Sekali-kali potretlah fenomena dari dua pendukung, Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Baik Jokowi atau Prabowo mempunyai pendukung masing-masing yang sangat militan, fanatik dan boleh dibilang setia, meski tidak harus setia sampai akhir hayat. Keduanya juga didukung oleh lapisan semua masyarakat, baik masyarakat biasa (rakyat jelata), masyarakat mapan atau menengah dan masyarakat tingkat atas atau kalangan pengusaha dan pejabat.
Kedua pendukung, baik pendukung Jokowi dan Prabowo, sangat membela apabila ada kritikan atau serangan yang dialamatkan kepada kedua tokoh tersebut. Alhasil, baik Jokowi maupun Prabowo mirip Ratu Lebah yang selalu dilindungi oleh lebah prajurit.
Masyarakat yang dulunya apatis terhadap politik dengan adanya kemunculan kedua tokoh tersebut seketika jadi "melek politik" dan rela untuk melek dalam arti sesungguhnya; begadang bikin status politik sampai larut malam. Ada dampak positifnya, yaitu tidak apatis terhadap politik dan tidak golput sebagimana zaman Mbak Harto. Tetapi dampak negatifnya juga bukan tida ada, yaitu seakan kedua pendukung yang fanatik ini tidak bisa rukun atau disatukan, mirip seperti air dan minyak, susah menyatu. Siapa minyak, siapa air, gaje alias ga jelas.
Bahkan dalam media sosial kedua kubu saling serang dan saling adu argumentasi. Kalau kalah argumentasi, kedua pendukung akan mengeluarkan senjata pamungkas, yaitu caci maki dengan kata-kata kotor. Mereka juga saling menyerang akun-akun dan mematikan akun-akun yang sering dianggap menyebarkan berita yang provokatif.
Kedua pendukung juga mempunyai tim cyber yang bertugas memantau berita-berita di media sosial atau melakukan penyerangan kepada akun-akun tertentu. Mirip perang cyber antara Rusia dan Amerika. Tapi kalau perang yang ini keren karena melibatkan teknologi digital yang canggih, di sini kere...
Bahkan dalam media sosial dua kubu ini mempunyai nama panggilan khas, "Kecebong", "Cebong", atau "Bong" untuk kubu Jokowi dan "Kampret" untuk kubu Prabowo. Sebutan Kampret bukan tanpa sejarah. Dulu waktu Prabowo terjungkal secara menyakitkan (padahal sudah sujud syukur mencium marmer), terbentuklah oposisi yang menamakan diri KMP atau Koalisi Merah Putih.
KMP yang dibaca "Ka-eM-Pe" dimodif dikit menjadi Kampret. Gitu sejarahnya. Sudah barang tentu hanya "Cebong" yang bilang pendukung Prabowo "Kampret". Sebaliknya, hanya "Kampret" saja yang selalu bilang pendukung Jokowi "Cebong". Nah, media sosial rupanya menjadi tempat paling tepat untuk melakukan peperangan di antara dua kubu, bukan saling jitak-jitakan sampai benyut di jalanan.
Kedua pendukung Jokowi dan Prabowo,mempunyai sifat dan karakter tertentu dalam media sosial atau dalam pemikiran politik. Inilah di antaranya!
Sifat dan karakter pendukung Jokowi:
Rata-rata pendukung Jokowi adalah orang-orang yang sudah mapan secara ekonomi dan juga berpendidikan,sekalipun ada lembaga survey yang mengatakan,pendukung Jokowi rata-rata berpendidikan rendah.Dan pendukung Jokowi yang sangat militan adalah kaum wanita atau perempuan dan rata-rata wanita yang mandiri secara ekonomi.Mereka membentuk relawan-relawan secara mandiri,karena persamaan visi dan misi.
Pendukung Jokowi juga tidak bisa disatukan dalam satu wadah atau organisasi,mereka bergerak secara mandiri.Bahkan pendukung Jokowi yang sering perang di media sosial adalah para relawan wanita,mereka sangat militan,untuk membantah atau mencounter dari serangan pendukung Prabowo.Mereka sering menggunakan data-data yang valid untuk mendukung argumentasinya.Tidak terkesan asal saja.
Pendukung Jokowi juga menjauhi atau menyebarkan berita hoax,bahkan sering mengcounter berita hoax yang tersebar di media sosial.
Tetapi namanya pendukung,ada yang fanatik buta,ada yang realistis dalam membela Jokowi.Bagi yang fanatik buta,Jokowi dianggap tidak pernah melakukan kesalahan dalam menjalankan kebijakan politik dan ekonomi.Semua yang dilakukan Jokowi dianggap benar.Bagi pendukung yang realistis,mereka mendukung kebijakan politik dan ekonomi,tetapi juga mengkritisi kebijakan yang dianggap tidak tepat.
Dan ada juga kelemahan dari pendukung Jokowi,yaitu mudah terpecah kalau menyikapi suatu berita atau kebijakan yang dilakukan oleh Jokowi,terutama pendukung kalangan menengah dan terpelajar.
Satu contoh,pertemuan Jokowi dengan faksi 212 di Istana Bogor,direspon oleh beberapa relawan atau pendukung Jokowi dengan berbagai pendapat.Ada yang setuju,karena sebagai presiden memang seharusnya begitu,merangkul dan dialog.Tetapi ada juga yang menolak atau tidak setuju dengan pertemuan tersebut,karena dianggap Jokowi tunduk dengan faksi 212,yang telah memenjarakan Ahok.
Bahkan di media sosial pendukung Jokowi,saling sindir atau serang,atas pertemuan Jokowi dengan faksi 212.Jokowi dituduh telah mengorbankan Ahok,hanya karena pertemuan itu.Bahkan Jokowi juga dituduh tidak pernah membela Ahok,selama bermasalah dengan hukum atau kaum 212.
Ada juga,kalau Jokowi menjadikan Prabowo sebagai cawapres,maka pendukung Jokowi juga ada yang akan golput atau tidak memilih Jokowi lagi.Golput sebagai bentuk protes,karena selama ini mereka sangat militan membela atau mendukung Jokowi.
Memang pemilih Jokowi adalah adalah pemilih kritis,mereka tidak mau hanya memberikan suara begitu saja.Harus ada alasannya,kenapa Jokowi melakukan pertemuan dengan 212 dan kenapa menjadikan Probowo sebagai cawapres,itu harus disertai alasan.Mereka tidak mau memberikan cek kosong kepada Jokowi.Karena pemilih ini dulunya adalah pemilih yang apatis terhadap politik, dengan adanya Jokowi yang waktu terpilih sebagai gubernur,memberikan dampak positif,yaitu masyarakat menengah atau terdidik mulai menyalurkan aspirasi dalam pilkada atau pilpres,bahkan ada yang dari luar negeri,bela-belain pulang untuk memilih dalam pilkada DKI.
Jadi pendukung Jokowi adalah dinamis yang bisa secara tiba-tiba bisa menarik dukungan,kalau merasa tidak cocok terhadap pilihan Jokowi.Dan ini bukan "plin plan",tapi sikap kritis mereka terhadap pilihan Jokowi.
Sifat dan karakter pendukung Prabowo:
Pendukung Prabowo sangaaat-sangaaat militan dan satu komando, tidak mudah untuk digoyahkan pilihan para pendukung Prabowo. Mereka sangat agresif di media sosial, sering melakukan provokasi, sering berhayal dan bermimpi Prabowo sudah jadi Presiden dan serangan kepada pendukung Jokowi.
Pendukung Prabowo juga dari rakyat jelata, kalangan menengah dan para pengusaha dan pejabat. Yang membedakan dengan pendukung Jokowi hanya sifat dan karakter mereka di media sosial. Pendukung Prabowo sering memproduksi berita-berita yang bersifat bombastis yang mengarah ke berita tidak benar atau hoax.
Kadang antara foto dan narasi tidak nyambung, foto lama diberi narasi yang sifatnya untuk menyerang pemerintah Jokowi. Dan ini dilakukan oleh orang-orang yang pendidikannya S2 dan doktor. Cukup miris memang, orang-orang yang seharusnya kroscek terlebih dahulu, tetapi langsung di share karena memang tujuannya untuk menyerang atau provokasi ke kubu Jokowi.
[caption id="attachment_14834" align="alignleft" width="266"] Ilustrasi Kampret dan Cebong[/caption]
Rata-rata pendukung Prabowo baik yang terpelajar atau masyarakat bawah menyukai berita hoax, bahkan sering ikut menyebarkan. Berita hoax seakan menjadi menu sehari-hari.
Para pendukung Prabowo memang militan dan tidak bisa digoyahkan, tetapi cenderung taklid atau percaya buta, kurang kritis terhadap dukungannya. Mirip jaman Soekarno, "mati-urip melu Bung Karno" atau mati dan hidup ikut Bung karno.
Dan Prabowo dianggap oleh pendukungnya seperti "Ratu Adil" (kenpa tidak "Raja Adil", coba?) yang bisa membawa kemajuan dan bisa menyelesaikan segala permasalahan yang ada di Indonesia. Hanya Prabowo yang bisa membawa Indonesia disegani oleh dunia luar, seperti jaman Bung Karno dulu. Seakan-akan kalau Prabowo jadi presiden, semua persoalan beres dalam sekejap, tidak perlu utang karena sumber daya atau kekayaan alam akan kembali secara seketika dan tidak ada warga negara asing yang bekerja di Indonesia. Keren, sih!
Pendukung Prabowo juga terkenal dengan solidaritas yang tinggi antar relawan atau pendukung,mereka saling mendukung dan saling membela kalau ada kelompoknya terkena masalah hukum, contoh,SARACEN, MCA atau lainnya, pendukung Prabowo akan membela mereka di media sosial. Pendukung Prabowo ibaratnya tidak bisa mati atau berkurang, sekalipun banyak yang berpekara dengan hukum. Mirip "amuba" yang cara berkembangbiaknya membelah diri.
Bahkan dalam banyak lembaga survey elektabilitas Prabowo rendah tidak mengurangi dukungan kepada Prabowo, malah semakin militan dan melakukan serangan urat syaraf kepada pihak-pihak yang merendahkan elektabiltas Prabowo. Pendukung Prabowo memang tidak usah diragukan soal kesetiaan dan dukungan.
Sifat dan Karakter pendukung Jokowi:
Bagaimana sifat dan karakter penudukung Jokowi? Sebenarnya identifikasinya gampang; sama saja dengan sifat dan karakter yang ada pada pendukung Prabowo Subianto; Sebelas duabelaslah, sama-sama ga mau kalah, sama-sama punya serangan maut, sama-sama menyimpan serangan balik, sama-sama mahir dalam bertahan, sama-sama ngotot, sama-sama suka hoax, sama-sama suka terpancing dan emosian, sama-sama ga mau kalah, sama-sama ingin menang, sama-sama suka nyinyir, sama-sama militansi tinggi, sama-sama yakin pujaan mereka masing-masinglah yang paling baik dan bakal jadi Presiden kelak!
Adakah sisi baik dari kedua kubu; Cebong maupun Kampret?
Ada, yaitu kalau mereka sama-sama puasa bermedsos minimal sampai Pilpres 2019 usai.
Tapi apa mungkin, ya?
Tanyalah pada Cebong yang berenang sekolam dan Kampret yang bergelantungan dengan otak terbalik!
Sudah, jangan panik!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews