Pertarungan dan saling klaim dukungan antara Khofifah Indar Parawansa – Emil Elestianto dengan Saifullah Yusuf (Gus Ipul) – Puti Guntur Soekarno semakin terbuka. Dukungan atas Gus Ipul dari kiai di Jatim ternyata masih ada, bahkan bertambah.
Setidaknya, ini terjadi di Banyuwangi. Dukungan elemen kiai pada Khofifah terus berkurang. Selain karena mayoritas kiai sepuh tidak mendukung Khofifah, beberapa kiai dari pesantren sedang yang semula mendukung saat ini mulai berbalik arah.
Hal ini terlihat dari beralihnya dukungan KH Khotib Habibullah, pengasuh Ponpes Ummul Quro, Banyuwangi. Kiai karismatik tersebut, kini lebih memilih mendukung Gus Ipul – Puti Guntur ketimbang Khofifah – Emil pada Pilkada Jatim 2018 nanti.
Dukungan kepada Gus Ipul ini diberikan secara sepontan saat Keponakan KH Abdurrahman Wahid ini sowan dadakan ke Ponpes Ummul Quro, Sabtu (14/4/2018), seperti dikutip dalam Beritalima.com.
Gus Ipul yang sowan tanpa pemberitahuan ini sempat membuat Kiai Khotib terkejut. Bahkan Kiai Khotib langsung memeluk Gus Ipul dan mendoakannya agar cucu pendiri NU KH Bisri Syamsuri ini bisa menjadi Gubernur Jatim mendatang.
Selain mendoakan, Kiai Khotib bahkan bersedia mendampingi untuk mengkampanyekan Gus Ipul di beberapa tempat di Banyuwangi. Acungan dua jari juga selalu dia lakukan di hadapan masyarakat ketika dirinya bersama Gus Ipul diajak selfie warga.
“Alhamdulillah, saya bisa sowan silaturahmi ke Kiai Khotib,” kata Gus Ipul usai pertemuan tertutup dengan Kiai Khotib. Terbaru, dukungan juga datang dari mantan penduung fanatik Khofifah pada Pilkada Jatim 2013 lalu yang mulai balik kanan.
Mereka bersatu untuk memenangkan paslon Gus Ipul – Puti Guntur pada Pilkada Jatim 2018 mendatang. Diantaranya adalah Syafrudin Budiman, mantan Ketua Partai Matahari Bangsa yang juga saksi kunci pemenangan Khofifah pada Pilkada 2013.
Selain itu juga ada sejumlah Kiai Madura yang kini berbalik mendukung Gus Ipul. Mereka diantaranya KH Imam Haromain, Pengasuh Ponpes Darul Ulum, Desa Talaga, Kecamatan Ganding, Sumenep; dan KH Baijuri, Pengasuh Ponpes Ar-Rahwini, Desa Rombiyah Timur, Ganding, Sumenep.
Selain itu juga KH Rasyid Pengasuh Ponpes Tahfidul Qur’an Nurus Sya’ada/Nuruttilawah, Desa Prancak, Kecamatan Pasongsongan, Sumenep; KH Syaifudin, Pengasuh Ponpes Al-Muhibbah Desa Ketawang Daleman, Ganding, Sumenep; dan KH Hamidi Pengasuh Ponpes Al-Hayyan, Desa Karduluk, Kecamatan Pragaan, Sumenep.
“Kami kecewa dengan Khofifah. Dia dulu menuding Pakde Karwo dan Partai Demokrat melakukan pembajakan demokrasi setelah kalah di pilgub 2013. Kini mereka malah bersatu di Pilgub Jatim 2018,” kata Syafrudin.
“Kami sekarang menitipkan aspirasi ke Gus Ipul – Mbak Puti tanpa ada embel-embel apapun,” lanjut Ketua Presidium Pusat Barisan Pembaharuan (BP) itu kepada wartawan di sela-sela peresmian Posko Suara Jawara Jatim, Senin (16/4/2018).
Para ulama ini melihat Khofifah ternyata hanya pandai beretorika, padahal banyak yang diungkapkan tidak sesuai dengan kenyataannya. “Kami hanya butuh pemimpin yang bisa menyentuh akar masalah, santun dan merakyat serta tidak banyak beretorika,” ujarnya.
Melihat hasil survei beberapa lembaga kredibel juga menunjukkan bahwa Gus Ipul – Puti Guntur-lah yang menang, sehingga mendukung Gus Ipul adalah sebuah keharusan. Mereka juga mendapat dukungan tambahan dari para aktivis.
[irp posts="14012" name="Dukungan Khofifah Makin Menguat, Gus Ipul Ditinggal Pendukung"]
Di antarnya adalah Sekretaris Partai Karya Perjuangan Jatim Iwan Setiawan; Ketua DPW Partai Indonesia Sejahtera Jatim Ardijoso; Sekretaris PW Partai Matahari Bangsa Jatim Indria Wachida Affiva; profesional Informasi Technology Jefry Eric dan beberapa aktivis lainnya.
Gus Ipul sendiri menyambut baik dukungan tersebut. “Terimakasih atas dukungannya. Saya berharap para relawan ini solid dan bisa bekerja dengan santun. Rakyat butuh Pilkada yang adem,” ujarnya, seperti dilansir Beritalima.com (16/4/2018).
Sebelumnya, sejumlah Kiai Sepuh berkumpul di Ponpes Yayasan Nurul Islam (Nuris) Jember untuk membacakan doa khusus sesaat sebelum dimulainya Istighosah Akbar “Mengetuk Pintu Langit” yang digelar di Kampung Jakcloth, Jl. Slamet Diyadi, Jember (15/4/2018).
Doa Khusus kali ini dilakukan oleh sejumlah kiai sepuh, diantaranya adalah KH Zainuddin Jazuli dari Ploso Kediri, KH Kholil As’ad dari Situbondo, KH Anwar Mansur dari Lirboyo Kediri, KH Anwar Iskandar dari Kediri, dan KH Nurul Huda Jazuli dari Ploso Kediri.
Kemudian, KH Miftahul Akhyar dari Kota Surabaya, KH Nawawi Abdul Jalil dari Sidogiri Pasuruan, KH Agus Ali Masyhuri dari Bumi Sholawat Sidoarjo, ada pula KH Moh. Hasan Mutawakil Allalah dari Genggong Probolinggo.
KH Fu’ad Jazuli dari Ploso Kediri, KH Idris Hamid dari Pasuruan dan KH Ubaidillah Faqih dari Langitan Tuban ikut hadir. Selain membacakan doa-doa khusus, pertemuan kali ini juga dilakukan untuk temu alumni beberapa ponpes besar, diantaranya Ponpes Sidogiri Pasuruan; Ponpes Ploso Kediri; Ponpes Zainul Hasan Genggong, Probolinggo; Ponpes Lirboyo, Kediri; serta Ponpes Anuqoyah, Sumenep.
“Guru dan para kiai yang memilih Gus Ipul, dan kita ini berhutang budi pada masyayikh. Jadi kalau kamu berani menentang guru, bisa hilang ilmumu. Citra santri adalah patuh pada kiai,” kata KH Anwar Iskandar, pengasuh Ponpes Al Amin, Kediri.
Pengasuh Ponpes Zainul Hasan Genggong Probolinggo KH M Hasan Mutawakkil ‘Alallah mengatakan, Jatim menjadi barometer nasional. Hal ini dilihat dari kondusifitas yang terjaga. “Mengapa bisa seperti itu?” tanya Kiai Muttawakil.
Menurut Kiai Muttawakil, salah satunya karena masyarakat Jatim masih patuh kepada kiai. “Sehingga kalau ada konflik, bisa diredam dengan cepat, karena ketaatan kepada kiai adalah kebutuhan. Kalau kita mau selamat, salah satunya adalah patuh dengan ulama,” katanya.
Di akhir sambutannya, Kiai Muttawakil yang juga Ketua PWNU Jatim ini menutup dengan sebuah pantun. “Amplop putih jangan sampai luntur, disimpan di atas sumur. Gus Ipul dan Mbak Puti Guntur, Insya Allah, akan membuat Jatim makmur,” kata Kiai Muttawakil.
Menurut seorang ustadz, dukungan kiai kepada Gus Ipul itu lebih karena melihat faktor Gus Ipul itu masih keponakan Gus Dur. “Setidaknya, sekitar 90 persen kalangan kiai itu masih ke Gus Ipul dukungannya. Ini yang terlihat di lapangan,” ujarnyakepada Pepnews.com.
Puisi “Ibu Indonesia” Sukmawati Soekarnoputri dan Debat Publik I Pilkada Jatim 2018 itu bukan satu ukuran untuk bisa pengaruhi pilihan pada paslon. “Para kiai itu lebih melihat pada figur calon yang akan dipilihnya itu. Apalagi masih ponakan Gus Dur,” lanjutnya.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews