Menakar Kemungkinan Jokowi Versus Prabowo Jilid II, Prabowo Unggul?

Jumat, 11 Mei 2018 | 17:27 WIB
0
835
Menakar Kemungkinan Jokowi Versus Prabowo Jilid II, Prabowo Unggul?

Mengutip Sindonews.com, Indonesia Network Election Survei (INES) merilis hasil temuan atau survei tentang elektabilitas sejumlah tokoh yang digadang-gadang bakal menjadi calon presiden 2019. Survei ini dilakukan berdasarkan pertanyaan terbuka kepada responden.

Dalam survei tersebut, elektabilitas Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto menempati urutan pertama mengalahkan calon petahana Joko Widodo alias Jokowi. Hasil survei ini berbanding terbalik dengan banyak lembaga survei selama ini.

Hasil survei selama ini selalu menempatkan Jokowi di nomor atas. “(Elektabilitas) Prabowo Subianto mencapai 50,2%,” kata peneliti INES Basynursyah saat presentasi survei di Mess Aceh, Cikini, Minggu (6/5/2018).

Sementara elektabilitas Jokowi sabagai calon petahana oleh Ines disebutkan meraih 27,70 persen. Nama Gatot Nurmantyo berada di urutan ketiga meraih 7,40%. Sedangkan tokoh lain yang tak disebutkan nama-namanya sebesar 14,70%.

Adapun jika pertanyaan diajukan secara tertutup kepada responden, maka hasilnya Prabowo meraih 54,50%, Jokowi 26,10%, Gatot 9,10% dan tokoh lain 10,30%. Survei dilakukan di 33 provinsi di Indonesia pada 12-28 April 2018 dengan responden sebanyak 2.180 orang.

Responden tersebar secara proporsional di 408 kabupaten/kota. Responden berasal dari laki-laki dan perempuan yang bekerja di sektor domestik (publik), dengan aneka profesi, beragam pendidikan dan umur serta penghasilan dan latar belakang agama yang berbeda.

Survei ini pada tingkat kepercayaan 95% dengan margin of error lebih kurang 2,1%. Dalam survei tersebut diungkap mengenai kekuatan politik menjelang Pemilu 2019. Uniknya dalam survei elektabilitas parpol peserta pemilu 2019, Partai Gerindra di posisi teratas.

INES menempatkan Gerindra di posisi teratas menyalip PDIP yang dalam banyak lembaga survei menempati urutan pertama. Direktur Eksekutif INES Basynursyah mengatakan, survei tentang elektabilitas parpol jika pemilu dilaksanakan hari ini.

Model pertanyaan dilakukan secara top of mind berdasarkan nomor urut partai. “Gerindra dipilih sebesar 26,2 persen,” tambah Tri dalam jumpa pers di Mess Aceh, Cikini, Jakarta, Minggu (6/5/2018). Berikut elektabilitas parpol berdasarkan nomor urut partai.

PKB sebesar 5,7%, Gerindra 26,2%, PDIP 14,3%, Golkar 8,2%, Nasdem 3,1%, Garuda 0,4%, Berkarya 0,7%, PKS 7,1%, Perindo 5,8%, PPP 3,1%, PSI 0,1%, PAN 5,3%, Hanura 2,3%, Demokrat 4,6%, PBB 2,1%, dan PKPI 0,9%. “Tidak menjawab 10,1%,” lanjut Tri.

Jika dihitung secara sederhana, total elektabilitas 9 parpol pendukung Jokowi hanya kisaran 43,5% saja: PDIP 14,3%, Golkar 8,2%, Perindo 5,8%, PKB 5,7%, PPP 3,1%, NasDem 3,1%, Hanura 2,3%, PKPI 0,9%, dan PSI 0,1% = 43,5% .

Sedangkan total elektabilitas di luar 9 parpol pendukung Jokowi itu mencapai 46,5%. Itu jika semua parpol selain 9 parpol pendukung Jokowi bergabung. Sisanya, yang 10,1% tadi “tidak menjawab”. Sisa 10,1% itulah yang bakal menjadi rebutan nanti.

Jika melihat hasil survei Ines itu, memang bisa mengkhawatirkan pihak 9 parpol pendukung Jokowi. Apalagi, jika elektabilitas Gerindra 26,2%, PKS 7,1%, PAN 5,3%, Demokrat 4,6%, PBB 2,1%, Berkarya 0,7%, dan Garuda 0,4% bergabung menjadi 46,4%.

Dengan elektabilitas Jokowi yang masih di bawah Prabowo, seperti hasil survei Ines tersebut, rasanya Jokowi harus berjuang keras untuk bisa meraih kembali kursi Presiden. Elektabilitas Prabowo mencapai 50,2%.

Sedangkan elektabilitas Jokowi sabagai calon petahana disebutkan Ines meraih 27,70 persen. Nama Gatot Nurmantyo berada di urutan ketiga meraih 7,40%. Sedangkan tokoh lain yang tak disebutkan nama-namanya sebesar 14,70%.

Fakta hasil survei Ines itulah yang kiranya mendorong Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengundang 9 Sekjen parpol tadi yang sudah menyatakan dukungannya kepada petahana Jokowi sebagai capres 2019.

Pramono menyebut, pertemuan itu merupakan inisiatifnya. “Inisiatornya dari saya. Saya ini, Pramono Anung Wibowo, Sekretaris Kabinet,” ucapnya di Kompleks Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Senin (7/5/2018), seperti dilansir berbagai media.

Sebelumnya, pada Senin, 7 Mei 2019, 9 Sekjen Parpol yang telah mendeklarasikan Jokowi sebagai capres 2019 bersepakat untuk bertemu dengan Menteri Sekretaris Kabinet Pramono Anung, yang menimbulkan kontroversi perihal tempat pertemuannya.

Yaitu: Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, Golkar Lodewijk Paulus, PKB Abdul Kadir Karding, NasDem Jhonny G Plate, PPP Arsul Sani, Hanura Harry Lontung Siregar, PKPI Imam Anshori Saleh, Perindo Ahmad Rofik, dan Sekjen PSI Raja Juli Antoni.

Rupanya, 9 parpol pendukung Jokowi itu merasa khawatir akan hadirnya sosok capres selain Prabowo Subianto, yaitu Gatot Nurmantyo yang sudah melakukan safari politik ke pimpinan parpol seperti Gerindra, Demokrat, PAN, PKS, bahkan konon, PDIP juga.

Dan, hampir semua pimpinan parpol tersebut, kecuali PDIP, menyambut baik safari politik yang dilakukan Gatot. Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera, misalnya, sempat bicara peluang mengusung Gatot sebagai capres 2019.

Seperti dikutip Detiknews.com, Gatot bisa nyapres andai menjadi kader PKS atau Gerindra, yang merupakan koalisi. “Mestinya kalau sudah kader bisa diusung,” ujar Mardani Ali Sera di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (3/4/2018).

Pernyataan Mardani ini menanggapi pertanyaan apakah peluang Gatot diusung sebagai capres terbuka lebar kalau Gatot jadi kader Gerindra atau PKS. Sampai saat ini, koalisi Gerindra dan PKS belum menetapkan paslon untuk diusung.

Pihak Demokrat sendiri hingga kini masih belum menentukan sikapnya untuk bergabung ke Jokowi, Prabowo, atau mengusung sendiri Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang sejak Pilkada DKI Jakarta 2017 memang disiapkan untuk menjadi pimpinan nasional.

Dengan kata lain, bisa saja Demokrat membentuk Poros Ketiga di luar Jokowi dan Prabowo. Jika ini terjadi, jangan harap Prabowo maupun AHY bisa mengalahkan Jokowi. Poros Ketiga justru bisa memecah kekuatan #2019GantiPresiden.

Apalagi jika Demokrat bergabung bersama Jokowi. Ini akan memuluskan jalannya Jokowi. Jangan harap Prabowo bisa menang dalam pertarungan melawan Jokowi. Mantan Danjen Kopassus ini akan dengan mudah “dikalahkan” Jokowi.

Lihat saja sejak Prabowo menyatakan bersedia menerima amanat sebagai Capres Gerindra. Serangan kampanye negatif seperti yang pernah diterimanya pada Pilpres 2014 berseliweran kembali menghiasi media online tiada berkesudahan.

Kalau sudah begitu, hasil survei berbagai lembaga survei tidak akan berlaku lagi. Satu jalan yang bisa menghambat “kemenangan” Jokowi adalah Poros Ketiga ala Demokrat bergabung dengan Prabowo dan mengusung sosok seperti Gatot.

Bagaimana dengan Prabowo? Ia bisa saja menjadi Kingmakers seperti saat Prabowo akhirnya mengusung paslon Anies Baswedan – Sandiaga Uno pada Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu. Ini jelas lebih strategis daripada ia harus kalah “ketiga” kalinya.

Begitu pula dengan Demokrat yang ngotot ingin mencalonkan AHY sebagai Capres 2019. Ia lebih baik bergabung dengan Gerindra dan menjadi cawapres untuk Gatot Nurmantyo yang menerima “terusan mandat” dari Prabowo Subianto sendiri.

Perlu dicatat, kehadiran Poros Ketiga hanya akan memberi kemudahan bagi Jokowi untuk memperoleh kemenangan kedua kalinya. Dalam Pilpres 2019 sebaiknya Demokrat segera bersikap. Jangan seperti Pilpres 2014 yang bersikap “netral”.

Padahal, sebelumnya Menteri BUMN Dahlan Iskan telah memenangkan Konvensi Capres Partai Demokrat 2014. Elektabilitas Dahlan Iskan tertinggi dibanding 10 peserta lainnya. Namun, entah mengapa, Demokrat tak mengusung Dahlan Iskan.

Sekarang ini kembali kepada Prabowo Subianto dan Kedua Umum DPP Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, apakah siap untuk dikalahkan Jokowi atau lebih memilih bergabung bersama untuk mengalahkan Jokowi dan 9 parpol pendukungnya.

***