Cak Imin dan Pendukung Siap-siap "Menelan" Pil Pahit, Kenapa?

Sabtu, 7 April 2018 | 10:11 WIB
0
627

Bertebaranya baliho-baliho yang mengusung Muhaimin Iskandar ( CAk Imin) di beberapa daerah, sempat membuat ada guyonan di masyarakat. Maksudnya, fenomena kampanye Cawapres ini  katanya telah menjadi bahan pertanyaan dari turis-turis mancanegara yang mengunjungi Indonesia.

Turis: "Who is Muhaimin?"

Pemandu Wisata: Muhaimin Is Kandar!

Maraknya baliho yang mengkampanyekan sosok Muhaimin Iskandar di beberapa daerah, bisa jadi merupakan bentuk "teror" kepada  Presiden Joko Widodo (Jokowi). Artinya, kampanye Cawapres yang masif dilakukan para pendukung Muhaimin ini bisa jadi seperti memaksakan bahwa Jokowi harus memilih ketua umum PKB ini sebagai cawapresnya di Pilpres 2019 nanti.

Apalagi, Muhaimin sendiri pernah berkata di salah satu TV swasta, bahwa Pak Jokowi jangan sampai salah memilih cawapresnya. Pernyataan tersebut akan bernilai biasa saja bila disampaikan orang lain, namun berbeda maknanya jika yang mengatkannya adalah Muhaimin sendiri.

[irp posts="13623" name="Cara Jokowi Mendepak Halus" Bakal Cawapres yang Kurang Berkenan"]

Padahal untuk menentukan Cawapresnya, Jokowi perlu juga mempertimbangkan hal lain, termasuk parpol pendukungnya, dan juga elektabilitas si Cawapres tersebut.

Lalu bagaimana jika Jokowi lebih memilih figur lain yang akan mendampinginya di Pilpres 2019 nanti? Inilah yang perlu menjadi bahan renungan Muhamin Iskandar dan jajaran Partai Kebangkitan Bangsa  (PKB) sendiri.

Jangan sampai, masalah ini membuat hubungan antara PKB dan Jokowi, serta partai pegusung lainnya menjadi tidak nyaman.

Kalau Muhaimin dianggap mewakili kekuatan pesantren atau NU, Partai Persatuan Pembangunn (PPP) pun bisa mengklaim bahwa Ketua Umum PPP Muhammad Romahurmuziy juga bagian yang tak terpisahkan dari NU.

Fenomena kampanye bakal Cawapres ini mungkin baru terjadi pada figur Muhaimin Iskadar. Karena biasanya, Partai Politik akan cenderung mengkampanyekan sosok kader terbaiknya sebagai Capres, bukan cawapres.

Hal ini juga secara psikologis akan mengangkat semagat dari kader-kadernya untuk berjuang mencapai posisi tertinggi di Pemerintahan.

Oleh karena itu, bila kenyataannya tidak sesuai harapan, Cak Imin dan para pendukungnya harus bersikap legowo, dan siap menelan "pil pahit" sebesar dan sepaht aa pun pil itu.

***

Editor: Pepih Nugraha