Dulu di Mesir, ada seorang perwira militer sholeh yang sangat disegani, namanya Kolonel Mustafa Hafidz.
Cerdas, tegas, kharisma nya sangat tinggi, sangat berwibawa didepan kawan dan lawannya.
Dia diprediksi menjadi Presiden Mesir mendatang, karena kepribadiannya sangat menonjol.
Rezim Mesir saat itu sangat ketakutan padanya, selain berwibawa dan berkharisma tinggi.
Musthafa Hafidz juga sangat dicintai pasukannya, kira kira hampir sama dengan kharisma seorang Jenderal Erwin Rommel dalam tubuh Nazi Jerman didepan Hitler.
Ketika namanya mulai membesar, rezim Mesir gak tahan dalam paranoidnya, konsultasi dengan Mossad israel dilakukan, 3 tahun setelahnya, Sang Kolonel sholeh tersebut dihabisi oleh agen Mossad bekerjasama dengan militer Mesir.
Sepucuk surat yang dikirimkan kepadanya meledak saat dia membacanya, surat bom itu adalah cara Intelijen Mossad menghabisinya.
Berselang 2 tahun kemudian, seorang ahli nuklir mesir Musthafa Musyarrafah juga dibunuh diluar negeri, pelakunya sama, Mossad.
Berselang 1 tahun kemudian, seorang muslimah ahli atom Mesir juga dihabisi di inggris dengan cara ditabrak mobil, agar terlihat seolah olah murni kecelakaan, muslimah hebat itu bernama Samirah Mousa.
Kenapa mereka dihabisi? Karena seorang kader islam yang hebat, itu lebih menakutkan bagi yahudi dan kawan kawannya.
Karena seorang kader Islam yang hebat, itu harganya lebih mahal daripada harga kantor pusat sebuah partai, atau dari harga semua aset properti sebuah organisasi dll.
Karena seorang kader hebat itu mencetaknya tidaklah mudah, seorang kader islam yang hebat, bisa jadi lebih mahal dari sebuah negara, uang bukan masalah bagi musuh Islam, tapi kader Islam yang hebat, benar benar masalah buat mereka.
Itulah mengapa Erdogan hari ini di Turki mengkader anaknya sendiri Bilal Erdogan, seorang doktor ahli politik lulusan Harvard University.
Itulah mengapa, kemanapun Erdogan pergi, dia selalu ditemani oleh menantu nya sendiri Barak Al Bayrak, bahkan saat malam kudeta yang hampir merenggut nyawa Erdogan, menantunya adalah perisai bagi Erdogan.
Erdogan ingin menantunya langsung dapat ilmu lapangan yang mahal agar suatu saat bisa membangun Turki, Erdogan tau, dia gak hidup selamanya, basis Erdogan adalah sumber daya manusia.
Itulah mengapa, Erdogan saat ini terus mempersiapkan penggantinya, mulai dari Bekir Bozdag, Sulayman Soylu, sampai anak muda hebat Osman sang orator hebat pemuda AKP.
Itulah mengapa, Imam Syahid Hasan Al Banna menyebut kader IM yang hebat sebagai Rasyidul Harokah, orang yang akan menjadi penerus yang meluruskan jalan ke depan.
Itulah mengapa, ulama Dunia Syeikh Yusuf al Qardhawi juga mempersiapkan penerusnya, mulai dari ulama muda Mesir, ulama ulama muda Qatar sampai sekretatis pribadinya Syeikh Ishom Tholimah.
Rakyat Turki sudah membuktikan, seorang Erdogan lebih berharga dari masa usia Turki 90 tahun, lebih mahal dari selusin pemimpin dunia Islam saat ini, sehingga 250 rakyat Turki rela menjadi martir bagi Erdogan di malam kudeta yang ingin merampas nyawa pimpinannya itu.
Harga kader Islam itu gak bisa dikonversi ke dalam rupiah maupun dolar, harga kader Islam yang hebat itu sungguh sangat mahal, tidak menghargai kader kader Islam sama dengan merobohkan kekuatan Islam itu sendiri dalam jangka panjang.
Kader Islam itu akan hidup lebih lama daripada masa dan usia para pimpinannya, dan yang jauh lebih awet adalah narasi narasi besar kader Islam yang sangat dibutuhkan dunia untuk menuju kejayaan.
Mengkerdilkan kader Islam sama dengan memotong urat nadi Islam itu secara perlahan, sadar ataupun tidak, paham ataupun tidak, maka jagalah kader Islam kita dari semua makar musuh, baik dari dalam Islam itu sendiri terlebih dari luar para mafia intelijen dan para operator politik yang jahat.
***
TZU
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews