Posisi terakhir 50:50. Tapi Najib Razak mungkin menang tipis.
Itulah up date dari teman saya di Malaysia. Kemarin sore. Hanya beberapa jam sebelum Pemilu yang mendadak dilakukan tanggal 9 Mei. Mendadak? Awal bulan lalu pun putusan kapan Pemilu belum diketahui. Suka-suka yang lagi berkuasa menentukannya.
Belum pernah Pemilu Malaysia seketat ini. Selama 63 tahun Barisan Nasional (BN) selalu menang mudah. Apalagi ketika Mahathir Mohamad masih menjadi tokoh utama BN.
Kini Mahathir di pihak oposisi. Gara-gara skandal korupsi di 1MDB: perusahaan negara yang dibentuk Perdana Menteri Najib Razak. Kadernya Mahathir sendiri. Nilai korupsinya lebih hebat dari E-KTP di negaranya Via Vallen: sekitar Rp 9 triliun.
Tapi Najib lagi berkuasa. Sehebat-hebat serangan Mahathir kekuasaan masih menentukan. Apalagi yang berkuasa itu lagi bergelimang uang. Persis seperti hasil survey Denny JA di Indonesia. Yang diumumkan kemarin. Skandal korupsi tidak banyak mempengaruhi sikap pemilih. Ya sudah. Nasib.
Tapi Najib tidak bisa menang mudah kali ini. Harga-harga bahan pokok terus naik. Juga karena bulan depan Najib menerapkan pajak baru: PPN.
Dua tambang suara Najib tergerus kali ini: Johor dan Sabah. Selama ini 26 kursi DPR dari Johor hanya satu yang lepas. Tapi sekarang ini muncul tokoh baru di Johor. Anak muda. Umur 25 tahun. Populer sekali. Berada di kubu Mahathir. Namanya: Syed Saddiq.
Waktu saya satu minggu di Johor dua bulan lalu saya tahu: nama ini benar-benar idola. Dia putra mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Muhyidin Yasin. Saya beberapa kali bertemu dengannya.
Saddiq lulusan International Islamic University. Juga lulusan Royal Military Collage. Dua-duanya di Malaysia. Waktu kuliah Saddiq selalu juara debat. Jabatannya saat ini: Presiden Pemuda Partai Pribumi Bersatu. Ayahnya jadi presiden di partai itu. Mahathir jadi chairmannya.
Di Sabah yang memiliki 25 kursi DPR, juga muncul tokoh anti Najib. Namanya: Shafei Apdal. Tahun 2015 dia dipecat Najib. Dari posisi menteri daerah dan pedesaan. Juga dipecat dari wakil presiden partai. Tahun lalu Apdal mendirikan partai di Sabah: Partai Warisan Sabah. Mottonya: Sabah Kita Punya. Hasil survey terakhir: setidaknya Apdal saja bisa merebut 10 dari 25 kursi itu. ”Mahathir lebih mampu memahami kita,” katanya.
Dalam pidato terakhirnya kemarin, di Pekan, Najib menyerang Mahathir. Rakyat harus ingat betapa diktatornya Mahathir saat menjadi perdana menteri.
Dalam pidato terakhirnya kemarin, di Langkawi, Mahathir membalas: tapi saya bukan pencuri.
Mahathir, 92 tahun, hanya berpidato 18 menit. Dia mengaku lagi tidak enak badan. Demam. Mahathir juga baru diturunkan dari panggung kampanye. Lalu diperiksa polisi.
Mahathir memilih panggung Langkawi: dari situlah kejayaan Malaysia dia mulai. Saat seluruh kepala negara Asia Pacific berkumpul di situ: APEC.
Ejekan juga dilontarkan Najib pada Nurul Izzah. Anak tokoh oposisi yang lagi di penjara, Anwar Ibrahim. Yang bikin geger di Pemilu 2008. Saat umurnya masih 27 tahun. Belum lama lulus kuliah elektro dan dari John Hopkin University. Izzah mengalahkan tokoh yang sudah tiga pereode menang di dapil Lembah Pantai, dekat Kuala Lumpur: Shahrizat Abdul Jalil. Yang juga pula menjabat menteri wanita. Bahkan Izzah menang lagi di Pemilu 2013.
Kini Izzah pindah dapil. Ke Pematang Pauh. Dapil ayahnya dulu. Di Pulau Penang.
Maka Najib pun mengejek Izzah sebagai penakut. Lari dari Lembah Pantai. Tanda-tanda oposisi akan kalah.
Izzah membalas. Kepindahannya itu untuk menunjukkan akal bulusnya penguasa. KPU-nya Malaysia memang mengubah peta dapil di Lembah Pantai. Kampung-kampung yang banyak dihuni keluarga polisi dimasukkan ke dapil itu. Mengubah-ubah peta dapil memang permainan yang canggih di Pemilu.
Ya sudah. Lihat saja hasilnya besok. Sambil nonton Rara di Liga Dangdut Indonesia.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews