Peringatan yang disampaikan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan alias Aher menjelang Pilkada Jabar 2018 bisa menjadi kenyataan. Menurut Gubernur Aher, Jabar memiliki karakter swing country yang membuat pelaksanaan Pilkada Jabar selalu berlangsung secara dinamis.
Hasil survei terhadap pasangan calon (paslon) bukan menjadi ukuran yang pasti sehingga tak perlu terpengaruh. “Saya pada 2008 memiliki survei yang kecil, tapi menang. Pada 2013 juga dianggap tidak akan menang, nyatanya menang juga,” kata dia dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id. Senin 22 Januari 2018.
Aher juga membandingkan dengan provinsi lain seperti Jatim yang kalangan pemenangnya hampir tidak mengalami perubahan. Begitu pun dengan Jateng. Menurutnya, hal ini berbeda bila dibandingkan dengan keterpilihan calon gubernur di Jabar.
Di Jateng relatif itu-itu juga, satu partai. Jatim juga tak hampir berubah, pemenangnya itu-itu juga. Di Jabar pemenangnya berubah terus. “Misalnya di Pileg pertama, yang menang PDIP, kedua Golkar, ketiga Demokrat. Pimpinan daerah yang dinamis hanya Jabar,” ujarnya.
Aher mengatakan, survei tentu dilakukan dengan perhitungan secara ilmiah dan memiliki keilmuan dan tata caranya sendiri. Kebanyakan memang tepat, tapi tidak tepat seluruhnya. Ia pun pernah merasakan hasil perhitungan media yang tidak akurat pada 2013.
Saat itu, Aher dianggap tidak unggul di Pilkada Jabar, karena menempati persentase survei sebesar 4 persen. Tapi, hasil survei yang dilakukan sejumlah lembaga tak memengaruhinya dan ia tetap optimistis.
Ia mengerahkan sekuat tenaga dengan berbagai cara, baik melalui media cetak, elektronik, dan sosial untuk memenangkan Pilkada saat itu. Ia pun mendapatkan dua kali kemenangan pada 2008 dan 2013 dan mengantarkannya sebagai pemangku Jabar I selama dua periode.
Aher membiasakan diri tak terpengaruh oleh survei saat menjadi cagub. “Oke survei sebagai bahan acuan, mari kita bergerak dengan bahan acuan itu. Tapi, perlu diingat survei terkadang berbeda dengan kenyataan,” tegas Aher.
Menurut Aher, masyarakat Jabar dinamis, tingkat partisipasi politiknya tinggi. “Tergantung apa yang diinginkan masyarakat di saat itu,” lanjutnya. Bagi Aher, yang paling penting untuk meraih kemenangan pada Pilkada Jabar adalah melakukan usaha nyata di lapangan.
Yang dilakukan Aher saat itu, ia meyakinkan para konstituen saat pencoblosan, mendatangi masyarakat sebanyak-banyaknya untuk menerima gagasan, dan menerima program untuk lima tahun ke depan.
Sejumlah survei sebelumnya mencatat, pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar – Dedi Mulyadi (Dua DM) unggul di berbagai survei Pilgub Jabar 2018. Hasil survei Litbang Kompas, yang mengunggulkan paslon Dua DM dengan 42,8 persn suara.
Terbaru, Lembaga Kajian Pemilu Indonesia (LKPI) pun merilis hasil surveinya. Dua DM keluar sebagai pemenang dengan raihan 22,3 persen. Jika berkaca pada jumlah kursi parpol pengusung di DPRD Jabar kemenangan memang realistis diraih paslon Dua DM.
Berdasarkan data yang diperoleh, kursi Partai Golkar dan Partai Demokrat sebanyak 29 kursi. Kedua partai ini merupakan pengusung utama Dua DM pada Pilkada Jabar 2018 mendatang. Ditambah dua partai non parlemen yakni Partai Perindo dan PKPI.
Secara jumlah kursi parlemen, paslon tersebut ditempel ketat oleh paslon Sudrajat – Ahmad Syaikhu (ASYIK). Jumlah kursi partai pengusungnya, yakni Gerindra, PKS, dan PAN adalah 27 kursi.
Kemudian, jumlah kursi parpol pengusung Ridwan Kamil – Uu Ruzhanul Ulum (RINDU), Nasdem, PPP, Hanura dan PKB sebanyak 24 kursi. Meskipun belakangan, karena dinamika internal DPP, Partai Hanura diketahui mengalihkan dukungan kepada paslon lain.
Sementara itu, PDIP mengusung sendirian pasangan calon TB Hasanudin – Anton Charlyan (HASANAH) pada Pilkada Jabar kali ini. Jika melihat itu semua, kemenangan itu realistis bagi paslon Dua DM.
Syaratnya, basis suara di Pileg 2014 lalu itu semakin menguat. Akan tetapi, Pilkada memiliki variabel berbeda dengan Pileg. Seperti yang disampaikan Gubernur Aher di atas, hasil survei belum menggambarkan kemenangan. Dua kali Pilkada Jabar sebelumnya membuktikan itu.
Bahwa, hasil survei belum tentu pararel dengan realita coblosan. Dua Pilkada Jabar belum pernah dimenangi oleh kandidat yang diusung oleh Golkar dan Demokrat. Pada 2008, Golkar dan Demokrat mengusung paslon Danny Setiawan – Iwan Sulandjana.
Kemudian, pada 2013 Golkar mengusung pasangan Irianto MS Syafiudin – Tatang Farhanul Hakim. Sementara Demokrat menjadi pengusung utama paslon Dede Yusuf – Lex Laksmana. Dalam dua kali pertarungan, dua kali pula Aher memenangi kontestasi pada Pilkada Jabar.
Sekedar mengingat, pada Pilkada Jabar 2013, ada lima paslon yang bertarung. Paslon nomor urut 1 Dikdik Mulyana Arif Mansyur – Cecep NS Toyib (Jalur Independen); Nomor 2 Irianto MS Syafiuddin (Yance) – Tatang Farhanul (Golkar);
Nomor 3 Dede Yusuf - Lex Laksamana (Demokrat, PAN, PKB, Gerindra); Nomor 4 Ahmad Heryawan – Deddy Mizwar (PKS, PPP, PBB, Hanura); Nomor 5 Rieke Diah Pitaloka – Teten Masduki (PDIP).
Beberapa hasil survei menempatkan tiga besar paslon: Dede – Lex, Aher – Deddy, dan Rieke – Teten. Sementara Dikdik – Cecep dan Yance – Tatang diprediksi hanya akan menjadi penggembira.
Agaknya, ketika itu Golkar mengulangi kegagalan di Pilkada DKI Jakarta yang mengusung Alex Noerdin – Nono Sampono yang langsung kandas dipecundangi calon lainnya. Beberapa survei menunjukkan Yance – Tatang hanya bisa menepati posisi keempat.
Paslon itu sedikit di atas Dikdik – Cecep. Survei Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan FKIP Universitas Pasundan mencatat, Yance – Tatang mendapat 14,6 persen. Lalu, menurut survei Pusat Kajian dan Kepakaran Statistika Universitas Padjadjaran, elektabilitas keduanya hanya 8,63 persen.
Di puncak klasemen Dede – Lex masih kuat. Dede adalah wagub petahana dan mantan artis. Cukup populer di Jabar. Lex adalah mantan Sekdaprov Jabar, birokrat yang berpengalaman. Survei Unpas (32,7 persen) dan Unpad (31,28 persen) menempatkan paslon ini di posisi satu.
Sementara Aher – Demiz berada di posisi kedua. Aher adalah gubernur petahana, didukung kader militan PKS. Sementara Demiz, aktor senior yang ngetop dengan sebutan Jenderal naga Bonar. Di survei Unpad mereka mendapat 26,46 persen suara, di Unpas 21,6 persen.
Rieke – Teten juga menyodok di posisi ketiga dan terus naik. Rieke, politisi PDIP yang dulu ngetop sebagai si Oneng dalam film Bajaj Bajuri, sementara Teten aktivis anti korupsi pendiri Indonesia Corruption Watch (ICW).
PDIP paska kemenangan Joko Widodo – Basuki Tjahaja Purnama pada Pilkada DKI Jakarta 2012 saat itu tengah jumawa. Guna mendongkrak suara Rieke – Teten, Jokowi juga ditunjuk jadi juru kampanye mereka.
Sementara itu Pusat Kajian dan Pembangunan Strategis (Puskaptis) punya keyakinan berbeda berdasar hasil survei mereka. Puskaptis memprediksi Aher – Demiz menang. Begitu Direktur Puskaptis Husin Yazid, saat memaparkan hasil surveinya pada Minggu, 10 Februari 2013.
Tentu realita di survei akan berbeda dengan di lapangan. Maka bisa saja semua terjadi. Benar juga, pada Minggu, (3/3/2013) KPU Jabar menetapkan paslon Aher - Demiz menang dengan perolehan suara sah 6.515.313 atau 32,39 persen.
Diikuti Rieke – Teten dengan suara 5.714.997 atau 28,41 persen, Dede – Lex 5.077.522 atau 25,24 persen, Yance – Tatang 2.448.358 atau 12,17 persen, dan Dikdik – Cecep 359.233 atau 1,79 persen. Aher – Demiz pun pada 2013 menjadi Gubernur – Wagub Jabar.
Itu pula yang pernah terjadi pada Pilkada Jabar 2008. KPU Jabar pada Selasa, 22 April 2008 menetapkan Ahmad Heryawan – Dede Yusuf menjadi Gubernur dan Wagub periode 2008-2013 dengan meraih dukungan 7.287.647 suara atau 40,50 persen dari 17.996.105 suara sah.
Kemenangan paslon yang diusung PKS dan PAN tanpa Gerindra ini sebelumnya diprediksi sejumlah lembaga survei yang melakukan penghitungan cepat, termasuk Litbang Kompas. Perolehan suara Aher – Dede (Hade) hanya berselisih 0,13 persen dengan prediksi Kompas, yang memprediksikan Hade meraih 40,37 persen.
Prediksi Kompas dan sejumlah lembaga survei lain itu dimuat di Kompas, Senin (14/4/2008). Agum Gumelar – Nu’man Abdul Hakim (Aman) meraih 6.217.557 suara (34,55 persen), dan Danny Setiawan – Iwan Sulandjana (Dai) didukung 4.490.901 suara (24,95 persen).
Mungkinkah pada Pilkada Jabar 2018 nanti PKS bakal meraih kemenangan seperti dua kali Pilkada Jabar 2008 dan 2013? Tentu saja ASYIK harus berjuang keras bersama Gerindra dan PAN, karena figur Sudrajat belum sepopuler Deddy Mizwar dan Ridwan Kamil.
Satu-satunya kunci agar PKS menang kembali adalah dengan memanfaatkan jaringan yang selama ini “dibina” Aher. Ini mengingat dua kemenangan sebelumnya itu lebih karena faktor Aher yang seorang ulama dengan militansi pendukungnya yang tersebar luas.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews