Bahaya Merokok Tak Sebanding dengan Bahayanya Gula

Senin, 5 Maret 2018 | 15:29 WIB
0
2333
Bahaya Merokok Tak Sebanding dengan Bahayanya Gula

Kesehatan adalah sesuatu yang penting bagi setiap manusia. Menjaganya lebih penting daripada mengobatinya. Bahkan, ada beberapa penyakit sampai hari ini belum ada obatnya meski ada pepatah yang mengatakan bahwa segala penyakit pastilah ada obatnya. Karena mungkin obat untuk suatu penyakit tertentu ibarat mencari jarum ditumpukan jerami yang sangat sulit ditemukan, butuh penelitian yang sangat mendalam.

Bahaya rokok dengan kampanye anti rokoknya begitu gencar dilakukan baik oleh pemerintah hingga rakyat jelata, bahkan sampai-sampai dibuat perda larangan antirokok, seakan-akan perokok adalah musuh negara yang harus dibasmi di bumi pertiwi ini seperti teroris yang harus kita musuhi.

Padahal jika mau jujur sepanjang tahun 2017 lalu pendapatan negara pajak bea cukai rokok negara mencapai 150 triliun. Ini berarti perokok adalah termasuk orang-orang yang selalu bayar pajak ketika mengkomsumsinya. Bandingkan untuk anggaran kesehatan di tahun 2018 ini sebesar 111 triliiun saja.

Kalau saya berandai-andai jika pajak bea cukai rokok dialokasikan semua untuk kesehatan bisa jadi rakyat tidak lagi membayar mahal ketika berobat ke Rumah Sakit karena ada subsidi pemerintah, rakyat miskin pun sudah boleh sakit.

Itulah bijaknya perokok sebab negara bukan melulu meningkatkan pelayanan kesehatan tapi perlu juga untuk mencicil utang. Bandingkan dengan gula yang selalu merugikan negara dengan kebijakan impor gulanya yang selalu dimanfaatkan oleh oknum untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya.

Mengkampanyekan anti rokok saat ini sangat digalakan dengan iklan yang menakutkan akibat mengonsumsi rokok ataupun akibat yang timbul hanya sebagai perokok pasif, padahal dua penggagas kampanye antirokok di AS, James Enstrom dan Geoffrey Kabat melakukan survei terhadap 118.094 warga California untuk membuktikan apakah merokok benar-benar memberikan efek samping pada orang-orang di sekitarnya. Keduanya melaporkan bahwa paparan rokok tidak menaikkan risiko kanker paru-paru maupun penyakit jantung pada perokok pasif bahkan ketika telah terpapar bertahun-tahun.

Jadi cukuplah bagi yang anti rokok untuk mengkampayekan bahaya rokok itu: "tidak baik untuk kesehatan", tak perlu ditambah-tambah dengan argumen dan gambar-gambar yang menakut-nakuti apapun, itupun kalau setuju dengan saya... Belum lagi data dari kesehatan di tahun 2017 tentang penyakit penyebab kematian tertinggi di Indonesia menunjukan penyakit Diabetes Militus menempati urutan kedua setelahnya adalah Jantung Iskemik.

Diabetes Militus sendiri penybabnya dapat bermacam-macam, bisa jadi karena faktor keturunan, obesitas, malnutrisi, maupun konsumsi makanan dengan kadar gula tinggi, sementara penyakit Jantung Iskemik penyebabnya antara lain kurangnya aktivitas olahraga, stress, konsumsi makanan berkolesterol tinggi, dan obesitas, meski sebagian ada juga yang menyebutkan bahwa kebiasaan merokok salah satu penyebab penyakit Jantung Iskemik. Namun, itu sebagai agenda kampanye Antirokok kalau kita merujuk ke survei yang tadi saya sebutkan.

Kolesterol dan kadar gula yang tinggi adalah penyebab tertinggi kematian di Indonesia, disamping kurangnya pola hidup sehat yang dilakukan masyarakat kita.

Cak Nun sendiri pernah mengatakan bahwa di dunia ini ada persaingan dagang antara perusahaan Rokok dan perusahaan Farmasi yang sama-sama menggunakan Nikotin. Jadi salah satunya berusaha mematikan yang lainnya dengan cara-cara tertentu.

Jadi teringat ketika dulu ada yang mengatakan bahwa minyak sawit lebih baik dari minyak kelapa, setelah beberapa tahun yaitu saat ini setelah ada penelitian sesungguhnya minyak kelapa lebih sehat daripada minyak sawit,. Namun apa dikata perusahaan minyak sawit sudah menggurita, jadi minyak kelapa untuk bersaing dengan minyak sawit sungguhlah sulit.

Inilah yang disebut persaingan dagang yang menciptakan kapitalis baru di dunia. Ini bisa jadi perusahaan farmasi sedang bersaing tidak sehat dengan berbagai trik untuk mematikan perusahaan rokok, bahkan ada therapi rokok untuk menyembuhkan suatu penyakit.

Dan data terbaru tentang kesehatan menunjukan bahwa penderita kanker paru-paru ada 41 orang dari 100.000 orang, sedangkan diabetes sebanyak 20 orang dari 100 orang.

Jadi lebih berbahaya mana antara Gula dan Rokok??

Kalau saya sich wallohu'alambishowab aja, karena segala penyakit itu timbul dari kita. Jika kita mampu menjaga kesahatan mudah-mudahan terhindar dari berbagai macam penyakit, bukankah begitu kawan?

***

Editor: Pepih Nugraha