Jika berandai-andai Prabowo mau legowo menjadi cawapres mendampingi Jokowi tentunya ada banyak keuntungan yang bisa kita dapatkan dari "perkawinan" politik ini.
Dalam politik tak ada yang tak mungkin bukan? Dulu, Anies menjadi ujung tombak perjuangan untuk memperjuangkan Jokowi menjadi Presiden sampai turun tangan menggaet anak muda, tak peduli jika popularitasnya menurun di sebagian mata anak muda yang masih alergi politik. Tapi konsekuensi itu diambil dan dihadapi oleh Anies.
Meski harus berhadapan langsung dengan Prabowo saat itu. Terbukti, arah angin berubah setelah Anies "dilengserkan". Anies berhasil menjadi Gubernur DKI Jakarta tak lain karena dukungan penuh dari Prabowo, sosok yang dulu berseberangan saat menjagokan Jokowi.
Elektabilitas Meningkat
Andai Prabowo dan Jokowi menjadi duet maut pada pertarungan presiden tahun 2019 nanti, tentu saja akan sulit untuk mencari tandingannya. Bahkan jika Anies dan AHY sekalipun bergabung, arah angin sepertinya masih berpihak pada Jokowi dan Prabowo.
Dulu seteru, siapa tahu nanti jadi padu. Dengan kekuatan kedua tokoh ini sepertinya jika pemilu digelar saat ini, keduanya akan melenggang ke Istana dengan mudah. Komposisi non militer dan militer yang pas. Keluwesan Jokowi dan ketegasan Prabowo akan menjadi modal untuk Indonesia sebagai macan Asia. Bukan begitu?
Biaya Kampanye Lebih Murah
Seperti perang diskon antara dua start up transportasi online, bayangkan jika Grab dan Gojek bersatu. Itulah perumpamaan yang pas untuk Jokowi dan Prabowo saat ini.
Keduanya dibutuhkan dan hampir menguasai semua lini transportasi roda dua dan roda empat hingga menyasar kebutuhan logistik. Meskipun tak ada diskon lagi, keduanya akan tetap survive jika bersatu. Karena konsumen tak ada pilihan lain dengan value yang lebih lengkap dibandingkan kompetitor lain.
Meskipun ada UBER, tapi UBER tidak bermain dalam pengiriman makanan dan barang. Padahal dua sisi bisnis itu yang kini menjadi tulang punggung GOJEK dan GRAB.
Begitu juga ketika Jokowi dan Prabowo bersatu. Kedua pasangan ini punya valuenya masing-masing yang tidak dimiliki oleh calon pasangan lain. Jokowi yang cakap dalam urusan pemerintahan dan Prabowo yang akan menjadi garda terdepan.
Konflik Horizontal Dapat Dihindari
Jika Jokowi dan Prabowo bersatu, sepertinya tidak akan ada lagi perseteruan minimal di lini masa sosial media. Tidak ada lagi sebutan-sebutan cebong atau kaum bumi datar lagi. Tapi, barangkali jika terjadi, sepertinya lini masa bakal sepi tanpa mereka yang kerap kali bertempur tak ada habis-habisnya saling membela jagoannya masing-masing.
Ini juga ujian berat buat Fadli Zon. Apakah dia logowo jika atasannya itu bergabung dengan Jokowi? Sepertinya sih akan jadi beban pikiran berat mas Fadli. Entah jika mas Anang...
Prabowo Berpeluang Besar Menjadi Presiden Berikutnya
Hitung-hitungan lain jika Prabowo sukses menjadi cawapres Jokowi dan terpilih. Tentu saja gerbang Istana akan terbuka lebar bagi Prabowo pada tahun 2024. Ya, itu sih kalau Prabowo mau. Kalaupun tak mau, Prabowo harus lagi-lagi bersikap ksatria jikalau nanti gagal lagi menjadi Presiden pada tahun 2019.
Yang jelas pemilu Presiden 2019 akan menjadi lebih menarik. Apalagi kini ada PSI (Partai Solidaritas Indonesia) yang diprediksi akan banyak menggaet suara generasi milenial. Siapa tahun nanti ada sosok anak muda yang tak diduga bisa menjadi kandidat terkuat untuk mendampingi Jokowi atau bahkan melampauinya. Bisa saja bukan?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews