Ada-ada saja ulah atau perilaku pengendara sepeda motor sekarang, seakan tidak takut sama polisi yang punya tugas mengatur dan menegakkan aturan di jalan raya.
Di Bogor seorang polisi lalu lintas dari Polsek Tanah Sereal bernama Aiptu Khusni, Kamis 8 Maret 2018 dikepruk (Jawa) atau dipukul dari belakang pada bagian kepala dan jatuh pingsan.
Penyebabnya yaitu saat Aiptu Khusni melakukan razia di jalan Abdulah bin Nuh, tepatnya di jalan depan pengadilan agama, Bogor, karena ada pengendara yang melawan arus, korban mengingatkan untuk berbalik arah. Rupanya nekat dan tidak mau, korban atau anggota mengambil kunci motornya dan meminta surat kendaraan. Si pemilik kendaraan tidak melengkapi surat-surat kendaraan bermotor. Pelaku atau pengendara merasa warga dekat sini dan malah menantang suruh buka baju dan duel, tetapi tidak ditanggapi oleh korban.
Pelaku ngeloyor begitu saja, eee.... beberapa saat kemudian pelaku datang dan tanpa ba-bi-bu langsung memukul/ngepruk kepala korban, yaitu Aiptu Khusni, dengan kayu balok. Tentu ini perbuatan yang tidak dibenarkan, karena melawan petugas dan penganiyayaan.
Kasus-kasus pengendara motor yang melawan petugas di jalan raya ketika ditertibkan atau razia semakin berani dan kadang banyak anggota polisi yang menjadi korban. Kadang malah lebih galak pengendara motor sekalipun ia tahu kalau mereka salah karena melanggar, seperti tidak pakai helm, surat tidak lengkap dan melawan arus.
Bahkan berani berdebat dan menggertak polisi dengan menanyakan surat tugasnya. Ini mungkin penyebabnya berita yang viral atau di share, kalau di razia oleh polisi, tanyakan surat tugasnya. Akhirnya sudah tahu salah atau melanggar malah anggota polisi yang seakan jadi tertuduh atau yang melanggar aturan.
Boleh saja menanyakan surat tugas kalau posisi pengendara suratnya lengkap dan tidak melanggar aturan. Ini malah berlagak seperti pengacara tapi bukan pengacara, tapi "Pokrol bambu".
Seperti di Kudus, ibu-ibu menggigit anggota polisi dan memakinya dengan kata-kata yang tidak pantas, padahal ia yang salah karena tidak pakai helm, sekalipun di akhir cerita kalau yang bersangkutan punya kelainan jiwa, tapi ko naik motor, kalau sakit jiwa bukannya membayakan?
Ada lagi di Jakarata pengendara mobil melawan arus. Ketika diingatkan untuk balik arah tidak mau ributlah sama anggota polisi, malah menyeruduk dengan kepalanya yang plontos kepada anggota polisi yang lagi tugas.
[irp posts="11388" name="Bukan Objek Bullying, Stop Hakimi Ibu Penggigit Tangan Polisi!"]
Ada juga pengendara mobil masuk jalur bus way, ketika diingatkan dan mau ditilang, malah anggota polisi tersebut diseret dengan dipegang tanganya dan menyebabkan patah tanganya anggota polisi tersebut. Usut punya usut pengendara tersebut panik karena memakai norkoba.
Ada lagi anak muda masuk jalur bus way dan ditilang polisi, eeee... malah minta surat tugas kepada polisi yang menilangnya. Sudah tahu salah malah, mencari kesalahan pihak lain.
Inilah gambaran atau perilaku pengendara motor sekarang yang begitu berani sama aparat yang lagi tugas.
Memang ada juga anggota polisi atau oknum yang kadang nakal seperti video yang viral di mana anggota polisi membentak-bentak pengendara yang membawa gulungan kain dan memeras untuk membayar biaya tilang.
Tetapi akhirnya tiga anggota polisi tersebut dimutasi dan diperiksa oleh anggota provost.
Marilah tertib berlalu-lintas.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews