Peta dukungan terhadap pasangan calon pada Pilkada Jatim 2018 mendatang mulai tampak berubah. Paslon Khofifah Indar Parawansa – Emil Elestianto Dardak dengan nomor urut 1 semakin menguat dibandingkan Saifullah Yusuf – Puti Guntur.
Terlebih lagi, setelah Sukmawati Soekarnoputri membacakan puisi “Ibu Indonesia” yang membuat sebagian besar umat Islam Indonesia menjadi antipati pada PDIP sebagai parpol pengusung paslon yang akrab dipanggil Gus Ipul – Mbak Puti ini.
Belum sembuh rasa sakit umat Islam – khususnya di jajaran Kementerian Agama RI setelah dibilang ‘bangsat’ oleh anggota DPR RI dari PDI-P Arteria Dahlan – sudah muncul hinaan Sukma, melalui “Ibu Indonesia” yang membandingkan kidung vs adzan.
Gaya PDIP yang selalu menyerang umat Islam ini, mendapat perlawanan keras. Dampaknya, sejumlah kiai yang awalnya mendukung Gus Ipul – Mbak Puti ini terang-terangan menarik dukungan atas paslon yang diusung PDIP, PKB, Gerindra, dan PKS ini.
Dimulai dari Banyuwangi, sejumlah kiai lebih sreg mendukung Khofifah – Emil. Kabar yang sama datang dari Forum Komunikasi Kiai Kampung Jawa Timur (FK3JT) Pasuruan, memilih putar haluan, mendukung Khofifah – Emil.
Ditanya soal kabar itu, Pengasuh Ponpes Darussalam, Blokagung, Banyuwangi, KH Hisyam Syafaat, mengaku bersyukur. Menurutnya, apa yang diputuskan para kiai yang “balik kanan” mendukung Khofifah – Emil telah melalui proses yang serius dan penuh kebijakan.
“Saya bersyukur sekali. Sebab, dengan begitu umat di bawah semakin paham, siapa kandidat yang layak dimenangkan dalam Pilgub ini. Kiai selalu mengedepankan maslahat untuk umat, semoga dukungan kemenangan untuk Bu Khofifah dan Mas Emil ini, benar-benar membawa perubahan, Jawa Timur lebih baik,” ujar Kiai Hisyam Syafaat, seperti dikutip Duta.co, Jumat 6 April 2018.
Melansir Jawapos.com, dukungan para kiai kepada Khofifah – Emil kian masif. Para kiai dan tokoh se-Kabupaten Banyuwangi menyatakan dukungannya pada paslon nomor urut satu itu. Pengasuh Pondok Pesantren Manbaul Ulum KH Yusuf Nur Iskandar mengatakan, peralihan dukungan para kiai itu sudah melalui pertimbangan yang matang.
Sebab, setelah melakukan kajian yang matang, hanya sosok Khoffiah yang dianggap lebih peduli kepada umat. “Dulu saya ke Gus Ipul tapi sekarang enggak. Sekarang Khofifah, wis wayahe,” ungkap Kiai Yusuf Nur.
“Bu Khofifah ini lebih cerdas, lebih mengakar, dan punya kepedulian terhadap umat,” ujar Kiai Yusuf Nur dengan yakin saat menggelar silaturahmi dengan Khofifah di Banyuwangi, Rabu, (4/4) petang kepada Jawapos.com.
Selain itu, lanjutnya, para Kiai Banyuwangi meyakini program Nawa Bhakti Satya serta visi misi pasangan Khofifah – Emil sangat bagus dan masuk akal. Ia optimistis, jika Khoffiah kelak terpilih, semua program itu bakal terlaksana dengan baik.
“Bukan hanya sekedar janji belaka. Beliau orang yang komitmen, bukan tipe pengkhianat. Beliau ini visinya lurus. Di tengah hiruk pikuk saling menjegal, Bu Khofifah ini baik, punya komitmen,” ungkapnya.
Kiai Yusuf Nur yakin, kalau pasangan Khofifah-Emil bakal menang mutlak untuk wilayah Banyuwangi. Apalagi, lanjutnya, dukungan para kiai pada paslon ini berseiring dengan suara masyarakat Banyuwangi yang mayoritas mendukung nomor urut satu.
“Insya’ Allah di daerah ini menang karena dua periode ini, ibu selalu menang. Insya’ Allah orang sudah cerdas. Melihat pidatonya, orang sudah bisa menilai. Ibu Khofifah di tempat yang tepat. Ibu Khofifah ya sangat tepat di Jawa Timur,” tuturnya.
Dukungan serupa juga datang dari Pengasuh Ponpes Ummul Quro, Glenmore, Banyuwangi, KH Khotib Habibullah. Kiai Khotib melihat dorongan masyarakat Banyuwangi yang semakin besar ke Khofifah. Selain itu, pengalaman Khofifah juga menjadi pertimbangan Kiai Khotib untuk memilih Ketua Muslimat NU tersebut.
“Saya dan keluarga serta alumni mendukung Bu Khofifah. Tampaknya masyarakat kecil yang tampak sekarang lebih dekat ke Khofifah. Pengalaman di Menteri Sosial, itu kan bisa melihat membenahi masyarakatnya,” sambungnya.
Terkait puisi kontroversial yang dibaca Sukma, membuat KH Fahrurrozi pindah haluan. Kiai Fahrurrozi yang selama ini mendukung Gus Ipul – Mbak Puti, melalui Forum Komunikasi Kiai Kampung Jawa Timur (FK3JT) pindah ke Khofifah.
Gus Fahrul, panggilan akrabnya, membenarkan jika pihaknya akan balik kanan mendukung ke Khofifah, pasca gaduh puisi tersebut. “Saya akan balik kanan, itu karena statement puisi Sukma yang bikin umat Islam tersinggung,” tegasnya seperti dikutip Bangsaonline.com.
Survei Khofifah Unggul
Hasil survei terakhir Poltracking Indonesia masih menempatkan paslon Khofifah – Emil lebih unggul daripada paslon Gus Ipul – Mbak Puti. Bahkan, Tribunnews.com menulis, Khofifah – Emil dalam diprediksi terus meningkat.
Hal itu disampaikan peneliti Poltracking Hendra Yasin, Selasa (3/4/2018). Ia menyebut tren elektabilitas pasangan Khofifah – Emil terus naik, sementara tren Ipul yang petahana terus disalip dan terkejar. “Sampai yang terbaru Khofifah tetap di atas Gus Ipul, baik elektabilitas maupun popularitasnya,” jelas Hendra.
Dalam survei yang paling terbaru yang dilakukan Poltracking pada 6 hingga 11 Maret 2018, elektabilitas pasangan Khofifah – Emil unggul mencapai 42,4 persen. Sedangkan Gus Ipul – Mbak Puti berada pada angka 35,8 persen, dengan undecided voters sebesar 21,8 persen.
Survei Poltracking menggunakan metode stratified multistage random sampling dengan 1.200 responden dengan margin of error 2,83 persen serta tingkat kepercayaan 95 persen.
Jika dilihat dan dibandingkan dari survei yang baru dirilis Indo Barometer, elektabilitas Khofifah yang dilakukan per bulan September 2017 hingga Februari 2018, maka elektabilitas paslon naik 13,5 persen.
Sebaliknya, Gus Ipul – Mbak Puti turun 12,6 persen. Jumlah sampel survei Indo Barometer sebanyak 800 responden, dengan margin of error sebesar kurang lebih 3,46 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Menurut Hendra, dalam posisi elektabilitas pasangan Khofifah – Emil yang kian melejit itu akan menyulitkan sang rival sebagai pemain lain alias petahana. Hal tersebut dinilai akan menyulitkan posisi pasangan Gus Ipul – Mbak Puti.
“Melihat grafik perolehan elektabilitas petahana yang terus menukik itu bisa dibilang sangat berdampak buruk karena sulit untuk dikembalikan, sehingga berpotensi kalah,” tutur Hendra seperti dilansir Tribunnews.com.
Tren kenaikan elektabilitas, lanjut Hendra, disebabkan paslon Khofifah – Emil paduan dua figur yang mewakili dua pemilih. Sehingga suara pemilih pemula maupun pemilih lanjutan akan tertuju pada paslon Khofifah – Emil.
“Kandidat ini dianggap reperesentasi dari kelompok lintas generasi. Hasil survei menunjukan paslon Khofifah – Emil unggul di semua kelompok Generasi baik Z, Y, X, hingga Baby Boomer,” lanjut Hendra.
Merujuk hasil survei tersebut, Gus Ipul meminta para pendukungnya di Jatim agar tak risau menanggapi hasil survei Poltracking itu. Menurutnya, hasil survei itu sebatas petunjuk awal. Banyak contoh hasil survei yang ternyata tak sesuai dengan hasil pemilihan sebenarnya.
“Bagi kami apapun yang namanya survei itu sebuah gambaran dalam tahapan tertentu. Kondisi di lapangan kan dinamis, kadang naik kadang turun biasa. Nanti ada survei berbeda lagi, siapa tahu ke depan kita naik,” kata Gus Ipul kepada wartawan, Senin (19/3/2018).
Meski begitu, pihaknya terus berupaya mendongkrak elektabilitas pada Pilkada Jatim 2018. Pihaknya akan minta bantuan para kader partai pengusung, tokoh agama, tokoh masyarakat untuk ikut mensosialisasikan visi-misi Gus Ipul – Mbak Puti ke warga Jatim.
“Jadi, tak perlu dirisaukan, belajar dari Jakarta, belajar dari tempat-tempat lain. Survei kalau salah cara membacanya, salah cara membaca datanya bisa jadi berbeda dengan kenyataan. Maka itu kami punya survei sendiri untuk kepentingan internal,” katanya.
“Kami tentu tindaklanjuti hasil-hasil survei itu dengan kerja lapangan bersama tim,” lanjut Gus Ipul. “Kepada pendukung saya dan Mbak Puti agar tak terlalu risau. Kondisi di lapangan dinamis, bisa kita lihat dan rasakan apa yang terjadi di lapangan,” tegasnya.
Di saat elektabilitas Khofifah – Emil mulai naik, paslon yang diusung Partai Golkar bersama Demokrat, NasDem, Hanura, PPP, dan PAN ini mendapatkan serangan kampanye hitam. Ini berdasarkan temua Relawan Barisan Kawan (BKM) Khofifah – Emil.
Menurut Ketua BKM Harun Al Rasyid, pihaknya menemukan dugaan serangan kampanye hitam Khofifah di media sosial, yakni sebuah postingan akun Dwi Handoko di media sosial. Postingan itu tertulis: “Orang seperti Khofifah harus “Dibunuh”, jangan izinkan jadi gubernur karena melanggar”.
Terdapat tiga akun dengan postingan yang sama, yakni akun Dwi Handoko di Instagram dan Facebook pada 13 Februari 2018, menulis: Orang seperti Khofifah harus “Dibunuh”, jangan izinkan jadi gubernur karena melanggar”. Ini juga dilakukan akun SatrioPiningitCerita dan Srisultangerucakra.
Harun Al Rasyid menjelaskan, temuan tersebut didapat setelah tim cyber-nya melakukan patroli dan penyisiran media sosial terkait postingan yang menyangkut nama cagub-cawagub Jatim, Khofifah – Emil. “Hasilnya, ditemukan postingan tersebut,” ungkapnya.
Politisi dari Partai Golkar ini mengatakan, temuan itu akan disampaikan kepada tim hukum paslon ini agar segera ditindaklanjuti di Sentra Penegakan Hukum Terpadu (Gakkumdu) karena tindakan itu sangat tidak elok dan keji, sehingga harus diproses hukum.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews