Indonesia negara yang punya potensi terbaik, lihat saja luas daerahnya dan jumlah penduduknya. Kekayaan alam melimpah, itu yang menjadi potensi terbaik yang bisa dioptimalkan. Tetapi itu juga menjadi sandungan terbesar untuk bangkit. Kita masih ingat kenapa Negara tercinta terjajah lama, ya awalnya karena potensi alam yang melimpah tetapi sumber daya manusia belum mampu mengelola.
Tahun 2018 adalah awal dimulainya pesta demokrasi, pilkada yang menyedot hamper 80% pemilih yang ada di Indonesia. Keinginan memenangkan pilkada adalah cara terbaik agar menang di pileg dan pilpres 2019.
Melihat keadaan ini yang menjadikan para penikmat pesta berhamburan mencari hidangan terbaik agar puas menjalani proses pesta ini. Akan hadir pasangan calon yang memberi janji politik serta guyuran money politic yang dinanti oleh para calo penjual suara.
Inilah yang menjadi mahalnya demokrasi, selain proses yang butuh biaya tetapi juga pasangan calon yang mengelontorkan dana agar menang. Hadirnya konsultan yang meraup rupiah dari pasangan calon ini juga akan mempengaruhi biaya yang dikeluarkan.
Konsultan akan bekerja maksimal agar punya portofolio untuk keberlangsungan bisnisnya. Rakyat hanya menjadi korban tanpa merasakan demokrasi sesungguhnya, para elit yang hadir hanya untuk kongkalikong menghamburkan dana tanpa member perubahan nasib rakyat.
Apakah Indonesia masih seperti ini? Hadirnya pemimpin bukan dari seleksi terbaik. Hanya polesan belaka tanpa ada kerja nyata.
Rakyat sudah terlalu lama rindu akan stabilitas dan perbaikan nasib. Negara ini sudah lama rindu hadirnya demokrasi yang murah dan menghasilkan pemimpin terbaik agar Indonesia bangkit dan berdaya.
Jangan biarkan hadirnya pemimpin yang punya hutang,baik secara materi atau hutang budi. Pemmpin harus merdeka dari semua tekanan, agar langkah mengambil kebijakan tidak berat sebelah. Rakyat adalah pemilik kedaulatan, jangan jadikan mereka sebagai obyek tanpa diperhatikan nasibnya. Rakyat hanya butuh stabilitas dan kesejahteraan, Negara harus bisa member dengan segala kebijakannya.
Harusnya ketika mahalnya biaya demokrasi bisa berimbas dengan kesejahteraan. Rakyat tahu bahwa biaya demokrasi masih mahal untuk Negara kita,kalau misalnya biaya ini bisa dioptimalkan maka rakyat akan lebih senang dan tidak menjadi orang pinggiran dalam demokrasi.
Masih ada cita-cita Negara bangkit dan berdaya lewat demokrasi, karena inilah kesepakatan bersama yang harus dihormati. Mari jadilah rakyat cerdas agar negeri lebih berdaulat dengan kita berpartisipasi aktif dalam demokrasi. Jangan biarkan demokrasi diisi oleh orang-orang yang tak tahu diri.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews