Pilkada serentak tahun 2018 sudah memasuki tahap kampanye, calon-calon kepala daerah baik untuk tingkat kabupaten/kotamadya dan gubernur melakukan pendekatan kepada masyarakat atau pemilih dan tebar pesona atau janji-janji apabila kelak terpilih.
Kampanye yang sudah berjalan beberapa minggu membawa pengaruh terhadap elektabilitas bagi pasangan calon kepala daerah.
Dan beberapa hari yang lalu Litbang Kompas merilis hasil Survey untuk pilkada tingkat provinsi, yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Sekedar Informasi, Litbang Kompas adalah lembaga Survey yang sudah mapan dan independen dan mempunyai jaringan infrastruktur yang baik dan biasanya akurat, seperti test kehamilan yang paling akurat, hehe.
Dari hasil rilis survey Litbang Kompas:
Jawa Timur, Khofifah-Emil 44,5% dan Saifullah(Ipul)-Puti Soekarno 44%.
Jawa Tengah, Ganjar-Taj Yasin 79% dan Sudirman Said-Ida Fauziah 11,8%.
Jaw Barat, Deddy M-Dedi M 42,8%, Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul 39,9%, Sudrajat-Ahmad Syaikhu 7,8% dan TB Hasanudin-Anton Charliyan 3,1%.
Nah, dari hasil-hasil survey ini kita bisa melihat perkembangan elektabiltas tiap pasangan calon kepala daerah tingkat provinsi.
Yang akan dibahas adalah hasil survey untuk pilkada Jawa Barat yang diikuti oleh empat pasangan calon kepala daerah. Tetapi dari empat pasangan calon itu yang ramai dan saling salip hasil elektabilitas yaitu antara "Duo DM" Deddy M-Dedi M dan Ridwan kamil-Uu Ruzhanul.
Sekedar informasi, jauh sebelum masa kampanye dimulai, sejumlah lembaga survey menempatkan pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul memenangi hasil dari lembaga survey dengan tingkat elektabiltas yang paling tinggi, yaitu 44% sampai 45%. Dan pasangan Deddy M-Dedi M tingkat elektabilitas tertinggal jauh yaitu 20% sampai 30%.
Tetapi setelah masa kampanye masing-masing calon melakukan sosialisasi dan mendekati masyarakat dengan strategi pendekatan yang berbeda-beda pula.
Dan masing-masing calon juga mengerahkan tim relawan untuk mengenalkan calonnya atau jagonya kepada masyarakat. Maka, tingkat elektabiltas pasangan calon ada yang meningkat dan ada yang menurun. Bahkan setelah hasil debat, setidaknya juga sedikit atau banyak akan berpengaruh terhadap pemilih.
Pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul yang bisanya merajai hasil lembaga survey dengan tingkat elektabilitas tertinggi, sekarang mulai digeser atau elektabilitasnya menurun, yaitu di bawah pasangan Deddy M-Dedi M 42,8% dan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul 39,9%. Ini berdasarkan hasil survey Litbang Kompas.
Tentu ini juga akan mempengaruhi psikologis pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul yang selalu unggul dalam lembaga survey dan juga membawa semangat bagi pasangan Deddy M-Dedi M.
Calon pasangan masing-masing masih bisa bekerja keras lagi untuk meningkatkan tingkat elektabilitas karena masa kampanye masih panjang atau lama. Survey hanya sebagai tolok ukur untuk melihat sejauh mana elektabilitas masing-masing calon pilkada, bukan kebenaran yang mutlak, bisa jadi lembaga survey yang lain hasilnya berbeda, yang terpenting menggunakan metodologi yang benar dan tidak karena pesanan.
Dan dari empat pasangan calon pilkada Jawa Barat, sepertinya dua pasangan juga di tingkat bawah dalam hasil survey, jangan sampai hanya jadi penggembira saja. Peluang untuk menang dalam pilkada Jawa Barat ada pada pasangan Deddy M-Dedi M dan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul.
Segala sesuatunya masing serba mungkin sebelum janur kuning melengkung.
Kalah menang dalam pilkada adalah biasa, tetap jaga kerukunan dan persatuan, selamat berkompetisi.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews