Soal Elektabilitas, Tipis Kemungkinan Prabowo Pilih 1 dari 9 Capres PKS

Jumat, 4 Mei 2018 | 19:02 WIB
0
661
Soal Elektabilitas, Tipis Kemungkinan Prabowo Pilih 1 dari 9 Capres PKS

Saya sudah dapat info valid dari sumber yang terpercaya.

Bahwa sangat kecil peluang Pak Prabowo menggaet cawapres dari PKS.

Terutama nama Ahad Heryawan (Aher) yang selama ini digadang-gadang sebagai the main player nya, Prabowo dan tim Gerindra nya tidak terlalu tertarik dengan nama ini.

Di samping elektabilitas Aher rendah, di internal PKS sendiri gak semua firm mau dukung Aher walaupun pusat memutuskan nama itu.

Selama ini dalam skala nasional, elektabilitas Anis Matta jauh ngalahin Aher, Aher andalan internal itu sah saja secara politik, tapi Anis Matta tertinggi skala nasional itupun fakta, bagi yang awam, lihat aja baliho nya, secara sederhana nya begitu.

Makanya ketua majelis syuro PKS secara pribadi terus meminta Anis Matta sosialisasi, siapa tau bisa jadi alternatif.

Namun demikian, secara politik PKS kalau gak kompak mengusung satu nama, maka justru akan blunder dan melemahkan internal sendiri, ril nya memang saat ini lemah dan akan tambah lemah lagi kalau ada dualisme tokoh begini.

Karena pendukung Anis Matta di internal juga gak bisa dibilang remeh, justru pendukung Anis Matta itu terdiri dari kader menengah ke atas yang well informed dan well educated juga well civilized, kita buka bukaan, politik harus by data, saya hafal pendukung Aher dan pendukung Anis dengan baik.

Secara pribadi, saya berdiri di belakang Anis Matta dan itu kita kasih tau secara terbuka, dalam politik itu hal biasa saja jangan canggung dan gagap marketing politik.

Namun, saya tau, pendukung Anis Matta sebenarnya tidak menyiapkan Anis sebagai cawapres namun sebagai capres, mindset pendukung Anis Matta adalah berjuang jangka panjang memenangkan narasi bukan sekedar nebeng dalam pemilu hanya untuk jatah kursi.

Prabowo kecil kemungkinan memilih salah satu nama dari 9 nama capres PKS, yah memang masuk akal, tidak ada nama capres PKS dari 9 nama itu yang memang layak disandingkan dengan elektabilitas dan isi tas nya Jokowi cs blok sebelah, apalagi isi tas Prabowo juga sedang agak "bocor". Bahasanya begitu.

Apapun argumennya, pilihan rasional bagi Prabowo sekarang memang memilih nama lain yang lebih "nendang". Bisa Anies Baswedan atau nama Gatot Nurmantyo, ini pilihan rasional memang (the rasional choice for the emergency exit).

Karena jika Prabowo memilih calon dari PKS, maka mindset Prabowo dan kawan-kawan adalah mendapatkan tenaga mesin partai yang terkenal solid tersebut.

Namun dengan situasi saat ini, kekuatan PKS terbelah sampai ke akar rumput, jika PKS ngotot nyodorin nama Aher, Aher hanya akan didukung 40% kader, karena di sana ada 50% pendukung Anis dan 10% akan abstain.

PKS pusat boleh memutuskan apapun, tapi secara sosiologis dan psikologis politik, mesin PKS gak akan bergerak optimal, nah ini bisa jadi salah satu analisa dan pertimbangan blok Prabowo.

[irp posts="9409" name="Sarat Prestasi, Saya Dukung Ahmad Heryawan sebagai Capres"]

Indikasi tidak solidnya internal PKS adalah, 8 lembaga survei nasional telah merilis elektabilitas PKS saat ini mentok istiqomah di angka 4%, gak naik naik padahal pemilu tinggal hitungan bulan.

Dua minggu lalu saya dapat data dari salah satu lembaga survei yang menempatkan PKS meraih elektabilitas 11% an, saya teliti dan saya analisa.

Ini survei pesanan untuk menghibur diri, sangat disayangkan memang, memilih pencitran ketimbang melakukan yang ril untuk menang, akhirnya saya kembali ke 8 lembaga survei yang tadi, saya orangnya netral gak suka basa basi, saya pengamat yang gak bisa disetir, bagus saya bilang bagus, gak bagus saya warning, mau dengar alhamdulillah, gak mau ya alhamdulillah juga.

Melihat kondisi terkini, Prabowo memang lebih condong ke tokoh lain, PKS pun santai saja jika akhirnya tidak dipilih, ini politik, ini namanya the art of the game, tujuan PKS kan dakwah, ya kalau politik nya gak selamat, ya fokus selamatkan dakwah lagi aja sambil terus belajar.

Ada 3 momentum besar politik di tahun politik ini yaitu, Pilkada serentak 27 juni 2018, pendaftaran Capres Cawapres 4 sampai 10 Agustus 2018 dan Pilpres juga Pileg 17 April 2019.

Nah, dalam 3 momentum besar ini, kemungkinan PKS masih akan jadi pemain cadangan kalau gak mau dibilang sebagai penonton, karena suka gak suka, politik itu ya nafsi nafsi.

Partai lain akan sikut sikutan, termasuk nyikut PKS, jangankan partai lain non oposisi, Gerindra pun gak bakal mikirin nasib PKS, itu hanya retorika Prabowo saja secara personal, bukan struktur Gerindra secara menyeluruh, PKS jangan cepat senang dulu dan suka di PHP in.

Buktinya apa? Buktinya kenaikan suara dan elektabilitas partai Gerindra tidak berbanding lurus dengan kenaikan suara dan elektabilitas suara PKS, Gerindra terus merangsek ke ring 1 dengan angka survei terakhir 14% an di bawah PDIP.

Sedangkan PKS masih konsisten di angka 4%. Padahal PKS dan Gerindra selama ini satu kubu bahkan disebut sekutu, sekali lagi saya bilang, politik itu nafsi nafsi dan kejam, berdirilah di atas kaki sendiri, andalkan kader sendiri, nah ini sesama kader aja saling sikut, lalu apa yang tersisa? Kata alQuran, "Zahabat Rihukum", wangi kalian sudah minggat.

Selamatkan dakwah dan belajar dari kesalahan, agar ke depan dakwah dan politik sama sama kuat dan tidak ada yang pincang salah satu nya akibat pincang nya pola pikir segelintir orang dalam gerbong ini.

***

TZU

Analis Politik, Jakarta.