Para pembaca, pernahkah mengunjungi festival Kicau Burung? Beraneka warna suara burung, bersahut- sahutan. Suara mereka membikin hati sejuk, stres hilang yang ada keriangan dari muka-muka pengunjung yang menikmati suara dari puluhan hingga ratusan burung yang dikonteskan.
Burung–burung diciptakan untuk berkicau. Dari cucak rowo, derkuku, perkutut, jalak,murai, murai batu, prenjak, lovebird … suara-suara kicauan burung itu dirindukan.
Dari kontes itu burung yang menjadi pemenang memiliki keuntungan ganda di samping mendapat sejumlah hadiah piala dan uang, burung pemenang kontes harganya melambung tinggi. Harga burung pemenang kontes bisa mencapai 500 juta rupiah lebih bahkan bisa menyentuh angka 1 milyar rupiah lebih.
Burung menjadi produk komoditas ekonomi kreatif. Habitat burung di Indonesia memang beragam, klub pecinta burung yang tersebar di berbagai tempat membangkitkan harapan bahwa Indonesia memang surganya pecinta burung yang tentu memberi peluang pada terkereknya perekonomian dari jalur ekonomi kreatif.
Duduk mendengarkan kicau burung seperti mencairkan otak yang beku, ia memberi sentuhan rasa yang membuat pikiran menjadi damai dan tenteram itu menurut perasaan penulis. Rasanya kicau burung itu amat berbeda dengan kicauan para politisi. Satu jam saja mereka berkicau otak menjadi sesak. Apakah karena penulis memang bukan orang pintar hingga kicauan politisi membuat otak yang semula jernih menjadi semrawut?
Apalagi di tahun politik ini janji-janji politisi memenuhi ruang sosial, pinggir jalan raya, televisi, radio, media sosial. dalam sekejab jejalan janji memenuhi ruang inajinasi penulis. Bagaimana bisa menikmati kicauan politisi jika mereka menjanjikan sesuatu yang abstrak, mengawang-awang. Sedangkan kicauan burung cukup menstimulasi telinga dan menggetarkan rongga otak dengan menyapu sel-sel kotor tergantikan oleh suara beraneka ragam irama berulang namun mampu memberi ketenangan. Sebab, imajinasi masusia seperti dibawa ke alam bebas menikmati angkasa, terbang, hinggap dari ranting ke ranting dan mengundang burung lain ikut bersama irama- irama semesta.
Ada beberapa manfaat burung tiga diantaranya adalah:
1. Suara burung dapat menenteramkan jiwa.
2. Suara burung dapat memberi kesegaran otak sehingga bisa berpikir jernih setelah mendengar ocehan burung
3. Suara burung dapat menstimulasi kreatifitas sehingga ada ide-ide baru dalam bekerja.
Suara politisi, mencengkeram jiwa membuat panas hati dan membuat manusia bingung pada pilihan-pilihan sulit. Dari siapakah suara kicauan itu bisa dipercaya, sebab setiap kali politisi berjanji hanya sebagian kecil yang terealisasi. Dari ingkar janji politisi akhirnya kita seperti sudah dicekoki janji yang tak pernah presisi. Semua masih serba abu-abu dan tergantung pada kelompok kepentingan.
Suara burung tidak pernah menipu kecuali burung beo yang bisanya hanya meniru. Semoga politisi tidak meniru seperti burung beo, di mana ada ungkapan jangan hanya membeo saja.
Ingatkah lagu soundtrack film Merpati Tidak Pernah Ingkar Janji yang dinyanyikan oleh Paramita Rusady
Tiada Ingkar tiada dusta
Terucap janji
Selamanya cinta
Menyatu di dalam kalbu
Adakah Politisi yang tidak pernah ingkar janji? Katanya begini nyatanya begitu, janjinya ini ternyata itu…
“Politisi itu manusia kreatif yang mengabdi pada kepentingan rakyat, menyuarakan dengan lantang kebenaran yang berasal dari hati nurani rakyat, dan politisi itu adalah juru bicara rakyat di parlemen tetapi… Itu masih mimpi, nyatanya janji-janji politisi masih jauh panggang dari api.”
Kalau suara burung saja menentramkan, politisi perlu belajar dari burung, apalagi pada kontes burung yang baru saja diadakan di Kebun Raya Bogor Minggu 11 Maret 2018 mengajarkan para politisi untuk belajar dari kicau burung.
[irp posts="9983" name="Prilaku Politikus, dari Kutu Loncat sampai Belah Diri Ala Amoeba"]
Seharusnya suara politisi meneduhkan rakyat yang memilihnya, mendengar pidato para politisi menstimulasi otak untuk bekerja lebih giat, tapi nyatanya sekarang jika melihat politisi menebarkan janji-janji kampanye rasanya pengin mematikan tivi dan mensekrol HP menggantinya dengan artikel model baju dalam supaya otak menjadi segar kembali.
Karena tahun ini adalah tahun politik, silahkan yang mau terjun ke dunia politik perlu merenungkan syair lagu dari Iwan fals:
Wakil rakyat seharusnya merakyat jangan tidur waktu sidang soal rakyat…
Belajar dari kicau burung marilah para politisi sejuki tahun politik ini dengan janji-janji yang menentramkan dan membuat optimis rakyat, jangan sampai rakyat akhirnya antipati terhadap wakil rakyat yang hanya mengusung janji kosong seperti yang dilakukan kebanyakan wakil rakyat sampai saat ini…
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews