Sepertinya lembaga-lembaga survei lebih fokus di pilkada Jawa Timur dan Jawa Barat.
Nah, yang sangat adem ayem adalah pilkada Jawa Tengah. Pasangan Ganjar Pranowo-Taj Yasin selalu unggul dari hasil beberapa lembaga survei. Dan tingkat elektabilitasnya sangat tinggi. Bisa jadi karena sebagai petahana, maka pasangan ini lebih banyak dikenal oleh masyarakat. Tapi bisa jadi karena Jawa Tengah terkenal sebagai kandang Banteng.
Bahkan selisih tingkat elektabilitas pasangan Ganjar-Tay Yasin dan Sudirman Said-Ida Fauziyah sangat tertinggal jauh, berkisar 40%. Sebut saja rilis lembaga survei Alvara: elektabilitas pasangan Ganjar-Taj Yasin sebesar 58,8% dan pasangan Sudirman Said-Ida Fauziah sebesar 11,5%.
Barusan kemarin lembaga survei Indikator Politik merilis hasil surveinya, pasangan Ganjar-Taj Yasin elektabilitasnya sebesar 70,4% dan pasangan Sudirman Said-Ida Fauziah elektailitasnya hanya 21%.
Dan belum pernah ada lembaga survei yang memenangkan pasangan Sudirman Said. Kalau di analisa selisih tingkat elektabilitas sangat jauh dan kalau elektabilitas pasangan Ganjar naik, maka pasangan Sudirman Said juga naik, tetapi selisihnya tetap di atas 40%.
Padahal Ganjar Pranowo sudah sering masuk-keluar dari gedung KPK untuk menjalani pemeriksaan dalam kasus e-KTP. Bahkan namanya selalu disebut dalam persidangan terdakwa/terpidana Setyo Novanto.
Rupanya kasus e-KTP tidak mempunyai dampak sentimen negatif bagi Ganjar, elektabilitasnya malah kian melejit. Dan masyarakat Jawa Tengah juga adem ayem tidak mudah diprovokasi dengan berita-berita yang tidak jelas.
Sepertinya Ganjar Pranowo bisa sedikit santai, bisa ngopi-ngopi atau untuk bikin rileks pikiran. Tapi ngopi-ngopinya nanti setelah buka puasa.
Hanya Ganjar calon gubernur di pulau Jawa yang yakin akan kemenangannya, makanya lembaga survei tidak begitu tertarik ramai-ramai melakukan survei di Jawa Tengah, karena sudah tahu akan hasilnya. Beda dengan Jawa Timur dan Jawa Barat.
Segala sesuatunya masih berubah, tapi juga tidak mudah bagi pasangan Sudirman Said untuk bisa mengalahkan petahana Ganjar Pranowo.
Akankah Jawa Tengah akan membuktikan sebagai kandang Banteng?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews