Hadapi "The Power of Kaos Oblong", Jokowi Tak Perlu Panik apalagi Takut

Sabtu, 14 April 2018 | 07:10 WIB
0
858
Hadapi "The Power of Kaos Oblong", Jokowi Tak Perlu Panik apalagi Takut

Berawal dari sebuah puisi, dunia maya dihebohkan oleh penampilan putri Presiden pertama Indonesia Soekarno, Sukmawati Soekarnoputri, di acara 29 tahun Anne Avantie Berkarya di Indonesia Fashion Week 2018 yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta Selatan, 2 April 2018 lalu.

Dalam acara tersebut, wanita bernama lengkap Diah Mutiara Sukmawati Sukarnoputri itu membacakan sepenggal puisi berjudul "Ibu Indonesia". Puisi itu akhirnya menimbulkan kontroversi karena mengandung unsur SARA di dalamnya, kemudian beliau meminta maaf kepada seluruh umat islam yang merasa tersinggung dengan puisinya.

Sebagai orang yang bersalah Ibu Sukmawati pun mendatangi kantor MUI pusat dan diterima oleh ketua MUI KH. Amin Ma'ruf dan sebagai ulama beliau memaafkan ibu Sukmawati dan meminta kepada umat Islam seluruh Indonesia untuk sama-sama memaafkannya.

Akan tetapi, sebagian umat Islam ada yang tetap ingin melanjutkan ke ranah hukum, namun KH Amin Ma'ruf meminta untuk mencabut berbagai laporan penistaaan agama ke ranah hukum dengan tujuan kedamaian.

Inilah manuver politik pertama dari kubu Jokowi yang dimulai oleh Ibu Sukmawati untuk Pilpres 2019 yang tanpa sadar atau sengaja telah membenturkan KH Amin Ma'ruf dengan umat Islam lainnya, akhirnya antara pro dan kontra tidak bisa dielakan sampai-sampai seorang politikus senayan bercuit di twitter yang merendahkan KHAmin Ma'ruf bahkan hujatan tak luput ditujukan kepada beliau hingga sebagian umat Islam lainnya tidak terima atas penghinaan dan hujatan tersebut.

Hari itu seakan dimulainya kegaduhan politik jelang Pilpres 2019 seperti kegaduhan Pilkada DKI Jakarta tahun lalu yang banyak menguras energi untuk sebuah pesta demokrasi.

Belum selesai tentang puisi yang menista agama kembali presiden Jokowi pada pidatonya di depan simpatisan dalam acara Konvensi Nasional Galang Kemajuan 2018 di ballroom Puri Begawan, Bogor, terlihat emosi dan bahkan marah tidak seperti biasanya. Serangan-serangan terhadap dirinya direspon dengan gaya meledak-ledak dari isu PKI, utang, Indonesia bubar 2030 sampai kaos pun direspon dengan mimik agak ketakutan.

Respon Jokowi terakhir tentang maraknya kaos oblong bertuliskan tagar #2019GantiPresiden menjadi viral di medsos. Beliau mengatakan bahwa yang bisa mengganti presiden adalah rakyat, kedua Tuhan, kaos tidak bisa mengganti presiden.

Ada semacam ketakutan dalam dirinya dengan maraknya kaos bertagar #2019GantiPresiden, padahal baju kotak-kotak sudah terbukti bisa membuat Jokowi menjadi gubernur bahkan Presiden, masak lupa, Pakde?

Dan Semua keinginan dan cita-cita sesungguhnya berawal dari sebuah mimpi dan daya khayal manusia sehingga segala ketidakmungkinan bisa menjadi mungkin, not imposible di dunia politik yang selalu dinamis. Teringat kata-kata fisikawan Albert Einstein yang mengatakan "imagination important than knowledge", bahwa daya khayal itu lebih penting dari sekedar pengetahuan karena imajinasi bisa mengubah segalanya.

Begitupun dengan sebuah kaos oblong yang diremehkan bisa jadi menjadi kekuatan besar untuk melengserkan rezim yang berkuasa saat ini , sejarah di Thailand ketika puluhan ribu demonstran yang mengenakan ikat kepala atau kemeja kuning - warna keluarga kerajaan Thailand - mengusung poster-poster anti Thaksin Shinawatra pada 2006, yang berakhir dengan jatuhnya kekuasaannya.

[irp posts="13909" name="Apakah Tagar 2019 Ganti Presiden Paralel dengan Jokowi Dua Periode?"]

Terakhir, di Indonesia aksi 212 dan 214 yang telah sukses memenjarakan Ahok hingga Pilkada pun kalah meski menurut hampir semua lembaga survei memenangkan Ahok, mereka berdemo dengan seragam putih-putih. The Power of imagination dari sebuah kaos oblong yang bertuliskan #2019GantiPesiden seolah menjadi barang yang menakutkan bagi seorang Jokowi untuk Pilpres 2019.

Seharusnya Jokowi tak perlu berlebihan dalam merespon kaos bertagar #2019GantiPresiden dengan mimik sedikit ketakutan, cukuplah membuat tandingan kaos bertuliskan #Jokowi2Periode, begitu 'kan lebih baik.

Kejadian ini bisa jadi menjadi "blunder" bagi rezim berkuasa saat ini karena sudah terpancing dengan manuver-manuver yang sengaja diciptakan lawan politiknya. Seorang berimajinasi dengan inovasi yang tertuang dalam sebuah kaos adalah sebuah kewajaran dan hak seseorang untuk menyampaikan aspirasi dalam negara demokrasi.

Sekali lagi tak perlu di respon serius termasuk oleh pendukung Jokowi, sekali direspon #2019GantiPresiden secara masif akan menjadi viral bahkan menjadi kekuatan besar di masyarakat untuk bisa mewujudkan imajinasinya tentang ganti presiden tahun 2019. Bisa saja "Kotak Kosong" yang jadi presiden, meski hal ini tidak akan terjadi dengan kesediaan Prabowo maju lagi.

Namun nasi sudah menjadi bubur, semakin ke depan The Power of Kaos Oblong dari sebuah imajinasi bisa jadi kenyataan, jadi tak perlu panik karena sampai sekarang pun tak ada calon presiden bahkan ketika Prabowo secara resmi meneklarasikan diri sebagai capres penantang. Bukankah jabatan tak perlu diperjuangkan mati-matian jika Tuhan sudah berkehendak?

Sadar bahwa politik itu dinamis, kemungkinan-kemungkinan bisa saja terjadi karena semua berawal dari mimpi. Akhir kata tetap slow down baby, don't panic sebab kepanikan menimbulkan ketidakstabilan diri. Ingat perang sudah dimulai meski masih 1 tahun lagi, masih banyak kegaduhan-kegaduhan yang akan terjadi dan harap maklum karena kita sudah memilih sebagai demokrasi dan berharap kita tetap bisa berdemokrasi yang cerdas tidak terpancing emosi.

Salam santun.

***

Editor: Pepih Nugraha