Selisih harga premium dengan pertalite sekitar 1.500 rupiah per liter. Dua jenis bahan bakar ini, ternyata sudah tidak ada subsidinya, artinya praktis bahan bakar di negeri ini mengikuti mekanisme harga pasar dunia.
Hampir di semua SPBU, premium sudah langka, semua dispenser di alihkan menjadi pertalite. Namun pemerintah tetap mencantumkan harga premium. Kami sebagai konsumen bahan bakar minyak, tentu tidak tau berapa nilai oktan di dispenser pertalite. Karena tester oktan harganya mahal.
Jika premium dan pertalite sudah tidak disubisidi oleh pemerintah, lalu apa sulitnya menyediakan premium di negeri ini? toh saat ini negara kita pengimport minyak. Seharusnya impor saja premium besar-besaran, gak akan merugikan keuangan negara, bisa jadi malah untung.
Yang anehnya kenapa pertalite yang dibesarkan? padahal selisih oktannya hanya 2 angka (premium 88, pertalite 90).
Saya melihatnya ini tricky harga, sudah biasa dalam dunia industri retail. Dibuat harga pembanding di antara 2 produk yang hampir sama, hanya beda kemasan. Tapi kualitas hampir sama, namun harga jauh beda.
Dalam hal ini skenarionya, premium dibuat langka, tapi pertalite yang hanya selisih 2 oktan diperbanyak, sementara selisih harga cukup jauh, otomatis untungnya pun makin besar.
Kalo kemaren si Udin yang bertanya, sekarang saya yang bertanya. Jika kedua jenis minyak ini tidak disubsidi, lalu kenapa premium dibuat langka?
Konversi saja jenis pertalite ke premium, hanya selisih 2 oktan, tapi harganya selisih jauh dengan premium, lagian sudah tidak ada yang disubsidi. Katanya pro rakyat?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews