Para pemilik topeng telah memperbarui cat, mengubah karakter dan mencoba memakai topengnya dengan lebih hati-hati. Banyak jebakan, banyak para pengintip yang siap menelikungnya. Maka ketika ia telah memaki topeng dan mengubah karakter dasarnya selama beberapa waktu ia harus konsultasi pada ahli kepribadian agar antara gesture tubuhnya dan karakter topengnya tidak berbeda jauh.
Hari-hari ini penting memaki topeng, sebab ia akan menemui rakyat, ia memastikan selalu tersenyum kepada rakyatnya meskipun dalam hati dan pikirannya ia sudah mempunyai rencana jangka panjang untuk memegang proyek-proyek penting untuk kelangsungan dirinya dan keluarga. Ia tidak ingin seperti bupati, pejabat eselon yang dengan mudahnya tertangkap tangan KPK.
Maka para pemilik topeng itu harus cerdas memilih topeng, warna wajahnya dan lekukan-lekukan yang diperlukan agar topeng yang dikenakan itu mampu mengelabui rakyat yang mendamba wakil rakyat atau pemimpin yang amanah dan terkesan religius. Ia tentu harus menghindari muka bajingan, atau muka sangar nan nakal. Sebelum memakai topeng secara resmi para pembeli dan pemilik topeng harus dikursuskan lembaga pendidikan kepribadian.
Sekarang ini semakin banyak orang bisa membaca wajah, membaca gerak-gerik tubuh, dan sorot mata. Mereka yang bertujuan menipu dan hanya berpura-pura baik pada rakyat akan dengan mudah ketahuan. Topeng- topeng harus sepaket dengan karakter pemakainya dengan durasi waktu sampai mereka terpilih menjadi wakil rakyat atau pemimpin daerah.
Galau para politisi sekarang adalah apakah mereka akan terpilih kembali dan dengan nyaman duduk pulas di singgasananya saat rapat. Mereka tentu berhitung detail supaya tidak-tanduknya tidak mudah diamati KPK.
Hal yang mengerikan tentu operasi tangkap tangan. Dasar brengsek benar KPK itu, sudah merapikan warna muka dan bahasa tubuh masih bisa diendus lewat hawa keringat. Dasar asem!
Memang sih teknologi sudah canggih, kalau dulu semasa orde sebelumnya modal mereka cukup rapi menyimpan ambisi dengan suap sana suap sini, sekarang hati-hati dengan modus operandi suap, ada banyak mata-mata termasuk media sosial yang keji membantai para wakil rakyat dan pejabat publik yang berani menipu rakyatnya dengan taktik abal-abal.
Generasi milenial ini sangat cerdas membaca tanda-tanda. Mereka bisa menyusupkan meme-meme yang membuat kuping memerah. Para politisi yang terbiasa termanjakan oleh ilmu gratifikasi, suap menyuap, lobi-lobi di restoran dan di hotel-hotel berbintang mesti waspada. Banyak CCTV yang dengan mudah di-upload, di-share di media sosial, jika mereka kedapatan sedang indehoi di hotel, bersama perempuan atau secara tidak sengaja mukanya tersorot kamera televisi sedang merayu SPG bisa terjun bebas reputasinya.
Menjadi pejabat sekarang ini memang berat hanya Dilan mungkin yang bisa menanggung pemikirannya.
Wajah Politisi dan Topeng
Kembali ke para pemilik topeng. Kalian akan kembali memainkan drama. Sekarang tren yang laku adalah memasang wajah yang merakyat, bercahaya seakan-akan anda adalah pemilik surga, tenang dan kalian akan memainkan isu-isu sensitif yang sebetulnya sudah tidak laku yaitu idelogi komunis. Saling menuduh dan memainkan isu krusial serta membenturkan masa pada Isu-isu ras dan agama.
[irp posts="9718" name="Balada Topeng Monyet"]
Agama saat ini sedang mengalami titik didih tinggi. Jika diulik-ulik akan menimbulkan ledakan emosi yang mengundang pro dan kontra seru. Karakter pemilik gawai sekarang adalah membaca judul, dan tanpa berpikir panjang membagi-bagikan informasi yang belum tentu valid kepada teman-temannya.
Mereka sedang keranjingan pada diri sendiri, memposting kegiatan dirinya, melapakkan kegalauan hidupnya di media sosial, dan tergiur- oleh iklan-iklan yang membuat senewen para pemilik gawai. Kadang hasrat selfie manusia menabrak aturan, menghalalkan segala cara bahkan membahayakan keselamatan diri sendiri.
Tapi dasar sedang tren akhirnya banyak orang gila baru yang begitu terpesona pada benda kecil yang selalu terpegang manusia milenial, para pemilik mimpi.
Topeng Kemunafikan di Sekitar Kita
Topeng yang menempel di mukanya adalah topeng-topeng kemunafikan. Wajahnya boleh terlihat suci tapi sebetulnya hatinya adalah ular beludak, sebaliknya wajah manusia sangar dan terlihat keji tapi ternyata mempunyai sisi kemanusiaan tinggi.
Maka rakyat sekarang harus hati-hati pada setiap wajah yang terpasang di baliho, di billboard pinggir jalan, muka mereka memang tampak cerdas, berwibawa dan tulus, dengan kata-kata mutiara yang menempel di sisi kiri kanannya.
Para pemilih muda dan pemilik masa depan harus cerdas membaca gesture tubuh dan pancaran muka. Perhatikan apakah wajah itu alami atau hanya topeng saja. Jangan sampai tertipu dengan pancaran muka yang tampak oleh mata.
Pastikan masa depan bangsa di tangan mereka. Jika salah memilih penyesalanlah yang menjadi buntutnya.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews