Jurusan San Fransisco – Los Angeles akan menjadi yang pertama: kereta cepat di Amerika. Kalau kuat doanya.
Pembangunan fisiknya sudah dimulai: sejak tahun 2015 lalu. Berarti akan benar-benar jadi. Tidak seperti yang jurusan Las Vegas – Los Angeles. (disway tanggal 28 April 2018). Insya Allah.
Proyek dikerjakan. Selama dua tahun ini. Beberapa ruas sudah selesai. Tinggal banyak sekali ruas. Juga tinggal banyak sekali terowongan. Banyak protes. Banyak gugatan. Terutama dari penduduk yang dilewati.
Intinya: molornya tidak ketulungan. Hampir tidak bisa dipastikan kapan akan selesai.
Semula diperkirakan tuntas tahun 2026. Lalu mundur menjadi 2029. Kini mundur lagi: 2033.
Kalau saja benar-benar terwujud berarti pengerjaannya 18 tahun. Kalau dihitung sejak keputusan diambil: 25 tahun.
Dan itu bukan perkiraan terakhir. Na’udzubillahi min dzalik.
Akibat kemoloran itu perkiraan biayanya pun berantakan. Awalnya diperkirakan Rp500 triliun. Lalu membengkak jadi Rp750 triliun. Kini membengkak lagi jadi Rp 1.000 triliun. Untuk jarak 840 km.
Badan Otorita Kereta Cepat California kini harus pula berurusan dengan politik. Akibat molor itu. Dan bengkaknya biaya itu. Dan berubah-ubahnya rencana. Dan pindah-pindahnya jalur.
Dalam beberapa minggu ke depan parlemen California memanggil badan otorita. Dimintai keterangan. Soal biaya baru itu. Terutama bagaimana cara mendapatkannya. Harus ada persetujuan baru. Dari parlemen negara bagian California. Tanpa itu proyek tidak akan jalan.
Lho, kan sudah jalan?
Benar.
Jalannya proyek ini tergantung termin. Istilahnya: pay as you go. Menggunakan dana yang ada dulu. Tidak ada kontrak menyeluruh. Kontraknya persegmen. Atau subsegmen.
Tahun 1975, ketika Via Vallen belum lahir, pemerintah negara bagian California sudah bikin keputusan: menyediakan anggaran untuk study kelayakan. Waktu itu Deng Xiaoping baru mengumumkan Tiongkok harus keluar dari kemiskinan.
Tahun 1992, saat film James Bond masih antara edisi Licence to Kill dan Golden Eye, pemerintah pusat menyetujui program kereta cepat California.
Tahun 2008 dilakukan pemungutan suara: apakah rakyat California setuju. Dibarengkan dengan pemilu saat itu.
Pertanyaan di kartu suara saat itu: apakah setuju pemerintah negara bagian California cari utangan. Berbentuk obligasi. Sebesar USD 9,95 milyar. Sekitar Rp 120 triliun. Hasilnya: 53 persen setuju.
[irp posts="14854" name="Lambatnya Membangun Kereta Cepat di Amerika Serikat"]
Suara setuju itu umumnya dari penduduk kota. Orang-orang di daerah menolak. Anggota partai Demokrat umumnya setuju. Partai Republik menolak. Tapi suara 53 persen cukup untuk memulai proyek kereta cepat ini.
Apalagi Presiden Obama sangat mendukung. Pemerintah Federal memberi dana USD 3,5 miliar. Hampir Rp 40 triliun.
Dana awal ada. Kalau tidak digunakan akan hangus. Dimulailah proyek ini: pay as you go.
Kini nasib proyek ini menjadi lebih tidak jelas: dari mana akan dapat dana tambahannya. Terus berubahnya angka membuat yang mau meminjami ragu.
Apalagi yang mau investasi.
Masih banyak sekali kendala di lapangan. Begitu banyak gugatan. Belum lagi soal yang berat ini: pembuatan terowongan sepanjang 36 mil di bawah gunung. Biayanya belum bisa dihitung pasti. Mungkin saja USD 26 miliar.
Bulan depan ini akan ramai. Proposal baru dari badan otorita akan dibahas terbuka. Di parlemen California.
Saat ini pun sudah mulai pemanasan. Seperti yang diucapkan senator dari Partai Republik ini: Andy Vidak. Bahwa proyek kereta cepat ini akan terus menguras pajak. Sepanjang masa. Tidak ada batasnya.
”Proyek ini sejak awal sudah terlihat seperti lubang tikus,” katanya. ”Sekarang sudah seperti goa,” tabahnya.
Sebentar lagi, kata Vidak, akan jadi neraka.
Sebuah media, bulan lalu, membuat judul yang intinya berbunyi: "Inilah kereta cepat jurusan entah ke mana…"
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews