Mungkin Tuhan Pun Tersenyum Mendengar Doa Politikus Ini

Sabtu, 31 Maret 2018 | 11:41 WIB
0
597
Mungkin Tuhan Pun Tersenyum Mendengar Doa Politikus Ini

Doa  dipanjatkan oleh hamba-hamba atau insan yang lemah dan hamba-hamba ini berharap lewat doa kepada yang maha kuasa, penguasa langit dan bumi, yaitu Tuhan, supaya doanya terkabul atau diijabah.

Mengapa orang perlu berdoa? Karena manusia meyakini atau percaya suatu agama tentang adanya Tuhan, hamba atau insan yang lemah dan tidak berdaya serta dan doa salah satu ciri komunikasi insan dengan Tuhannya. Di sisi lain Tuhan juga menyuruh hambanya untuk berdoa dan akan mengabulkan dan supaya selalu ingat akan kuasa Tuhan.

Berdoa juga ada tata caranya atau adab. Kalau dalam Islam dengan suara yang pelan atau lirih atau juga dengan suara yang keras. Ada yang sendiri-sendiri, ada juga yang secara berjamaah atau bersama-sama.

Doa juga untuk mendoakan sesuatu yang baik-baik,baik kepada diri sendiri atau untuk orang lain. Tidak boleh berdoa mendoakan yang sifatnya jelek kepada sendiri atau kepada orang lain. Atau supaya orang lain celaka atau mendoakan supaya orang lain cepet mati atau dilaknat, sebagaimana doal yang pernah dipanjatkan Rizieq Shihab dalam sebuah video di Youtube yang sempat viral.

Dalam praktik keseharian, kita sering mendengar atau melihat, memanjatkan doa dengan melakanat seseorang atau kelompok yang tidak disukai hanya karena perbedaan pilihan dalam politik, beda keyakinan/aliran atau seseorang yang dianggap menyimpang dari ajaran agama.

Bahkan Tuhan diminta/dipaksa menurunkan azabnya atau laknatnya kepada orang-orang yang dianggap menyimpang atau jauh dari Tuhan. Mereka merasa membela atau ingin menegakkan ajaran Tuhannya. Tuhan dipaksa untuk segera menurunkan hukuman lewat azabnya atau laknatnya.

Tapi sayang, Tuhan tidak mau disuruh-suruh atau dipaksa-paksa untuk mengabulkan doa hamba-hamba atau insan yang hatinya tidak bersih karena diselimuti kebencian dan prasangka.

Tuhan juga bukanlah makhluk seperti manusia atau makhluk lainnya yang mudah terpancing atau terprovokasi oleh doa-doa hambanya yang lemah dan banyak kesalahan dan dosa. Tuhan adalah khaliq, Sang Pencipta.

Anda bisa bayangkan kalau setiap manusia berdoa jelek kepada orang lain terus langsung dikabulkan, maka akan bisa membahayakan apakah doa yang bersifat melaknat atau meminta diturunkan azab kepada orang lain atau kelompok bisa dikatakan berdoa? Bisa jadi syetan akan tertawa terbahak-bahak dan mendapat pengikut baru.

Berdoa tentu perlu ketenangan dan kejernihan pikiran atau hati, menjauhkan rasa kebencian atau prasangka supaya apa yang dipanjatkan kepada Tuhan benar-benar doa yang tulus dan kebersihan hati dan pikiran sehingga bisa menjadi wasilah atau perantara supaya doa lekas terkabul.

Tetapi di negara kita ini ada doa-doa yang sifatnya seremonial seperti acara-acara kenegaraan atau perkantoran atau doa dari agamawan untuk dukung-mendukung dalam politik, yang disetiap akhir acara ditutup dengan doa. Doanya juga dengan suara yang keras, jadi bisa didengar oleh banyak orang, apalagi berdoanya pakai pelantang (speaker).

Baru-baru ini ada acara kenegaraan di Gedung DPR Senayan seorang wakil rakyat atau politikus memimpin doa dan dalam doa itu terselip pesan atau harapan untuk ketua umum partainya yang lagi "ngebet" pengin jadi calon wakil presiden. Tentu doa seorang politikus tidak jauh dari kekuasaan dan jabatan.

Inilah doa seorang politikus yang didengar lapisan masyarakat karena disiarkan secara langsung dan pakai speaker, ternyata dalam doa juga bisa diralat atau dibetulkan, karena doanya salah. Mungkin benar kata Ebiet G Ade dalam syair lagunya, mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita yang selalu bangga dengan dosa-dosa.

Doa seorang politikus tidak jauh dari kekuasaan dan jabatan, bahkan dalam acara yang sama tahun 2017 lalu seorang politikus di Gedung DPR Senayan juga hanya karena berbeda partai dan sebagai partai oposisi dalam memimpin doa, bukan mendoakan supaya negeri ini aman dan pemimpinnya diberi kesehatan, malah doanya penuh "nyinyir" atau kritikan dan sindiran kepada pemerintah.

Tuhan mungkin tersenyum melihat doa-doa hambanya yang terkesan aneh-aneh. Doa yang seharusnya urusan pribadi kepada Tuhannya yang sifatnya tersembunyi malah menjadi doa yang ditujukan untuk menyerang pihak lain atau kelompok lain hanya karena rebutan jabatan dan kekuasaan. Doanya bisa ditanggapi oleh orang lain dan bisa jadi trending topik.

Mudah-mudahan kita bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi.

Nah, ini doa tulus namanya, bukan doa para politikus!

***

Editor: Pepih Nugraha