Kamis, 12 April 2018, lembaga survei Indonesia Indicator (I2) merilis hasil survei atas head to head Khofifah Indar Parawansa – Emil Elestianto dengan Saifullah Yusuf (Gus Ipul) – Puti Guntur Soekarno paska penampilan Debat Publik I Pilkada Jatim 2018 yang diselenggarakan KPU Jatim pada Selasa, 10 April 2018.
Keduanya sama-sama kuat, berlatar-belakang NU, dan masing-masing memiliki bintang untuk generasi milenial yang membuat situasi pilkada menjadi dinamis. “Ditambah lagi dengan perang survei dengan hasil yang bervariasi,” kata Rustika Herlambang.
“Ketatnya persaingan ini juga dilihat dari isu-isu terbesar yang menjadi perhatian media. Begitupun dukungan kiai atau tokoh agama menjadi salah satu isu terbesar di Jatim, selain perang klaim survei,” lanjut Direktur Komunikasi I2 itu.
Seperti diketahui, dari 5 survei yang dilakukan dalam waktu bersamaan terdapat perbedaan pemenang. Pollmark Indonesia, Indo Barometer, Charta Politika mengunggulkan Gus Ipul, sedangkan Litbang Kompas dan Poltracking Indonesia memenangkan Khofifah.
Sementara di bidang pemberitaan, duet Gus Ipul – Puti Guntur unggul dalam pemberitaan di media online, sebesar 3.207 berita atau mencapai 52 persen. Sedangkan, pemberitaan tentang Khofifah – Emil berkibar di media daring (medsos), mencapai 2.916 atau 48 persen.
Dalam pemetaan pemberitaan di berbagai daerah terlihat kontestasi cukup ketat. Di media online, Gus Ipul masih memimpin sebagai top influencer. Dari sisi sentimen, Gus Ipul – Puti Guntur mendapat 10 persen sentimen negatif, sementara Khofifah – Emil sebesar 13 persen.
Selain itu, I2 juga mencatat tingginya dukungan dan antusiasme netizen pada Pilkada Jatim 2018. Kompetisi antara kedua pasangan di Twitter cukup menarik perhatian netizen, meski kali ini jumlah percakapannya tidak lagi head to head.
Dari sisi percakapan, Khofifah – Emil mendominasi sebesar 76 persen percakapan dibanding Gus Ipul – Puti Guntur yang cuma 24 persen dalam sebulan terakhir.
Namun, dibandingkan dengan jumlah akun yang merespons masing-masing paslon, maka Gus Ipul – Puti Guntur lebih banyak akun yang mempercakapkannya, yakni sebanyak 2.149 akun. Sementara, Khofifah – Emil 1.767 akun twitter.
Artinya, masing-masing akun memiliki rata-rata jumlah cuitan soal Khofifah lebih banyak. Contoh pada April, rata-rata netizen me-mention Khofifah – Emil sebesar 8 tweet, sementara pada Gus Ipul – Puti Gunturi hanya 2 tweet.
I2 pun merilis, ada 50.905 percakapan di twitter yang ditujukan pada Khofifah sepanjang sebulan terakhir. Sebanyak 63 persen akun manusia (1.767) dan 36,4 persen akun mesin (1.012). Sentimen negatif sebanyak 5,5 persen, positif 49,6 persen dan netral 44,9 persen.
Sementara itu, ada 15.907 percakapan di Twitter yang ditujukan pada Gus Ipul – Puti Guntur sebulan terakhir. Sebanyak 72,9 persen akun manusia (2.149) dan 27,1 persen akun mesin (797). Sentimen negatif 3,8 persen, positif 66,2 persen, dan netral 30 persen.
Sisi lain yang menarik, Gus Ipul – Puti Guntur lebih banyak dibicarakan kaum adam sebesar 53,4 persen, sementara Khofifah – Emil lebih banyak dibicarakan kaum hawa, 53,4 persen.
Generasi milenial yang menjadi sasaran dua paslon itu masih belum berhasil diraih di Twitter.
Kedua kandidat lebih banyak dipercakapkan netizen berusia di atas 35 tahun. Khofifah – Emil direspons sebanyak 65,8 persen usia di atas 35, sementara Gus Ipul – Puti Guntur sebanyak 60,3 persen.
Karakter Jatim ini mengedepankan kampanye yang lebih positif dan santun serta fokus pada kelompoknya sendiri, terlihat kuat dalam taburan cuitan di jejaring percakapan Facebook dan Twitter. Sebuah kondisi yang bertolakbelakang dengan atmosfer di daerah lain.
Di Facebook, tak ada ujaran kebencian yang masif. Masing-masing paslon punya kedekatan dengan ulama atau agama. Postingan dan komentar Khofifah – Emil mencapai 4.017 relasi percakapan, lebih banyak dibanding Gus Ipul – Puti Guntur yang 2.113 relasi percakapan.
Kendati sempat ada isu mengenai teror pembunuhan karakter yang ditujukan pada Khofifah, namun isu itu tenggelam dibanding kegairahan para netizen dalam harapan dan percakapan yang positif terhadap Pilkada Jatim.
Data I2 menyebut, adanya dua kelompok besar yang masing-masing fokus pada salah satu pendukung. Ada kelompok tengah yang rata-rata dijembatani oleh akun media. Pembahasan mengarah kepada dukungan untuk masing-masing paslon tanpa menunjukkan ketidaksukaan pada paslon lawan.
Kendati demikian, tidak ada penyerangan antarpendukung paslon melalui medsos. Sebuah kondisi yang menarik, karena mampu menurunkan ketegangan antarpaslon yang mungkin terjadi.
Namun, kedua paslon ini seolah hanya berkampanye untuk kelompoknya. PR-nya adalah bagaimana mereka harus mampu memengaruhi kelompok silent majority atau yang belum menentukan pilihan.
Unggul Dalam Debat
Dalam Debat Publik I tersebut, Khofifah – Emil dinyatakan lebih unggul daripada Gus Ipul – Puti Guntur dalam data dan fakta. Setidaknya ada delapan data dan fakta yang disoroti pada kedua paslon itu. CNNIndonesia.com mencatatnya.
Pertama, Khofifah menyampaikan bahwa Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di tingkat pusat seyogyanya juga berlaku untuk Madrasah Diniyah. Apa yang disampaikan Khofifah ini Sesuai Fakta.
Faktanya, dalam data Bappeda Pemprov Jatim, selama ini Madrasah Diniyah di Jatim dibantu melalui pembiayaan APBD. Misalnya pada 2011, telah dialokasikan sedikitnya Rp 280 miliar untuk program BOS Daerah, khusus bagi Madrasah Diniyah di Jatim.
Kedua, Khofifah mengatakan ada 51 persen warga Jatim tidak mempunyai keterampilan, 21 persen diantantaranya di atas 15 tahun tidak lulus SD, dan 30 persen lainnya hanya lulusan SD. Artinya mereka adalah kategori unskilled labour.
Data yang disampaikan Khofifah itu juga Sesuai Fakta. Faktanya menurut Bappeda Jatim berdasarkan data BPS, pada 2012 mayoritas yang bekerja paling banyak masih berpendidikan SD ke bawah.
Ketiga, Puti Guntur menyebut, pihaknya memiliki program anak muda yang kreatif, Mas Metal (Masyarakat Melek Digital). “Bagaimana mereka bisa melek digital kalau internet dan teknologi tidak terpasang di Jatim? Kami akan pasang (internet) demi anak-anak muda”.
Apa yang disampaikan Puti Guntur itu Tidak Sesuai Fakta. Karena faktanya dalam sejumlah pemberitaan disebutkan bahwa semua wilayah di Jatim sudah bisa menggunakan layanan internet 4G.
Keempat, Emil mengatakan angka pengangguran di Trenggalek lebih baik dari Jatim. Pada 2015 angka pengangguran di Trenggalek di atas 4 persen, 2016 punya tingkat pengangguran sekitar 4 persen, dan pada 2017 sudah 3,4 persen.
“Coba cek angka pak wagub punya datanya, tingkat pengangguran di Trenggalek lebih baik dari Jatim,” ujar Emil. Ini juga Sesuai Fakta.
Faktanya dalam data BPS Provinsi Jatim, tingkat pengangguran pada 2017 sebesar 4 persen. Sementara data BPS Kabupaten Trenggalek pada 2017, pengangguran di Trenggalek sebesar 2,46 persen.
Kelima, Emil menyebut kasus stunting (kekurangan gizi kronis), Trenggalek bukan yang terburuk. Di Jatim (kasus stunting) 26 persen, Trenggalek masih lebih baik dari Jatim. Ini Sesuai Fakta.
Faktanya berdasarkan hasil survei Pemantauan Status Gizi (PSG) pada 2014-2016, angka kejadian balita dengan masalah kurang gizi kronis, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan tubuh menjadi pendek atau stunting di Jatim untuk usia 0-59 bulan pada 2014 sebesar 29 persen dan pada tahun 2016, sehingga menjadi sebesar 26,1 persen.
Tingkat kasus stunting tinggi atau prevalensi melebihi 40 persen hanya Kabupaten Sampang, yakni sebesar 44 persen. Sedangkan lima daerah lainnya, Jember, Sumenep, dan Bangkalan dalam kategori persentase sedang, yakni rentang antara 30 hingga 39,2 persen.
Keenam, Gus Ipul menyebut tak semua startup berhasil berjalan, hanya ada sekitar 10 persen yang berhasil. Ini Tidak Sesuai Fakta. Karena, faktanya menurut data dari GDP Venture yang dikutip media, hanya ada 2 persen yang bisa berhasil dari 1.000 startup.
Ketujuh, Puti menyebut, dari data BPS 2016 tingkat kemiskinan di Kabupaten Trenggalek naik 0,17 persen. Ini juga Tidak Sesuai Fakta.
[irp posts="14012" name="Dukungan Khofifah Makin Menguat, Gus Ipul Ditinggal Pendukung"]
Faktanya, dalam situs Kabupaten Trenggalek, Kepala Seksi Statistik Sosial BPS Kabupaten Trenggalek Deni Irawan menyebut sesuai profil kemiskinan tahun 2017, jumlah penduduk miskin (P0) di Kabupaten Trenggalek disebutkan pada 2016 dan 2017 relatif menurun.
Tingkat penurunannya dari angka 91,49 ribu orang atau 13,24 persen turun menjadi 89,77 ribu orang atau 12,96 persen.
Kedelapan, Gus Ipul mengatakan, saat ini dari 2000 lebih sekolah hanya 40 persen atau 800 sekolah yang terakreditasi A. Ini Tidak Sesuai Fakta.
Faktanya dalam pemberitaan sebuah media pada 2016, Sekretaris Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah (BAP S/M) Suparno mengatakan sebanyak 13.393 sekolah di Jatim tidak masuk kuota akreditasi sekolah/madrasah dari pemerintah pusat pada 2017.
Akankah nantinya para pemilih juga melihat fakta hasil debat publik tersebut saat memilih siapa diantara kedua paslon yang pantas menjadi Gubernur – Wakil Gubernur Jatim nanti? Pilihan cerdas dan cermat tetap ada di tangan rakyat Jatim pada 27 Juni 2018.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews