Sebagai salah satu dari warga Indonesia, tentu saja saya ingin memenuhi kewajiban saya, termasuk menyelesaikan urusan laporan pajak. Tahun lalu sudah ikut Tax Amnesty, seperti yang pernah saya tuliskan. Sejujurnya seumur hidup baru kali itu saya datang sendiri ke kantor pajak. Biasanya minta bantuan orang lain untuk menyelesaikannya. Karena pengalaman pahit yang dulu pernah saya alami. Dipersulit di sana sini dan akhirnya beres juga dengan berbagai catatan yang tidak etis kalau dituliskan di sini.
Tetapi ternyata kunjungan tahun lalu telah mengubah pandangan yang miring terhadap layanan kantor pajak secara bertolak belakang. Dari mulai di pintu masuk hingga kepengambilan nomor antrian serta layanan seterusnya, sungguh sudah berubah 360 derajat. Tidak ada bisik-bisik dan kasak kusuk, maupun bahasa tubuh yang menunjukkan ingin sesuatu imbalan. Seluruh layanan dilakukan secara sangat santun dan terbuka.
Bahkan karena saya memang tidak memahami seluk beluk urusan pajak, karena dulu diurus oleh karyawan kami, maka Pak Ikhwan dan pak Yanto dengan senang hati membantu, memberikan tuntunan bagaimana cara mengisinya. Serasa tidak percaya rasanya bahwa pelayanan di kantor pajak sudah berubah begitu drastis.
Hari Ini Kami kembali ke KPP Pratama Kemayoran
Karena bertepatan kami ada di Jakarta, maka sekalian kami datang ke KPP Pratama Kemayoran untuk mengurus urusan pajak pribadi dan atas nama yayasan yang mana pendirinya adalah saya sendiri. Ternyata layanan tidak berubah seperti tahun lalu. Kami mengambil karcis antrian dan diantarkan ketempat duduk di mana kami harus menunggu giliran.
Serasa kami bukan sedang berada di kantor pajak. Penjelasan diberikan secara sangat santun dan sabar. Dalam waktu tidak terlalu lama, urusan selesai dan tidak satu senpun ada uang yang keluar.
Bahkan ketika kami pamitan mau pulang, kebetulan di depan kantor tidak ada taksi yang menunggu. Melihat kami celigak-celiguk menengok kiri kanan, seorang satpam datang dan menanyakan apa yang dapat dibantunya. Setelah tahu bahwa kami membutuhkan taksi, maka satpam langsung berjalan menuju ke jalan raya yang lumayan jauhnya,
Akhirnya taksi di dapat dan kami dipersilahkan naik. Sebelum naik, saya selipkan uang lembaran 10 ribu, sebagai ucapan terima kasih karena sudah membantu kani mencarikan taksi. Tapi dengan sangat ramah dan santun, satpam menolak menerimanya. Hingga 2 kali saya sodorkan tapi tetap ditolak.
Hal Yang Patut Dijadikan Contoh
Seumur hidup baru kali ini saya menemukan ada kantor pemerintah yang sejak dari atas hingga ke bawah, bahkan satpamnya tidak mau menerima uang walaupun sama sekali bersih dari urusan sogok menyogok. Hanya semata-mata, ucapakan terima kasih karena sudah bersusah payah membantu kami mencarikan taksi. Tapi jawaban satpam adalah: "Sudah menjadi kewajiban kami pak/bu."
Seandainya para pejabat Indonesia seluruhnya memiliki sikap mental yang sama seperti satpam yang bertugas di KPP Pratama alangkah bahagianya. Indonesia akan bersih dari korupsi. Semoga sikap mentap satpam yang gajinya mungkin tidak cukup 5 juta rupiah sebulan mampu menjadi inspirasi bagi para petugas dimana pun berada.
Padahal seandainya diterima juga tidak akan ada masalah, karena yang besangkutan tidak ada hubungannya dengan pajak yang sedang kami uruskan.
***
Editor: Pepih Nugraha
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews