Madzhab Spesialis Tawuran

Rabu, 14 Maret 2018 | 06:17 WIB
0
1301
Madzhab Spesialis Tawuran

Tulisan saya setahun silam ini dihapus Facebook, padahal kemarin masih bisa dibaca. Mungkin karena dilaporkan rame-rame sama para "abu" itu saya muat lagi deh!

Kelompok yang mengklaim diri sebagai Salafi —mereka menolak disebut Wahhabi— ini kelompok kecil, tapi perpecahannya dahsyat. Bahkan saling mengkafirkan.

Abu Husein At-Thuwaliby saling mubahalah dengan Fauzan al-Anshari, Salafi Jihadi simpatisan ISIS. Ngefek? Wallahu A’lam, tapi At-Thuwailiby mengakui dirinya “menang” karena setelah mubahalah Fauzan Al-Anshari, dedengkot Majelis Mujahidin Indonesia, itu sakit, lalu wafat. Ketika video sighat mubahalah diupload di youtube, Abu Aiman Al-Jimrasi yang merupakan pendukung Fauzan al-Anshari melaknat At-Thuwailiby dan menyebutnya sebagai munafik.

Abu Jibril pada awalnya sependapat dengan Aman Abdurrahman. Tapi ketika Aman Abdurrahman, yang dipenjara atas kasus terorisme itu bersama Abu Bakar Baasyir berbaiat kepada Abu bakar al-Baghdadi, maka Abu Jibril berbeda pendapat sengit dengan kedua orang di atas. Abu Jibril pro Jabhat An-Nushrah sedangkan Abu Bakar Baasyir dan Aman Abdurrahman pro ISIS. Para pengebom di berbagai daerah rata-rata anak buah Aman Abdurrahman yang dibina melalui jaringannya, termasuk Santoso dan pengebom panci yang tewas di Bandung.

Saya menelusuri pemikiran Aman Abdurrahman dalam buku karyanya, “Ya Mereka Memang Thaghut”. Isinya mengerikan, hehehe, hampir semua dikafirkan!

Gaya buku Aman Abdurrahman ini nyaris mirip karya Imam Samudera, “Aku Melawan Teroris”, tuduh sana sini. Klaim kebenaran mutlak ini berceceran dalam halaman per halaman, sebagaimana buku karya terakhir trio bomber Bali ( Imam Samudera, Mukhlas dan Amrozi), yang saya beli dari Ali Fauzi, adik Amrozi.

Yang pasti, pemetaan di kubu Salafi Jihadi sangat mengerikan. Saling ancam bunuh, saling tuding sebagai kilabun nar (asune neroko), saling tuduh munafik dan taghut, dan sebagainya.

Kalau anda melihat kombatan ISIS menyembelih komandan tank kubu Jabhat an-Nushrah, nggak heran, itu adalah puncak saling mengkafirkan di antara dua kubu yang bertempur di Suriah ini. Sama-sama bersyahadat, dan sama sama bertakbir saat menyembelih umat Islam. Naudzubillah min dzalik…..

Perpecahan kubu Salafi ini juga tampak saat membaca buku “Sebuah tinjauan Syar’i: Mereka Adalah Teroris” karya Luqman Baabduh, yang juga mengklaim diri sebagai Salafi. Buku ini merupakan bantahan dari buku Imam Samudera, “Aku Melawan Teroris”. Luqman yang merupakan murid Syekh Muqbil bin Hadi al-Wad’i di Yaman, mencela gerakan yang dilakukan oleh Imam Samudera Cs, termasuk Abdullah Azzam, mentor “pejuang” Afganistan, sebagai gerakan Khawarij.

Kubu trio bomber Bali tidak terima atas sangkaan sebagai khawarij ini, termasuk yang keberatan dengan tendensi itu adalah kubu Salafi lainnya, yaitu Abu Salma Al-Atsari, murid dari Abdul Hakim Abdat dan Abu Qatadah.

Harus diakui gaya bahasa dalam buku karya Luqman Baabduh ini kasar, sangat kasar, hingga Imam Samudera dan Ali Ghufron (Mukhlas) menyebut Luqman sebagai seorang yang sembrono dan jahil murakkab (padahal dua nama terakhir ini lebih kasar dalam tulisan-tulisannya).

Setelah buku “Aku Melawan Teroris” yang dibantah oleh buku “Mereka Adalah Teroris”, muncul kemudian buku “Siapa Teroris? Siapa Khawarij?” karya Abduh Zulfidar Akaha. Mbulet ae ya? Hahaha…isinya yang mencoba memetakan kembali kontradiksi kedua kubu Salafi di atas.

Selain itu, di kalangan Wahabi sendiri, gesekan-gesekan saling menguat karena ada rasan-rasan apabila Luqman Ba’abduh ditahdzir oleh gurunya sendiri seperti Syaikh Yahya al-Hajuri, dan masyaikh di Darul Hadist Dammaj, Yaman, tempat menuntut ilmunya.

Selesai? Belum. Silahkan mencermati saling cela antara kubu Wahabi di Indonesia. Abu Qatadah, salah seorang ustadz Wahabi yang dihormati kubunya, dituduh oleh kelompok Wahabi lainnya sebagai Salafi Sururi. Sebutan ini merupakan penisbatan kelompok yang mengikuti jalan Syaikh Muhammad Surur bin Nayif Zainal Abidin, salah seorang pentolan Wahabi asal Saudi yang kemudian bermukim di London.

Sebutan Salafi Sururi alias Salafi Hizbi ini adalah istilah tendensius dan pejoratif di kalangan Wahabi sendiri. Abu Hamzah al Atsari (embuh, nama aslinya siapa) habis-habisan mencela Abu Qatadah sebagai ahli bid’ah, pengikut hawa nafsu, melenceng dari sunnah, dan sebagainya. Sekadar catatan, Abu Qatadah (ini lagi, nggak tau nama aslinya), ini juga sama dengan Luqman Baabduh, sama-sama alumni Dammaj, Yaman.

Bagaimana Wahabi lainnya? Embuh, podo gelut karepe dewe. Agomo digawe geluuut ae. Mereka geram karena Salafi Sururi menyebut trio ulama legendaris Wahabi: Bin Baaz, Al-Albani dan Utsaimin sebagai ulama haidh dan nifas. Embuh, apa maksudnya ini. Yang pasti, di kalangan Wahabi sendiri masing-masing kubu berebut klaim sebagai Salafi dan Ahlussunnah.

Tampaknya, ada polarisasi antara Wahabi jaringan Saudi dengan Wahabi jaringan Yaman. Alumni Saudi tidak menyerang kerajaan sebagai taghut (ya iyalah, majikan gitu loh) dan banyak menyandarkan pendapatnya pada ulama-ulama Saudi dalam berbagai masalah. Sedangkan Wahabi alumni Yaman, di Dammaj, lebih terbuka dalam melakukan “serangan” terhadap pemerintah.

Namun soal penyeberangan ideologis menjadi Salafi Jihadi, itu tergantung sikon. Bahkan ada kecenderungan apabila yang menjadi pelaku bom bunuh diri di tanah air maupun terlibat gerakan teror tidak pernah secara langsung belajar di Saudi maupun Yaman. Mereka rata-rata baru belajar agama secara intens selama beberapa tahun terakhir lalu tertular ideologi radikal kemudian menjadi ekstremis. Aspek terakhir ini membutuhkan kajian mendalam, saya kira.

Membaca berbagai perseteruan dan saling mentahdzir antara masing-masing kubu Wahabi ini juga banyak faktor. Pemetaannya rumit, karena masing-masing pihak kadang kala merasa independen, meskipun pada saat yang sama mereka seiya sekata. Setidaknya ini yang bisa saya cermati dalam berbagai ulasan di media mereka maupun pengajian para ustadznya, yang tersebar banyak di internet.

Kalau saudara-saudara kita tersebut menuduh kaum muslimin di luar kelompoknya sebagai ahli bid’ah, musyrikin, penyembah kuburan, pengikut taghut dengan cara "memutilasi" ayat Al-Qur’an untuk mendukung tuduhannya, maka semoga kita tidak tergoda melirik mereka dengan penggalan Surat al-Hasyr ayat 14: tahsabuhum jamian wa qulubuhum syatta….

Semoga tidak, jangan! Eman eman kalau ayat al-Qur'an dipake mainan begitu....

Paham, kan Kak Emma?

Wallahu A’lam Bisshawab.

***