Saya ini orang yang sangat awan untuk teori-teori tentang survey. Konon mereka cuma mengambil 1.200 sample. Apa bisa 1.200 orang bisa mewakili 250 juta dan tersebar di seluruh provinsi, beragam suku, agama, dan tingkat pendidikan?
Dalam pemikiran awan, terasa tidak mungkin. Namun lembaga survey itu demikian yakinnnya, mengklaim, tingkat akuransinya 95% , tingkat error 2-3%. Hebat sekaligus heran.
Namun memang terbukti dalam beberapa pilpres, pilkada, pemilu memang hasilnya mendekati. Karena sering berhasil meramalkan, orang jadi percaya. Percayanya bukan karena mengerti teorinya. Akhirnya saya ikut-ikutan percaya, karena orang- percaya. Saya sampai sekarang tidak mengerti teorinya.
Okay lah kita kembali ke judul di atas. Saya garis bawahi, “Kalaulah benar survey Litbang Kompas" karena saya juga tidak yakin 100%.
Kalau benar, selain PDI-P, semua partai mengalami penurunan. Yang tadi papan atas, turun kelas ke menengah, yang tadi menengah atas, sekarang menengah bawah, yang tadi menengah bawah akan hilang ditelan bumi, yang baru dapat tiket, tidak bisa masuk.
Sayang partai oposisi yang banyak down grade, sayang partai bernuansa agama yang hilang pengikut. Di mana salahnya?
Saya bukan pengamat bersekolah, saya hanya orang tua yang penggemar Internet. Saya kira kekeliruan partai oposisi itu, karena menyerang pemerintah tanpa sedikitpun memberi apresiasi terhadap hasil yang dibuat pemerintah. Pokok main hantam saja. Maka terkesan juga berita hoax dibikin oleh oposisi, walaupun mungkin tidak.
Pemerintah menjadi orang terzalimi dan mendapat simpati!
Isu agama selalu maju kepermukaan, perdebatan ahli-ahli tentang politik campur agama tidak ada habis-habisnya. Kedua pihak punya dalil masing-masing. Kalau yang pro politik – agama berdasarkan dalil-dalil jaman sahabat Nabi, kalau yang kontra berdasar bukti kasat mata di Timur Tengah.
Namun perdebatan tidak akan pernah selesai. Berdebat bisa menang, tapi belum tentu memenangi hati orang. Pemenang hati orang ditentukan oleh hasil nyata pemilu. Atau mungkin belum selesai saat pemilu, karena biasa yang kalah akan berteriak curang
Kembali lagi "Kalaulah benar survey Litbang Kompas itubenar", hasil pemilu 2019 akan untuk penentuan capres 2024. Setuju atau tidak , itu sudah undang--undang.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews