Ada yang menarik dari pernyataan Cawagub Jatim Puti Guntur Soekarno kepada ribuan kader dan simpatisan PDIP Sidoarjo saat menggelar Rapat Kerja Cabang Khusus (Rakercabsus) di GOR Basket di Kawasan GOR, Sidoarjo, Sabtu (21 April 2018).
Rapat yang membahas agenda pemenangan paslon cagub-cawagub Jatim nomor 2, Saifullah Yusuf alias Gus Ipul – Puti Guntur dihadiri langsung oleh Puti Guntur. Rakercabsus dihadiri seluruh pengurus dan fungsionalis PDIP se-Kabuaten Sidoarjo.
Mereka dari tingkat kabupaten, kecamatan, hingga desa. Yakni, seratusan pengurus dari 18 Pengurus Anak Cabang (PAC) dan 3.141 pengurus setingkat desa atau kelurahan dari 249 desa/kelurahan. Rakercabsus dihadiri badan-badan partai tingkat kabupaten.
Antara lain Badan Pemenangan Pemilu (BP Pemilu), Badan Saksi Pemilu Nasional (BSPN), Badan Bantuan Hukum (BBHA), Badan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan (BPEK), dan Badan Pendidikan dan Pelatihan (Badiklat).
Untuk organisasi sayap, antara lain aktivis-aktivis dari Relawan Perjuangan Demokrasi (Repdem), Taruna Merah Putih (TMP), Baitul Muslim Indonesia (Bamusi), dan Banteng Muda Indonesia (BMI).
Selain internal partai, PDIP juga mengundang pimpinan-pimpinan partai koalisi. Yakni PKB, Gerindra, dan PKS. Juga dari kelompok relawan pendukung Gus Ipul – Puti Guntur. Melihat soliditas dan kompaknya partai pengusung di Sidoarjo, Puti Guntur optimis menang.
“Setelah melihat solidnya partai pengusung dan relawan yang ada, saya yakin bisa menang 70 persen dalam Pilkada Jatim 27 Juni mendatang,” katanya. Puti Guntur meminta bersatu untuk memenangkan paslon Gus Ipul – Puti Guntur.
Menurutnya, latar belakang paslon nomor urut 2 ini religius-nasionalis. Puti Guntur meminta semua merajut untuk paslon ini. Seperti NU, PDIP, dan kaum nasionalis serta lainnya supaya bahu-membahu untuk meraih kemenangan Gus Ipul – Puti Guntur.
Klaim Puti Guntur bisa menang 70 persen pada Pilkada Jatim, 27 Juni 2018, nanti tentu saja masih perlu dikaji lebih jauh lagi. Dari mana kalkuasi perolehan 70 persen suara itu. Apakah hitungan itu berdasarkan hasil Pileg 2014? Berikut gambarannya.
Sebagai catatan, paslon nomor urut 1 Khofifah Indar Parawansa – Emil Elestianto diusung 6 parpol. Yakni, Partai Demokrat (13 kursi), Partai Golkar (11 kursi), PAN (7 Kursi), PPP (5 kursi), Partai NasDem (4 kursi), dan Partai Hanura (2 kursi), ditambah dukungan PKPI (non-parlemen).
Sedangkan paslon nomor urut 2 Gus Ipul – Puti Guntur saat ini diusung PDIP (19 kursi), PKB (20 kursi), Partai Gerindra (13 kursi), dan PKS (6 kursi). Totalnya, 58 kursi. Jejak digital mencatat, data pemilih Daftar Penduduk Potensial Pemilih Pemilu (DP4) sebanyak 30.747.387 jiwa untuk Pilkada Jatim 2018.
Itu pemutakhiran data yang dilakukan KPU Jatim hingga kelurahan seluruh kabupaten/kota. “Proses Daftar Pemilih Sementara (DPS) baru kita lakukan pleno 7 Maret 2018 di tingkat kelurahan/desa,” kata Komisioner KPU Jatim Divisi Perencanaan dan Data Choirul Anam.
“Kita harapkan masyarakat yang belum masuk DPS bisa segera melaporkan ke KPU,” harap Anam. Menurut Anam, dalam DP4 tercatat 30.747.387 jiwa. Terdiri dari pemilih perempuan 15.540.694 dan laki-laki sebanyak 15.206.693 atau 49 persen.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 6,2 persen pemilih pemula pada Pilkada Jatim 2018 diikuti sebanyak 1.863.770 pemilih. Berdasarkan pengelompokan usia pemilih ada 8 kelompok, yakni usia di bawah 17 tahun yang sudah nikah (14-16 tahun) sebanyak 719 pemilih, usia 17-25 tahun 4.927.761, usia 25-30 tahun 2.953.168, usia di atas 30-40 tahun 6.448.581 pemilih.
Usia di atas 40-50 tahun 6.264.910 pemilih, usia di atas 50-60 tahun 5.116.669, usia di atas 60-70 tahun sebesar 3.076.622, dan berusia di atas 70 tahun sebesar 1.958.957 pemilih. Itulah jejak ditital Detikcom, Jumat 02 Maret 2018, 18:00 WIB.
Jika merujuk pada hasil Pileg 2014 bisa dilihat berikut ini: 1. PKB dengan 3.730.357 (19,10 persen) suara; 2. PDIP 3.695. 393 (18,92 persen) suara; 3. Gerindra 2.475.730 (12,68 persen) suara; 4. Demokrat 2.354.205 (12,06 persen) suara; 5. Golkar 1.826.575 (9,35 persen) suara;
6. PAN 1.211.194 (6,20 persen) suara; 7. PPP 1.208.275 (6,19 persen) suara; 8. PKS 992.640 (5,08 persen) suara; 9. NASDEM 975.707 (5,00 persen) suara; 10. HANURA 730.765 (3,74 persen) suara; 11. PBB 221.951 (1,14 persen) suara; 12. PKPI 105.017 (0,54 persen) suara.
PKB memperoleh kemenangan di 16 kabupaten-kota: Sidoarjo, Kota Pasuruan, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, Bondowoso, Situbondo, Jember, Trenggalek, Jombang, Kabupaten Madiun, Bojonegoro, Tuban, Gresik, Lamongan, Pamekasan, dan Sumenep.
PDIP berada di urutan kedua memperoleh kemenangan di 16 kabupaten-kota: Surabaya, Kota Probolinggo, Banyuwangi, Lumajang, Kota Malang, Kabupaten Malang, Batu, Kota Blitar, Kabupaten Blitar, Kabupaten Kediri, Tulungagung, Magetan, Ngawi, Kota Madiun, Kota Mojokerto, Kabupaten Mojokerto.
Gerindra hanya menang di Nganjuk dan Bangkalan. Demokrat di Sampang dan Pacitan saja. Golkar menang di Ponorogo dan Kota Kediri. Jika melihat sebaran kemenangan parpol pada hitungan realitas politiknya demikian. Real count KPU Jatim.
Partisipasi pemilih pada Pileg 2014 saja sekitar 60 persen, dan hasilnya tercatat 19.527.809 pemilih (ini berdasarkan data di KPU Jatim). Begitu pula perkiraan sekarang ini, partisipasi pemilihnya kisaran 60 persen (sekitar 20 juta pemilih).
Jika menyimak klaim Puti Guntur dengan kemenangan 70 persen itu, berarti Gus Ipul – Puti Guntur meraup sekitar 15 juta suara. Kalau merujuk hasil Pileg 2014 di Jatim, angka 15 juta suara untuk Gus Ipul – Puti Guntur itu rasanya tidak mungkin.
Cobalah kita hitung: PKB 3.730.357 suara, PDIP 3.695. 393 suara, Gerindra 2.475.730, dan PKS 992.640 suara. Total = 10.894.120 suara. Kalau 70 persen, kekurangan suaranya akan diambil dari mana? Apa mungkin dari suara Khofifah – Emil?
Sedangkan parpol pendukung Khofifah – Emil sebagai berikut: Demokrat 2.354.205 suara, Golkar 1.826.575, PAN 1.211.194, 7. PPP 1.208.275, NasDem 975.707, Hanura 730.765, (termasuk jika ada PBB 221.951, dan PKPI 105.017). Total = 8.633.689 suara.
Kalaupun ditambah dengan suara kalangan milenial yang 1.863.770 pemilih pemula, total perolehan untuk paslon Gus Ipul – Puti Guntur hanya 12 jutaan suara, belum mencapai 70 persen suara seperti statement Puti Guntur di Sidoarjo itu.
Memang, pertarungan yang dirasa sangat berat bagi paslon Khofifah – Emil diperkirakan justru terjadi di wilayah Mataraman. Apalagi, di Trenggalek sendiri mulai ada pengasuh ponpes yang semula mendukungnya, kini beralih ke Gus Ipul – Puti Guntur.
Seperti dilansir Beritajatim.com (Jum'at, 20 April 2018), di Trenggalek yang adalah kandang cawagub Emil, warga sudah berani mematahkan program-program yang dibuat oleh Khofifah – Emil. Itu yang diungkapkan KH Musyaroh Usman, Jum’at (20/4/2018)
“Kalau di Trenggalek selingkar Wilis itu diviralkan dengan program yang seakan-akan programnya Mas Emil, namun komitmen Wong Trenggalek, Emil akan dibuat kalah di kandangnya sendiri,” tegas pengasuh Ponpes Sulaiman, Trenggalek, itu.
Menurut Kiai Musyaroh, warga Trenggalek saat ini melihat program Emil dianggap hanya retorika. Hal itu dibuktikan bahwa selama tiga tahun memimpin Trenggalek, hingga saat ini belum terlihat hasil yang signifikan.
[irp posts="13997" name="Puisi Sukmamati yang Memaksa Guntur Tampil, Menjaga Puti?"]
Saat Emil maju mencalonkan Bupati Trenggalek, ia mengaku bersama para pengasuh ponpes di Trenggalek telah mati-matian memperjuangkan kemenangan Emil. Namun, saat ini dirinya berjanji juga akan mati-matian mengalahkan Emil dan memenangkan Gus Ipul – Puti Guntur.
“Ini karena pasangan nomor urut dua direstui jumhur atau mayoritas para ulama di Jatim,” lanjut Kiai Musyaroh. Di sinilah tampak sebali beratnya Khofifah – Emil untuk bertarung di Mataraman. Dalam Pileg 2014, wilayah ini dimenangkan oleh PKB dan PDIP.
PKB menang di Trenggalek, Jombang, dan Kabupaten Madiun. Sedangkan PDIP menang di Kota Malang, Kabupaten Malang, Batu, Kota Blitar, Kabupaten Blitar, Kabupaten Kediri, Tulungagung, Magetan, Ngawi, Kota Madiun, Kota Mojokerto, dan Kabupaten Mojokerto.
Namun, seorang politisi Demokrat yakin, di lapangan nanti, beberapa wilayah di Mataraman masih bisa dimenangkan Khofifah – Emil. Seperti, di Ponorogo yang diperkirakan mencapai kemenangan sekitar 63 persen. Trenggalek masih berimbang.
Begitu pula untuk wilayah Mataraman lainnya. “Yang agak berat itu justru di Ngawi, karena di sana ada Bupati Budi "Kanang" Sulistyono yang merupakan kader PDIP yang mengakar di Ngawi,” ungkap politisi pendukung Khofifah itu kepada Pepnews.com.
Secara sosio-psikologis, khusus di Ngawi, ada dua tipologi pemilih. Pertama, pemilih yang masih menyukai Bupati Kanang, tidak otomatis memilih Gus Ipul, karena mereka sebelumnya itu mendukung Kanang jadi cawagubnya Ipul. Tapi, ternyata yang diusung Puti Guntur sebagai pengganti Abdullah Azwar Anas.
“Rasa kecewa itu belum bisa diobati, kecuali sejak awal Puti Guntur yang mendampingi Gus Ipul," ungkap seorang warga di Ngawi. Kedua, tipologi pemilih yang sudah bosen dengan kepemimpinan Kanang, otomatis pilih Khoifah - Emil.
“Sekarang ini Kanang sudah menjabat lebih dari 17 tahun, sebagai Wabup 2 periode dan Bupati Ngawi periode ke-2. Warga yang sudah semakin jenuh dengan Bupati Kanang saja sudah lebih dari separo Ngawi,” lanjut warga tadi. Artinya, di Ngawi pun, Khofifah – Emil bisa lebih dari separuh suara diraihnya.
Jadi, rasanya klaim Puti Guntur yang yakin dengan kemenangan 70 persen suara pada Pilkada Jatim 2018 nanti masih perlu dikaji kembali. Optimalisasi jaringan parpol pendukung paslon Khofifah – Emil tentu harus bekerja keras untuk menang di Mataraman.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews