O-ohh... Koprol Jono, gadis mana yang tak kenal akan dikau.
Begitulah sebaris kata dari lagu ciptaan Izmail Marzuki "Kopral Jono".
Kopral adalah pangkat terendah dalam jajaran pangkat Tamtama kepala TNI AD, lambang pangkat Kopral Dua adalah satu balok merah.
Mayor adalah pangkat paling bawah dalam jajaran pangkat perwira menengah TNI AD, lambang pangkat Mayor adalah satu bunga melati emas.
Jenderal adalah pangkat tertinggi dalam sistem kepangkatan TNI AD, lambang kepangkatan adalah bintang empat.
Dalam bursa calon wakil presiden, nama Agus Harimurti Yudhoyono masuk dalam nominasi dalam banyak lembaga survey, bahkan mengalahkan seorang Jenderal atau mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo.
Agus Harimurti Yudhoyono mengawali karier militer dan pangkat terakhir yaitu Mayor.I a berhenti di tengah jalan dari militer karena maju dalam pilkada DKI meski akhirnya kalah. Ga apa-apa, namanya juga usaha.
[irp posts="2017" name="Agus Harimurti, Aceh, Pelukan Istri, dan Kisah Cinta Annisa"]
Karier militernya sebenarnya bisa semakin bagus atau melejit kalau yang bersangkutan tidak mengundurkan-diri hanya untuk mengejar jabatan gubernur DKI Jakarta. Konon ini semua atas permintaan Sang Pepo alias ayahandanya, Susilo Bambang Yudhoyono.
Tetapi karena sebagai anak yang berbakti kepada orang tuanya, maka Agus Harimurti memenuhi permintaan untuk berhenti dari karier militer dengan pangkat terakhir Mayor.
Dan selang setahun setelah bursa pilkada DKI, ada bursa pemilihan presiden dan wakil presiden. Nama Agus Harimurti Yudhoyono juga meramaikan dalam bursa tersebut.
Sebenarnya pangkat Mayor di lingkungan TNI AD yang telah mencapai pangkat Mayor itu jumlahnya banyak... banyak banget. Beda dengan Letnan Jenderal yang pangkatnya bintang tiga dan Jenderal dengan pangkat bintang empat.
Dan jarak antara pangkat Mayor dan Jenderal itu sangat jauh dari segi kepangkatan, pengalaman dan kemampuan. Bahkan hanya segelintir perwira yang bisa mencapai pangkat setingkat Letjen dan Jenderal. Selebihnya mentok di kolonel.
Sebagai perimbangan, pada masa dulu Pak Harto selagi sesuka-sukanya nunjuk perwira militer sebagai bupati atau walikota, minimal letnan kolonel atau kolonel, sedang untuk Gubernur minimal mayor jenderal atau bintang dua. Di zaman Soeharto, mayor belum waktunya menjadi walikota atau bupati. Tetapi rupanya zaman sudah berganti, zaman Soeharto sudah tidak ada lagi.
Itu sebabnya nama Mayor Agus Harimurti selalu muncul di setiap Pilkada dan Pilpres, seakan-akan mengalahkan nama Gotot Nurmantyo, mantan Panglima TNI?
Salah satu jawaban yang paling mudah karena Mayor Agus Harimurti Yudhoyono bukan Mayor biasa. Seperti Kopral Jono itu yang bukan Kopral biasa, gadis mana yang tak kenal akan dirinya. Tetapi Mayor Agus Harimurti adalah anak mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan pemilik atau pemegang saham mayoritas di Partai Demokrat dan juga merangkap sebagai ketua umum partai.
Bahkan untuk menaikan popularitas atau elektabilitas Agus Harimurti, mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengaku masih keturunan Raden Wijaya, Raja Majapahit. Raden Wijaya kalau ditelisik silsilahnya ternyata keturunan dari Raja Singasari, yaitu Ken Arok. Tentu yang tahu sejarah senyam-senyum dikulum.
Jadi inilah kelebihan Agus Harimurti Yudhoyono, yaitu anak dari seorang mantan presiden dan ketua umum partai yang cukup disegani. Tidak seperti partai lain yang punya calon berpangkat jenderal, di Demokrat tidak ada calon berpangkat setinggi itu.
Hebatnya, pangkat Mayor pun bisa dipoles dan diorbitkan. Bahkan survey terbaru Indobarometer, nama Agus Harimurti menempati posisi teratas sebagai calon wakil presiden, mengalahkan calon-calon yang lain. Padahal, Agus Harimurti yang biasa dipanggil AHY tidak pernah jor-jornan pasang baliho segede-gede gaban di tikungan jalan seperti politikus lain dari partai lainnya, Muhaimin Iskandar dan Romahurmuziy.
Di tangan AHY, berdasarkan survey Indobarometer tadi, para calon wakil presiden itu tewas semua!
[irp posts="12433" name="Bertemu Presiden Jokowi, Iklan Politik Jitu AHY"]
Kalau kemudian elektabilitasnya sebagai cawapres terus naik, lantas AHY bakal berpasangan dengan calon presiden siapa? Apakah untuk Joko Widodo atau Prabowo Subianto? Atau pertanyaan di balik, bersediakah Jokowi atau Prabowo meminang AHY?
Melihat komunikasi yang terjalin selama ini, arahnya atau inginnya tentu menjadi calon wakil presiden mendampingi Joko Widodo. Akan tetapi Agus Harimurti adalah pendatang baru dari partai Demokrat di mana pada tahun 2014 menyatakan abstain dan ini juga akan menimbulkan friksi dia ntara partai pendukung Joko Widodo. Kasarnya, bisa bubar Koalisi Pemerintah di tengah jalan.
Joko Widodo sendiri tentu nyaman mencari calon wakil presiden dari militer. Dan lebih baik pangkatnya Jenderal alias bintang empat untuk "mengatasi" Prabowo yang bintang tiga.
Tetapi politik adalah dinamis dan saling salip-menyalip di tikungan akhir. Mana tahu Jokowi jadi berpasangan dengan AHY. Mana tahu pula akhirnya Prabowo yang justru meminang AHY, artinya Letjen berpasangan dengan mayor.
Kalau tercipta Poros Ketiga di mana AHY justru menjadi calon presiden, ini pun tidak tertutup kemungkinan. Asal sebisa mungkin jangan cari calon wakil presiden dari kalangan militer lagi, sebab dari azas kepangkatan yang berhak mendampingi AHY itu seorang Kapten alias pangkat satu tingkat lebih rendah di bawah mayor.
Kalau wakil AHY seorang jenderal, dijamin kikuk nanti.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews