Orang-orang yang merasa dirugikan oleh keberadaan Pemerintahan Presiden Jokowi agaknya menemukan momentum baru unuk menciptakan kebisingan, dan kebisingan ini selanjutnya menunggu reaksi untuk lebih diledakkan menjelang Pilpres 2019.
Ini Juga menjadi momentum untuk menaikkan posisi tawar kelompok Ormas yang selalu menciptakan hingar bingar, pedagang Politik dan Agama sangat menyukai situasi ini, karena aksi ini pastinya akan memancing reaksi siapa saja yang merasa terganggu, ini demokrasi, kebebasan berekpresi tidak boleh diganggu, begitulah dalih yang selalu dikemukakan.
Meskipun Puisi Sukmawati itu sudah dibukukan sejak Tahun 2006 yang lalu, dan selama 12 Tahun tidak pernah dipersoalkan isinya, sudah menjadi nasibnya, puisi tersebut menjadi persoalan menjelang Pilpres 2019, puisi sukma menjadi amunisi bagi yang ingin memperkeruh situasi.
[irp posts="13920" name="Memaafkan Sukmawati, Kyai Ma'ruf Amin Jadi Sasaran Hinaan"]
Puisi Sukmawati ini bagi sebagian orang hanyalah persoalan sederhana, tapi bagi sebagian lain ini dianggap sebagai pelecahan Agama, semua tergantung sudut pandang dan kepentingan melihatnya, sederhana bagi yang memiliki ruang hati, tapi menyakiti hati bagi yang punya kepentingan yang lebih besar lagi.
Sebaiknya persoalan ini jangan dipandang sebagai suatu hal yang sederhana, terutama bagi Capres Petahana, karena ini akan menjadi momentum letupan bagi yang ingin menunggani kasus tersebut, harus berkaca dari setiap muara berbagai kasus yang terjadi belakangan ini, serangan tujuan akhirnya tetaplah Presiden Jokowi.
Perlu antsipasi agar persoalan ini tidak terus melebar, persoalan ini pun tidak menjadi sederhana karena menyangkut dendam pendukung Habib Riziek Syihab (HRS) terhadap Sukmawati, yang sudah mempolisikan HRS karena dianggap sudah menghina Bung Karno dan Pancasila.
Sekali lagi saya katakan ini momentum yang harus dimanfaatkan oleh kelompok yang ingin menciptakan kebisingan politik, dan sekarang ini Tahun Politik, ada yang butuh pendukung untuk mendulang suara, tentunya juga ada kelompok yang mempunyai massa yang bisa didulang suaranya.
Selain kepentingan di atas, menciptakan gangguan stabilitas keamanan dan politik adalah sesuatu yang diperlukan oleh kelompok-kelompok yang merasa dirugikan oleh kebijakan Pemerintahan Jokowi, menggosok sentimen negatif adalah sebuah Cara untuk memecah perhatian masyarakat terhadap Pemerintah.
Konstelasi politik sekarang ini seperti api dalam sekam, yang diam-diam akan terus membakar, selama terus diwaspadai situasi ini pastinya bisa diatasi, yang penting pemerintah tidak perlu merasa di atas angin, meskipun dalam situasi yang cukup aman, masalah yang kecil bisa dianggap besar bagi orang-orang yang punya kepentingan yang lebih besar, menjadi sederhana bagi orang-orang yang bijaksana.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews