Ada saja cara untuk mengungkapkan kebencian dan ketidaksukaan orang terhadap orang lain, seperti "Gus" jadi-jadian ini yang menujukkan kebenciannya kepada Presiden RI Joko Widodo. Mungkin bukan perkara sensasi yang dicari, ia memang benci Jokowi. Sebagai mantan sales, ia paham betul pepatah Arab "Bul 'alaa zamzam Fatu'raf" yang maknanya mencari ketenaran dengan cara yang aneh, yaitu mengencingi sumur zamzam.
Di sosial media ada video yang viral, yaitu Sugi Nur Raharja atau nama bekennya alias nama pasarannya “Gus Nur". Sekalipun yang bersangkutan bukan anak atau keturunan kyai pondok pesantren, tetapi tak menghalangi Sugi Nur Raharja untuk memakai nama “Gus”.
Dalam video yang beredar, Sugi Nur atau Gus Nur itu menerangkan di hadapan para jamaah soal arti atau makna di balik nama “Jokowi” yang sekarang menjadi Presiden RI. Dengan bermodal kertas besar dan spidol, dengan rasa percaya diri ia menghitung nama Jokowi dengan urutan Abjad dan ditemukan total angka 83. Kemudian Gus Nur juga menghubungan dengan Alqur’an angka 83 tersebut dalam Alqur’an angka 83 kalau dihitung mulai dari surat Al-Fatehah sampai surat 83, makan akan ketemu surat Al-Muthafifin yang bermakna atau mempunyai arti curang atau kecurangan.
Dengan suara keras dan lantang Gus Nur memancing para jamaah untuk menyebut makna surat 83 dalam Alqur’an, yaitu Al-Muthafifin, yang artinya curang. Jadi nama Jokowi mempunyai arti atau makna orang yang curang, teriak Gus Nur dengan disambut pekik takbir para jamaah.
Kalau dalam tradisi Jawa ada tafsir atau cara menghubungkan suatu kejadian atau peristiwa yang tidak ada kaitannya satu dengan yang lain, yaitu “othak-athik-gathuk (nyambung)- cocok-manthuk (emoji tanda setuju) atau ilmu cocok lagi.
Tafsir ala Gus Nur ini sangat berbahaya dan ngaco alias tafsir Togel dengan menghitung nama seseorang terus di jumlah ketemu angka dan dicarikan dalam Alqur’an dan ketemu makna atau arti yang sesuai dengan keinginan yang mentafsirkannya. Iki jenenge “tafsir Togel atau tafsir sak enak wudele dewe”.
Boleh-boleh saja kita tidak suka dengan seseorang atau nama tokoh tertentu karena suatu hal, bisa karena beda aliran politik atau perbedaan lainnya, tetapi akal sehat dan nurani harus tetap jernih dan bersih dari rasa kebencian.
Kalau model tafsir ala togel itu diterapkan kepada orang yang kita sukai, pasti akan dicari-cari angka yang pas dan ketemu surat dalam Alqur’an yang punya makna yang baik-baik dan bagus, hanya untuk menyenangkan pihak yang kita sukai atau cintai.
Begitu gegabahnya Gus Nur menyeret-nyeret surat dalam Alqur’an hanya karena benci atau tidak suka pada seorang tokoh. Alqur’an dijadikan mainan dan alat stempel untuk kepentingan menebar rasa kebencian. Dan Alqur’an jadi alat untuk menghantam lawan-lawan politik yang kita tidak sukai.
Inilah suatu gambaran bahwa rusaknya agama Islam itu bukan karena orang lain atau agama lain, tetapi oleh umat sendiri karena dipenuhi rasa dengki dan kebencian yang begitu mengkristal seperti mengkristal sakit batu empedu dalam tubuh.
Apakah ini cara baru atau ada penemuan cara baru dan jitu menafsir Al-qur’an?
Yang jadi aneh, para jamaahnya banyak dan menjadi pendengar setia yang mengiyakan begitu saja uacapan Gus Nurt anpa bertanya dengan kritis, malah seperti terhipnotis. Pokoknya manut wae seperti kawanan kerbau kena cocok hidung.
[embed]https://youtu.be/OA04BiAyV2M[/embed]
Menafsir ayat atau surat dalam Al-qur’an begitu mudahnya dan gampang, tidak perlu sekolah ilmu agama yang perlu waktu berpuluh-puluh tahun. Cukup dengan menghubungkan kejadian atau peristiwa, terus mencari dalam Alqur’an dan dicocok-cocokan dan kudu cocok, cara seperti ini tak ubahnya merusak tatanan dan merendahkan dari ayat suci tersebut.
Memang kalau kebencian sudah merasuki jiwa dan malah dipelihara dan dipupuk terus-menerus maka akan subur dan bisa beranak-pinak menulari orang-orang di sekitarnya. Begitu juga kalau orang sudah menyukai seseorang atau cinta mati atau cinta buta, maka yang nampak selalu benar, sekalipun orang itu salah.
Dan efek dari orang yang cinta terlalu berlebihan kepada seseorang adalah sakit jiwa atau bisa gila. Seperti sakit jiwanya orang yang sedang jatuh cinta. Tetapi efek dari kebencian bisa berakibat fatal kepada orang lain, seperti karena benci banget kepada seseorang mereka berani melakukan tindakan melawan hukum, merusak, membunuh, mencelakai orang lain, atau yang paling gampang mempermainkan Alquran ala Gus Nur itu.
Sekedar informasi, Gus Nur ini dulunya seorang marketing atau sales, jadi wajar gaya bicaranya ceplas-ceplos dan pinter ngomong, bisa meyakinkan orang banyak, masalah benar atau salah urusan belakang yang penting target jualan tercapai dan memenuhi target dan dapat bonus.
Polisi tidak perlu lebay untuk menangkapnya, malah target marketingnya Gus Nur tercapai. Warga negara Indonesia yang waras juga butuh hiburan. Bukankah seseorang bisa terhibur hanya dengan menyaksikan kegilaan orang lain?
Di sini yang diperlukan adalah penyadaran oleh sesama muslim sendiri, wa bil khusus oleh ulama, apalagi kalau Gus Nur ini mengaku-aku ulama juga. Siapa tahu.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews