Wajarlah kalau memang gundah, soalnya survei Indo Barometer menempatkan calon gubernur kiriman dari Pulau Jawa, Djarot Safeul Hidayat-Sihar Sitorus, unggul tipis atas pasangan Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah.
Akan tetapi, "kejutan" yang tidak disangka-sangka ini tidak menjadi perhatian media. Pasalnya, pemilihan kepala daerah untuk tingkat provinsi seakan hanya terpusat di Pulau Jawa saja dan menjadi daya tarik tersendiri oleh para pengamat politik atau lembaga survei.
Pilkada di Pulau Jawa seakan menjadi tolok ukur atau barometer bagi pemenangan calon presiden yang akan datang. Bahkan juga menjadi daya tarik lembaga-lembaga survei untuk mengetahui tingkat elektabillitas pasangan calon gubernur masing-masing.
Banyak lembaga survei yang sudah merilis hasil surveinya untuk pulau Jawa,yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Bahkan khusus untuk Jawa Timur sudah ada empat lembaga survei yang merilis hasil surveinya.
Padahal pemilihan kepala daerah banyak juga di daerah lain seperti Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Utara atau Sulawesi Selatan dan daerah lainnya. Tetapi sepertinya lembaga survei kurang tertarik untuk melakukan survei,bisa jadi karena faktor biaya dan jarak yang jauh dan luas wilayah.
Tetapi kemarin lembaga survei Indo Barometer merilis hasil survei untuk pilkada Sumatera Utara.
Pilkada Sumatera Utara diikuti oleh dua pasangan, yaitu Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah dan Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus.
Dari hasil survei Indo Barometer, pasangan:
Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah, dengan elektabilitas 25,8%.
Djarot Saiful-Sihar Sitorus,dengan elektabilitas 26%.
Selisihnya sangat tipis dan sangat menarik hasil survei ini karena pasangan Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah diusung oleh banyak partai besar dan terkenal sangat militan, yaitu Gerindra, Golkar, Nasdem, PAN, Hanura dan PKS, sedangkan pasangan Djarot Saeful-Sihar Sitorus diusung oleh PDIP dan PPP. Untuk Demokrat dan PKB, calonnya tidak lolos untuk jadi peserta pilkada, malah calonnya JR Saragih menjadi tersangka.
Dari hasil survei ini menggambarkan terjadi persaingan yang sangat ketat antar Edy Rahmayadi dan Djarot Saiful, ternyata Djarott Saiful bisa mengimbangi atau membuat kewalahan Edy Rahmayadi yang disebut sebagai putra daerah. Apalagi sebagai mantan Pangkostrad, tentu namanya sudah sangat dikenal di Sumetera Utara.
Sedangkan Djarot Saeful adalah produk impor dari pulau Jawa, yang kalah dalam pilkada DKI Jakarta.
Ternyata dilihat dari hasil survei ini juga masyarakat Sumetera Utara bisa menerima calon gubernur dari daerah lain yang bukan berasal dari daerahnya.
Isu SARA sepertinya juga tidak sepanas di DKI Jakarta sekalipun ada calon gubernur yang menyebut-nyebut tentang putra daerah, toh masyarakat Sumatera Utara sudah dewasa dan bisa menerima.
[irp posts="9149" name="Pilgub Sumut, Ada Pesan Agar Prabowo Hati-hati dengan Edy Rahmayadi"]
Tentu ini menjadi contoh yang bagus kalau nanti sampai hari pencoblosan tidak ada gangguan apapun dalam pelaksanaan pilkada.
Tetapi di Sumatera Utara setiap pemilihan Gubernur partisipasi masyarakat sangat rendah dan golput sangat tinggi. Ini bisa dilihat dari hasil survei dua calon pasangan tersebut hanya mendapatkan di bawah 30% tingkat elektabilitasnya. Sebenarnya dalam survei Indo Barometer nama JR Saragih-Ance juga masuk dalam survei tapi elektabilitasnya cuma 8%.
Kalaupun nanti pasangan Djarot-Sihar Sitorus kalah dengan selisih yang tipis, itu sudah suatu hasil atau prestasi yang sangat bagus karena ia bukan berasal dari Sumetera utara, tetapi bisa mengimbangi pasangan mantan Pangkostrad, Edy Rahmayadi.
Jika Djarot-Sihar Sitorus bisa menang mengalahkan mantan Pangkostrad, tentu ini hasil yang di luar perkiraan banyak orang. Sepertinya mantan Pangkostrad Edy Rahmayadi sudah tidak sabar ingin menjadi gubernur, ia ingin sekali menjadi gubernur, bahkan pangkat KASAD saja sudah tidak tertarik.
Ayoo, pak Edy, kerahkan mesin partai, sebagai seorang mantan Pangkostrad tentu lebih paham bagaimana menggerakkan mesin partai dan relawan.
Begitu juga pak Djarot, ayoo jangan minder sekalipun bukan dari Sumetera Utara, gerakkan para relawannya dan mesin partai, tidak ada yang tidak mungkin.
Mudah-mudahan Sumetera Utara bisa mendapatkan pasangan gubernur dan wakilnya yang bisa menjadi harapan masyarakat menjadikan Sumetera Utara yang lebih baik,karena gubernur-gubernur sebelumnya menjadi terpidana oleh KPK.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews