Presiden Jokowi dan Pemilih Berpendidikan Rendah

Sabtu, 7 April 2018 | 12:04 WIB
0
768
Presiden Jokowi dan Pemilih Berpendidikan Rendah

Sederhananya cara berpikir orang-orang berpendidikan rendah sejujur pilihannya dalam melihat kebaikan dalam diri seseorang, tanpa pretensi dan tendensi politik, yang ada dalam diri mereka adalah sosok yang dipilih mewakili kesederhanaan mereka, itulah sejati hati nurani.

Konsistensi pemilih berpendidikan rendah tersebut tidak bisa dianggap remeh, karena pemilih seperti ini tidak pernah terpesona oleh penampilan wah seorang pemimpin, karena mereka sudah sangat kenal dengan penampilan pemimpin yang seperti itu, tren penampilan Jokowi bagi mereka representasi dari keseharian kehidupan mereka, sehingga mereka merasa lebih dekat dengan pemimpin seperti Jokowi.

Hasil survey saat Pilpres 2014 menunjuk bahwa prosentase pemilih Jokowi didominan oleh kalangan lulusan SD, sebaliknya pemilih Prabowo didominan kalangan berpendidikan tinggi, begitu juga hasil survey yang dirilis oleh Media Survei Nasional (Median) 1-9 Februari 2018.

[irp posts="13879" name="Bahasa Cinta Sang Presiden dan Yusril yang Lebih Pintar dari Jokowi"]

Dari responden yang mengaku tidak tamat SD, sebanyak 40,9 persen memilih Jokowi. Lalu, dari responden yang mengaku tamatan SD, sebanyak 39 persennya juga menjatuhkan pilihan ke Jokowi. Basis pemilih Jokowi semakin kecil di tingkat pendidikan SMP (37,4 persen), SMA (27 persen), S1 (13,7 persen) dan S2/S3 (10 persen). (Kompas.com).

Inilah gambaran realitas keinginan masyarakat menengah kebawah terhadap sosok Kepemimpinan Nasional, gaya kepemimpinan yang merakyat ini pada akhirnya menjadi trend setter bagi para calon pemimpin dinegara ini.

Kita pernah menyaksikan seorang calon pemimpin yang ingin meraih simpati masyarakat dengan mengubah penampilan dan kebiasaannya dengan makan diemperan dan berpakaian kaos oblong bergambar Mickey mouse, hanya ingin merepresentasikan kesederhanaan.

Adakah yang salah kalau keterpilihannya seseorang hanya karena dipilih oleh kalangan berpendidikan rendah?

Tidak ada yang salah, karena dalam sebuah kontestasi yang dibutuhkan siapa yang menjadi pemenangnya, meskipun dipilih oleh mayoritas kalangan berpendidikan tinggi tapi tidak menang untuk apa.

Realitas ini harus menyadarkan kita, bahwa mayoritas rakyat Indonesia bukanlah dari kalangan elit berpendidikan, tapi didominasi oleh rakyat jelata berpendidikan rendah, adalah tugas pemimpin untuk meningkat kecerdasan mereka, sebagai mana yang diamanatkan UUD 1945, padahal porsi APBN untuk pendidikan menjadi prioritas utama, namun masyarakat yang berpendidikan rendah masih menjadi bagian dari mayoritas rakyat Indonesia.

***

Editor: Pepih Nugraha