Taraweh Dipusatkan di Monas, Masjid Istiqlal Kosong Dong...

Senin, 21 Mei 2018 | 14:11 WIB
0
767
Taraweh Dipusatkan di Monas, Masjid Istiqlal Kosong Dong...

Rencana sholat taraweh yang akan diadakan di Monas oleh Pemprov DKI Jakarta menuai kritikan sekaligus masukan. Kritikan karena shalat taraweh semestinya di masjid-masjid, bukan di tugu tembok yang mendekati kekufuran. Zaman Jahilayah saja patung-patung di Ka'bah dihancurkan. Masukan, ya sebaiknya fungsikan kembali masjid untuk sarana ibadah, termasuk taraweh.

Majels Ulama Indonesia menganjurkan untuk tidak melakukan sholat taraweh di Monas dan lebih baik di masjid-masjid saja sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.

Saran atau kritik itu dari Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat Cholil Nafiz, "Saya berharap Penprov DKI mengurungkan niat taraweh di Monas. Cukuplah seperti maulid dan syiar keagamaan aja yang di lapangan. Tapi sholat di lapangan sepertinya kurang elok, sementara masih ada masjid besar sebelahnya yang bisa menampungnya."

[caption id="attachment_15934" align="alignleft" width="535"] Monas (Foto: Detik.co)[/caption]

Bahkan Cholil Nafiz meminta Penprov DKI lebih baik konsentrasi pada masalah pokok pemerintahannya yaitu mengatasi banjir dan macet yang tak ketulungan dan merugikan  rakyat.

Ormas Muhamadiyah juga menganjurkan untuk tidak sholat di taraweh di Monas untuk menghindari timbulnya konflik dan meminta untuk mengkaji ulang.

"Rencana gubernur dan wakil gubernur yang akan menyelenggarakan sholat taraweh di Monas hendaknya ditinjau ulang untuk menghindarkan polemik di kalangan umat, juga untuk menghindarkan konflik antarmasyarakat yang potensi untuk itu ada," kata PP Muhamadiyah Heri Sucipto, Senin 21 Mei 2018.

Ia beralasan, bahwa sholat taraweh di Monas sarat muatan politis karena berdekatan dengan masa pesta demokrasi.

PBNU juga menyarankan sholat taraweh  tidak dilakukan di Monas, tetapi lebih baik di masjid saja Istiqlal.

Seharusnya sebagai pejabat gubernur dan wakil gubernur yang harus diperhatikan adalah kebutuhan bahan pokok karena bulan ramadhan dan tugas-tugas pokok sebagai pejabat daerah. Supaya harga-harga kebutuhan pokok naiknya bisa dikendalikan.Malah sibuk ngurusi sholat taraweh di Monas.

Sholat atau ibadah adalah urusan pribadi dengan tuhannya,kalau mau mengajak sholat jamaah ya di masjid, karena sudah disediakan. Kecuali niatnya politis untuk kepentingan para politikus.

Sholat sunah yang dianjurkan di tanah lapang 'kan hanya Idul Fitri dan Idul Adha. Memang di negeri ini agak aneh, ibadah saja dipolitisasi untuk kalkulasi kepentingan politik.

Ada calon gubernur Jawa Barat, satu tahun sebelum nyalon sebagai gubernur ia menggalakkan sholat subuh berjamaah, bahkan tiap minggu keliling dari masjid satu ke masjid lainya. Dan selalu woro-woro atau pengumuman kalau hari minggu besok akan sholat subuh di masjid ini.

Sholat subuh berjamaah adalah suatu yang baik, tetapi kalau untuk kepentingan politik tentu menjadi tidak baik. Sholat subuh dijadikan tempat sosialisasi sebagai ajang pengenalan dirinya kepada para jamaah dengan harapan memilih dirinya nanti.

Karena dikritik sana-sini akhirnya wakil gubernur Sandiaga Uno mulai melunak dan siap memindahkan sholat taraweh yang rencananya di Monas akan dipindah ke masjid-masjid. Sandi akan menunggu gubernur Anies Baswedan yang akan pulang dari India untuk membicarakan atau berdiskusi untuk pemindahan tempat sholat taraweh.

Lha gubernur kok kayak menteri luar negeri aja, keliling terus dari Turki, Amerika dan India. Ntar ke mana lagi, Wan?

Menurut Sandiaga Uno kemungkinan sholat taraweh akan dipindakan ke Istiqlal, Jakarta Islamic Center dan masjid Hasyim Asyari.

Dan Sandiaga Uno juga tidak ingin acara taraweh di Monas justru bisa memecah belah bangsa.

Mari bulan ramadhan yang pernuh berkah ini di isi dengan ibadah-ibadah dan menjauhkan dari kepentingan politis.

***