Malapetaka Zionis Israel dan Perlawanan Soekarno

Rabu, 16 Mei 2018 | 08:13 WIB
0
869
Malapetaka Zionis Israel dan Perlawanan Soekarno

Ribuan warga Palestina berkumpul di perbatasan timur Jalur Gaza sejak Senin, 14 Mei 2018 dini hari. Mereka mengambil bagian dalam protes yang ditujukan untuk memperingati ulang tahun Nakba (malapetaka) dan memrotes relokasi Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.

"Sejak demonstrasi perbatasan dimulai pada 30 Maret 2018 lalu, lebih dari 90 demonstran Palestina tewas oleh tembakan pemerintah zionis Israel di lintas-perbatasan," demikian siaran pers Kementerian Kesehatan Palestina.

Unjuk rasa mencapai puncaknya pada hari ini, Selasa, 15 Mei, di saat peringatan 70 tahun pendirian Israel. Sebuah acara yang oleh orang Palestina disebut sebagai "Nakba" atau "Malapetaka".

Hari ini sekitar 60 orang warga Palestina tewas, termasuk di antaranya anak-anak. Dunia mengecam pemerintah zionis Israel dan menolak undangan acara pemindahan kedubes Amerika Serikat ke Yerusalem.

Kedua negara saling memuji, tidak peduli masalah kemanusiaan yang dilakukan tentara zionis Israel. Sebuah tindakan penjajahan yang tiada usai. Ini yang membuat Presiden pertama Indonesia sangat benci dengan zionis Israel.

Pada 1962, Soekarno dengan tegas mengungkapkan, “Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menentang penjajahan Israel.”

Soekarno menolak dengan tegas segala bentuk hubungan dengan Israel. Politik luar negeri Indonesia jelas, tidak pernah mau mengakui berdirinya Israel pada 14 Mei 1948 yang telah merampas tanah rakyat Palestina.

Soekarno pun menolak mengundang Israel dalam Konferensi Asia Afrika 1955 di Bandung. Penjajah tidak layak diundang.

Demi Palestina

Kini dunia sedang gandrung persiapan Piala Dunia Juni 2018 di Rusia. Tapi tahukan Anda, 60 tahun lalu, Indonesia nyaris masuk ke Piala Dunia 1958 di Swedia. Sebelumnya, masih dengan nama Hindia Belanda, Indonesia menjadi negara Asia pertama yang mengikuti Piala Dunia 1938 di Perancis.

Tetapi bagi Soekarno, Palestina lebih penting daripada Indonesia lolos Piala Dunia 1958. Pada kualifikasi terakhir 1957, menyisakan Indonesia, Mesir, Sudan, dan Israel. Soekarno mengharamkan tim nasional Indonesia bertanding dengan Israel. Sebab, bertanding dengan Israel sama saja artinya mengakui negara tersebut.

[irp posts="15266" name="Hizbullah Kuasai Parlemen Lebanon, Israel Dibikin Empot-empotan""]

Akhirnya karena tiga tim menolak bertanding dengan Israel, FIFA mempertandingkan Israel dengan Wales, wakil Eropa yang tidak lolos. Hasilnya, Israel keok dan gagal ke Swedia.

Kini, Indonesia juga sedang bersiap menjadi tuan rumah Asian Games Agustus-September 2018. Pesta olahraga Asia dan terbesar setelah olimpiade.

Nah, saat Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 1962, Soekarno pun tak sudi mengundang Israel. Atlet-atlet Israel tidak diberikan visa masuk Indonesia. Itulah politik antiimperialisme ciri Sukarno.

Keputusan Soekarno menolak memberikan visa membuat Komite Olimpiade Internasional (IOC) berang. Mereka akhirnya menskors keanggotaan Indonesia tanpa batas waktu. Soekarno melawan dan memerintahkan Komite Olimpiade Indonesia sekalian keluar dari IOC saja. Sebagai tandingan, ia membentuk Ganefo atau pesta olahraganya negara-negara berkembang. Hal ini dilakukannya sebagai tanda kebesaran bangsa yang tidak bergantung dengan kekuatan dunia.

Soekarno teguh mempertahankan pendiriannya sampai kekuasaannya berakhir. Malapetaka atau Nakba Israel memang sudah diprediksi Soekarno. Sikapnya membuat Indonesia begitu dihormati di mata dunia saat itu.

***