Ribuan warga Palestina berkumpul di perbatasan timur Jalur Gaza sejak Senin, 14 Mei 2018 dini hari. Mereka mengambil bagian dalam protes yang ditujukan untuk memperingati ulang tahun Nakba (malapetaka) dan memrotes relokasi Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.
"Sejak demonstrasi perbatasan dimulai pada 30 Maret 2018 lalu, lebih dari 90 demonstran Palestina tewas oleh tembakan pemerintah zionis Israel di lintas-perbatasan," demikian siaran pers Kementerian Kesehatan Palestina.
Unjuk rasa mencapai puncaknya pada hari ini, Selasa, 15 Mei, di saat peringatan 70 tahun pendirian Israel. Sebuah acara yang oleh orang Palestina disebut sebagai "Nakba" atau "Malapetaka".
Hari ini sekitar 60 orang warga Palestina tewas, termasuk di antaranya anak-anak. Dunia mengecam pemerintah zionis Israel dan menolak undangan acara pemindahan kedubes Amerika Serikat ke Yerusalem.
Kedua negara saling memuji, tidak peduli masalah kemanusiaan yang dilakukan tentara zionis Israel. Sebuah tindakan penjajahan yang tiada usai. Ini yang membuat Presiden pertama Indonesia sangat benci dengan zionis Israel.
Pada 1962, Soekarno dengan tegas mengungkapkan, “Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menentang penjajahan Israel.”
Soekarno menolak dengan tegas segala bentuk hubungan dengan Israel. Politik luar negeri Indonesia jelas, tidak pernah mau mengakui berdirinya Israel pada 14 Mei 1948 yang telah merampas tanah rakyat Palestina.
Soekarno pun menolak mengundang Israel dalam Konferensi Asia Afrika 1955 di Bandung. Penjajah tidak layak diundang.
Demi Palestina
Kini dunia sedang gandrung persiapan Piala Dunia Juni 2018 di Rusia. Tapi tahukan Anda, 60 tahun lalu, Indonesia nyaris masuk ke Piala Dunia 1958 di Swedia. Sebelumnya, masih dengan nama Hindia Belanda, Indonesia menjadi negara Asia pertama yang mengikuti Piala Dunia 1938 di Perancis.
Tetapi bagi Soekarno, Palestina lebih penting daripada Indonesia lolos Piala Dunia 1958. Pada kualifikasi terakhir 1957, menyisakan Indonesia, Mesir, Sudan, dan Israel. Soekarno mengharamkan tim nasional Indonesia bertanding dengan Israel. Sebab, bertanding dengan Israel sama saja artinya mengakui negara tersebut.
[irp posts="15266" name="Hizbullah Kuasai Parlemen Lebanon, Israel Dibikin Empot-empotan""]
Akhirnya karena tiga tim menolak bertanding dengan Israel, FIFA mempertandingkan Israel dengan Wales, wakil Eropa yang tidak lolos. Hasilnya, Israel keok dan gagal ke Swedia.
Kini, Indonesia juga sedang bersiap menjadi tuan rumah Asian Games Agustus-September 2018. Pesta olahraga Asia dan terbesar setelah olimpiade.
Nah, saat Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 1962, Soekarno pun tak sudi mengundang Israel. Atlet-atlet Israel tidak diberikan visa masuk Indonesia. Itulah politik antiimperialisme ciri Sukarno.
Keputusan Soekarno menolak memberikan visa membuat Komite Olimpiade Internasional (IOC) berang. Mereka akhirnya menskors keanggotaan Indonesia tanpa batas waktu. Soekarno melawan dan memerintahkan Komite Olimpiade Indonesia sekalian keluar dari IOC saja. Sebagai tandingan, ia membentuk Ganefo atau pesta olahraganya negara-negara berkembang. Hal ini dilakukannya sebagai tanda kebesaran bangsa yang tidak bergantung dengan kekuatan dunia.
Soekarno teguh mempertahankan pendiriannya sampai kekuasaannya berakhir. Malapetaka atau Nakba Israel memang sudah diprediksi Soekarno. Sikapnya membuat Indonesia begitu dihormati di mata dunia saat itu.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews