Menjadi calon wakil presiden buat Jokowi pasti sesuatu banget. Kalau nggak, nggak mungkinlah Cak Imin pasang gambar di sejumlah daerah. Bukan cuma Cak Imin, banyak tokoh parpol lain berbuat hal yang sama. Cuma Cak Imin yang perjuangannya tampil beda. Setelah sedikit mengancam, lebih tepatnya mengingatkan, kalau salah pilih Cawapres Jokowi bakal kalah. Mudah ditebak, maksudnya Cak Iminlah yang bakal bikin Jokowi menang pilpres 2019
Tidak cukup sampai di situ, pada tanggal 25 Maret 2018 sekira pukul 15.30 WIB Cak Imin mendatangi makam Almarhum Taufiq Kiemas. Setelah berdoa dan tabur bunga, mengetuk-ngetuk batu nisan seraya berkata, "Pak Taufiq, saya izin jadi Cawapresnya Pak Jokowi." Tidak ada petir, tapi cuaca memang sedang tidak bersahabat, gerimis membantu suasana menjadi dramatis. Drama ala film India.
CUT TO:
Secara bersamaan di tempat lain, PSI partai bau kencur seolah berbuat “makar” pada Cak Imin. Entah dapat ide dari mana PSI mengusulkan 12 nama Cawapres pada Jokowi. Kalau membaca berita Kompas, nama-nama yang diusulkan tidak ada nama Cak Imin. Terlaaaalu.... kata Bang Rhoma.
[caption id="attachment_10335" align="alignleft" width="558"] Muhaimin Iskandar (Foto: Tirto.id)[/caption]
Mulai dari Ketum Partai Golkar Airlangga Hartarto., mantan Menteri Koordinator Perekonomian, Chairul Tanjung, mantan Ketua PP Muhamadiyah, Din Syamsuddin, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Kepala Staf Presiden Jenderal (Purn) Moeldoko, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi M Mahfud MD, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Ada pengusaha Gojek, Nadiem Anwar Makarim. Dari PKB malah yang diusulkan Rusdi Kirana, Wakil Ketua Umum PKB. Dari kalangan NU, Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj. Ada satu nama lagi yang barangkali bikin pembaca geleng-geleng kepala, Ketua Umum GP Ansor Yaqut Qoumas.
PSI bukan cuma berani ngelunjak pada Cak Imin, juga agak kurang ajar pada parpol-parpol pendukung Jokowi yang sampai saat ini belum berani menyebut satu pun nama Cawapres kecuali PKB. Urusan apa coba partai yang belum tentu dapat kursi satu biji pun, berani-beraninya nyodorin nama-nama cawapres?
Kehadiran PSI di kancah politik membuat warna baru di panggung politik kita. Kalau selama ini politik nampak serius, PSI membuat politik menjadi semacam komedi, komedi progresif. Fatsun politik “ditabrak” begitu saja seperti menyodorkan nama-nama cawapres walau cuma usulan nampak sekali kelucuannya. Ditambah lagi nama Ketua Umum GP Ansor Yaqut Qoumas dimasukkan. Pokoknya, kompor gas!
Ini belum seberapa lucu. Walaupun pendaftaran capres masih beberapa bulan lagi, tapi PSI sudah melompat terlalu jauh. Bayangkan, belum tentu pula Jokowi menang, PSI sudah mengusulkan calon anggota kabinet buat Jokowi kalau menang.
Ada dua nama yang diusulkan, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dan politisi Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono. Bu Risma diusulkan menjadi menteri pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi, AHY diusulkan menjadi menteri pertahanan.
Walaupun usulan kepagian yang super aneh ini bisa bikin parpol-parpol ngakak guling-guling, PSI malah nggak risih, dengan polosnya Sekjen PSI, Raja Juli Antoni dengan bangga bilang, "Karena kami tidak seperti yang lain, yang cuma ribut soal cawapres. Tapi kami sudah memikirkan hingga susunan kabinet."
Belum lagi membayangkan perasaan Partai Demokrat yang lagi mengelus-elus AHY buat Cawapres, eh malah diusulkan menjadi menteri, seakan PSI mau bilang AHY belum pantas jadi cawapres.
Komedi ala PSI ini sebenarnya sudah dimulai sejak mereka bertemu Presiden Jokowi di istana. Barangkali presiden waktu itu nggak nyangka kalau setelah pertemuan PSI akan menceritakan semua pembicaraan baik panggung depan maupun panggung belakang, tidak menyimpan satu kata pun, semua diceritakan pada pers. Akibatnya, istana banjir kritikan. Pihak istana dan parpol-parpol pendukung Jokowi dibikin repot menangkis kritikan itu.
Lucunya lagi, dalam wawancara dengan sebuah televisi, Neng Tsamara Amany malah bangga. Menurutnya kalau selama ini parpol-parpol lain menyembunyikan sebagian pembicaraannya dengan Presiden, PSI lebih jujur karena semuanya diceritakan tanpa ada yang dirahasiakan.
Wah, kalau misalnya Raja Juli Antoni jadi pelatih sepak bola, wartawan nanya soal strategi menghadapi lawan pasti akan diceritakan secara detil saking jujurnya. Lawan tandingnya pasti akan terheran-heran.
Entahlah, PSI lucu atau lugu dalam berpolitik. Dalam menyikapi setiap isu boleh dibilang PSI sumbu pendek. Semua isu dari yang remeh temeh seperti demo FPI di kantor Tempo sampai yang agak serius seperti pidato Pak Amien Rais dan Pak Prabowo langsung ditanggapi dengan nada nyinyir. Sepertinya PSI rajin mencari “musuh” baru.
Barangkali mereka sudah cukup pede dengan “membatasi” calon pemilihnya hanya calon pemilih yang pro pemerintah saja. Dengan kata lain, PSI malah bersaing memperebutkan suara dengan parpol-parpol pendukung pemerintah. Nggak apalah, yang penting progresif dan optimis.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews