Jika mendengar kata polusi, maka yang akan terpikirkan biasanya adalah polusi udara, di mana dengan adanya polusi tersebut maka dapat mengancam keberlangsungan hidup dalam hal kesahatan misalnya.
Namun di zaman now ini mendengar kata polusi sepertinya tak hanya digambarkan dalam bentuk zat, energi atau materi saja. Sebab seiring berkembangnya kemajuan teknologi menjadikan manusia mampu melakukan aktivitasnya dalam dunia yang serba ajaib atau biasa kita sebut dengan dunia maya.
Hampir sebagian masyarakat kekinian menghabiskan separuh waktunya dalam sehari untuk mengekspresikan diri di dunia maya, termasuk saya. Entah itu kegiatan menyangkut pekerjaan, hubungan privasi, atau sekedar menghibur diri saja.
Dan tak bisa dipungkiri bahwa dunia maya memang telah berhasil merubah sebagian masyarakat berlomba-lomba menjadi yang terupdate. Untuk itu, maka yang banyak dilakukan masyarakat kekenian adalah dengan meninggalkan jejaknya di jejaring media sosial. Dan jejak inilah yang disebut dengan polusi media sosial.
Berbicara tentang jejak yang ditinggalkan di media sosial, sebenarnya keinginan menulis tulisan tentang ini berawal dari sebuah postingan video beberapa waktu lalu yang sempat menggemparkan dunia maya.
Saat itu dengan kelakuan aduhainya salah satu netizen berhijab yang tak jelas maksud dan tujuannya, secara mengejutkan mengunggah video dirinya yang mengatakan bahwa ia sedang memakan makanan (maaf) yang untuk umat muslim adalah haram untuk dimakan. Cukup sampai disitu saja saya menjelaskannya pasti pembaca pun sudah paham di mana letak kesalahannya.
Tak butuh waktu lama untuk video tersebut menjadi viral dan banyak dikomentari oleh para netizen. Dan lucu rasanya jika seseorang melakukan sesuatu tanpa tujuan yang jelas, apalagi hal tersebut mampu mengundang risiko yang berbahaya.
Sama halnya dengan video wanita berhijab tersebut di media sosial, meski beberapa waktu lalu ia telah mengklarifikasi bahwa daging yang ia makan sebenarnya adalah daging ayam dengan beberapa alasan, namun sayang disayang karena video tersebut sudah tersebar kemana-mana dan meninggalkan jejak yang kurang baik di dunia maya. Bahkan, meskipun si pemilik asli video tersebut telah manghapusnya sesegera mungkin, namun sesuatu yang viral tidaklah semudah itu untuk dihilangkan di dunia maya.
Beralih dari video wanita tersebut, di lain waktu pun pernah terjadi sebuah postingan viral dengan hastag #Ciumketekpacar. Untuk menunjukan kesetiannya pada sang pacar, tanpa segan terlihat foto seorang wanita sedang mencium ketiak pacarnya yang tidak memakai baju di media sosial. Wah, postingan tersebut mendapatkan banyak reaksi yang berbeda, bahkan sampai diliput oleh media luar.
Dan yang jadi permasalahannya adalah wajah-wajah mereka yang memposting foto tersebut banyak tersebar di dunia maya sebagai contoh dari tren yang aduhai tersebut. Hemmm, harus selucu itukah menunjukan kesetian pada pasangan?
[irp posts="10466" name="Ketika Saya Diblokir oleh Ponakan Sendiri di Media Sosial"]
Saya pernah menjelaskan di salah satu artikel saya bahwa postingan yang viral adalah postingan yang sifatnya lain dari yang lain. Entah itu sengaja dibuat atau tidak, yang jelas adalah postingan viral akan banyak diposting ulang atau repost oleh netizen lain baik di akun pribadi atau bukan, dan disini lah letak waspadanya.
Sebab apabila jejak yang kita tinggalkan di media sosial ternyata tak memberikan kesan baik sama sekali, maka hal itu hanya menyebabkan polusi di media sosial yang merugikan diri sendiri di masa depan, dan lebih parahnya lagi jika jejak yang kita tinggalkan di media sosial ternyata membuat anak cucu merasa malu, Wah.
Oleh karena itu, ada baiknya bagi kita sebagai masyarakat kekinian untuk mengingat tentang adanya istilah "Polusi media sosial" sebab meninggalkan kemudian menghapus jejak di dunia maya tidaklah semudah menghapus jejak kaki di adonan semen yang belum mengering.
Membuat postingan lain dari yang lain sah sah saja hukumnya, dan selama postingan yang kita buat tidak merugikan orang lain, setidaknya coba untuk memikirkan diri sendiri, karena anak cucu kita di masa depan adalah bagian dari diri kita sendiri.
Mari ciptakan jejak yang berkesan baik di media sosial, pun kalau bisa dapat memberikan manfaat bagi orang banyak, bukan malah menimbulkan pertikaian yang tak berujung.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews